Lucutan dalam Gas FISIKA PLASMA DAN APLIKASINYA 888 Fisika Plasma dan Aplikasinya Lucutan dalam Gas FISIKA PLASMA DAN APLIKASINYA Oleh : DR. MUHAMMAD NUR, DEA BADAN PENERBIT Universitas Diponegoro Semarang ISBN : 978-979-097-093-9 888 Fisika Plasma dan Aplikasinya Lucutan dalam Gas Pengantar Penerbit Muhammad Nur Fisika Plasma dan Aplikasinya / oleh Muhammad Nur, Banyak sudah penerapan teknologi plasma yang telah memasuki hidup dan kehidupan kita. Teknologi Plasma adalah penerapan dari ilmu fisika, khususnya fisika atom dan molekul. Penerapan yang begitu banyak, tetapi belum diimbangi dengan pengajaran-pengajaran bidang Fisika Plasma yang meluas baik di perguruan tinggi, apalagi di tingkat sekolah menengah. Plasma merupakan materi fase ke empat setelah, padat, cair dan gas, juga belum banyak dipahami. Semarang : Universitas Diponegoro, 2011 xi + 113 halaman ; 16 x 24,5 cm. Bibliografi : hlm. 113 Font : Calibri, 10.5 Buku yang ditulis oleh Dr. Muhammad Nur DEA ini merupakan bagian dari sedikit buku yang membahas Fisika Plasma dan kemungkinan aplikasinya. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman yang bersangkutan dalam pengajaran Fisika Plasma di Jurusan Fisika dan pengalaman penelitian beliau dibidang aplikasi plasma dingin untuk lingkungan, medis, dan pertanian semakin memperkaya buku ini. ISBN : 978-979-097-093-9 Penerbit menyampaikan apresiasi atas terbitnya buku ini. Satu lagi buku yang masih langka dalam bahasa Indonesia kami terbitkan. Semoga buku ini bisa menambah khasanah pengetahuan bagi kita bangsa Indonesia, khususnya peminat bidang sains dan teknologi. 888 Judul : Fisika Plasma dan Aplikasinya Penulis : DR. MUHAMMAD NUR, DEA Tata Letak : Presisi Cipta Media Desain Sampul : Presisi Cipta Media Penerbit : BADAN PENERBIT Universitas Diponegoro Semarang Cetakan I : 2011 iv Fisika Plasma dan Aplikasinya Semarang, Januari 2011 Penerbit Undip Press v Kata Pengantar Konsep tentang plasma merupakan penamaan untuk gas terionisasi pertama kali dikemukakan oleh Langmuir pada tahuan 1928. Penamaan plasma terhadap gas terionisasi ini terilhami oleh plasma darah karena beberapa sifat gas terionisasi hampir menyerupai plasma darah. Awal-awal penelitian yang mengarah pada penemuan konsep fase ke empat tentang materi yang disebut plasma adalah penelitian Langmuir terhadap atom dan molekul yang dipublikasikannya pada tahun 1919. Langmuir melanjutkan dengan penelitiannya bersama Tonks dan pada tahun 1924. Mereka menemukan gelombang densitas elektron dalam plasma yang disebut Gelombang Langmuir. Penelitian dan kajian serta evaluasi tetang dinamika partikel, transpor partikel bermuatan, termodinamik dan sifat optik dari plasma dingin atau sering disebut plasma non ideal telah banyak dilakukan. Hasil penelitian tersebut dapat memberikan pengertian tentang perilaku materi pada keadaan plasma tersebut. Perkembangan penelitian tentang Plasma dari aspek fisika, kimia dan bantuan analitik matematika telah sangat berkembang baik secara teoritis dan eksperimen. Ketertarikan para fisikawan pada fisika plasma semakin bertambah setelah adanya perpaduan antara fisika nuklir dan astronomi. Dengan bantuan físika nuklir, bersinarnya bintang-bintang di jagat raya dapat dijelaskan dengan adanya reaksi penggabungan inti (reaksi fusi termonuklir) yang terjadi terus menerus di bintang-bintang tersebut. Reaksi fusi termonuklir inilah telah dicoba untuk ditiru untuk menghasilkan energi. Yang lebih menarik lagi adalah hampir 99% alam semesta merupakan fase plasma. Plasma dapat ditemukan pada ruang antar bintang, pada atmosfer bintang (termasuk matahari). Buku ini mencoba menerangkan dasar-dasar fisika plasma yang telah menjadi bahan pengajaran di Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika untuk tingkat strata 1, selama hampir 10 tahun terakhir. Pengertian-pengertian dasar tentang lucutan gas yang merupakan peristiwa awal terbentuknya plasma dibahas dalam bab 1. Bab ini dilengkapi dengan ilustrasi dari percobaan-percobaan awal dalam bidang ionisasi gas. Bab 2 membahas tentang pengertian-pengertian dan konsepkonsep dasar plasma. Beberapa jenis plasma juga dibahas dalam bab ini. Bola Debye yang merupakan daerah ionisasi yang paling mendasar juga dibicarakan dalam bab ini. Ide tentang osilasi plasma dan frekuensinya mendapat penekanan tersendiri dalam bab ini. Dalam plasma telah terjadi ionisasi. Disisi lain juga terjadi rekombinasi. Peristiwa ionisasi dapat terjadi karena tumbukan. Kajian-kajian tentang tumbukan yang menyebabkan ionisasi yang terkait dengan energi yang dibutuhkan dibahas dalam bab 3. Bab 4 membahas interaksi antara partikel-pertikel bermuatan yang ada dalam plasma. Karena partikel tersebut bergerak dan saling bertumbukan satu dengan partikel bermuatan lain, yang berada dalam keadaan plasma. Tumbukan antar partikel bermuatan ini yang memungkinkan kondisi plasma dapat dipertahankan. Tumbukan partikel bermuatan adalah hasil dari gaya Coulomb range jauh dan dapat diasumsikan sebagai tumbukan elastis. Bab 5 dari buku ini membahas Hukum-hukum termodinamika dalam Plasma. Gas terionisasi ini memiliki hukum-hukum termodinamika yang sedikit berbeda dari gas. Dalam kesetimbangan termodinamika, gas dalam kondisi plasma mengenal kesetimbangan antara ion positif di suatu sisi dengan ion negatif dan elektron disisi lain. Kesetimbangan ini dikenal dengan nama Kesetimbangan Saha. Untuk plasma dengan derajat ionisasi lemah, kesetimbangan termodinamika juga dapat ditinjau secara parsial. Bab ini membahas berbagai termodinamika secara parsial tersebut. Di samping kajian-kajian Plasma fusi nuklir, dan plasma dalam alam semesta, kajian-kajian tentang plasma dingin sudah cukup berkembang dan mencakup wilayah aplikasi yang sangat luas. Pemanfaatan sains dan teknologi plasma mulai dari ruang-ruang sterilisasi medis, plasma telah difungsikan pula sebagai: pemotong, pelobang, penggunaan untuk las, sampai aplikasi untuk hiburan dimana plasma menjadi materi isian pada layar televisi dan lain sebagainya. Para fisikawan pada awalnya banyak yang tertarik dengan plasma untuk energi. Produksi energi di bintang-bintang dan matahari menjadi vi vii Lucutan dalam Gas Lucutan dalam Gas acuan untuk mengembangkan energi dari plasma. Reaksi pengabungan ini atau sering dikenal dengan fusi termo nuklir merupakan harapan masa depan sumber energi. Dalam bab 6 dibahas plasma dan fusi termo nuklir. Bab ini memberikan gambaran bagaimana plasma dan fusi nuklir dapat menghasilkan listrik. Pengantar Penerbit ............................................................................... v Kata Pengantar ..................................................................... vi DAFTAR ISI .............................................................................................. ix Dengan terbitnya buku ini penulis mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu secara aktif, khususnya kolega sesama dosen di Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Matematika Univeritas Diponegoro serta kolega pada Devisi Penelitian Fisika Plasma pada Kelompok Keahlian Fisika Radiasi. Terimakasih secara khusus saya sampaikan kepada isteri saya yang sering mengingatkan akan penyelesaian buku ini. Saya ucapkan terimakasih kepada saudara Taat Guswantoro, yang telah membantu menyiapkan gambar dan pengetikan koreksi dari buku ini. Akhirnya penulis menyadari, indahnya gading karena keretakannya, buku ini jauh dari sempurna, jadi jika para pengguna menemukan kesalahan baik secara teknis maupun konsep dapat memberikan masukan kepada penulis untuk perbaikan pada penerbitan berikutnya. BAB 1 LUCUTAN DALAM GAS ...................................................................... 1 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. 1.5. viii 1 5 7 8 12 BAB 2 2.1. 2.2. 2.3. 2.5. 2.6. Muhammad Nur Pengantar .................................................................................... Lucutan Korona .......................................................................... Medan Listrik Pada Elektroda Titik-Bidang.................................... Lucutan Penghalang Dielektrik (Dielectric Barrier Discharge) ...... Pembentukan Lucutan mikro ....................................................... PENGERTIAN DASAR TENTANG PLASMA.......................................... 15 2.4. Semarang, Januari 2011 Daftar Isi Pendahuluan ........................................................................... Definisi ......................................................................................... Jenis-jenis Plasma ........................................................................ 2.3.1. Plasma Dingin .................................................................. 2.3.2. Plasma Termik .................................................................. 2.3.3. Plasma Panas.................................................................... Proses terjadinya Plasma.............................................................. 2.4.1. Ionisasi ........................................................................... 2.4.2. Dissosiasi ......................................................................... 2.4.3. Derajat Ionisasi................................................................. 2.4.4. Keseimbangan Muatan .................................................... Sifat Kolektif ........................................................................... Panjang Debye ........................................................................... 15 16 19 19 19 19 19 19 20 20 21 23 24 BAB 3 IONISASI, REKOMBINASI DAN TUMBUKAN DALAM PEMBENTUKAN PLASMA ..................................................................................... 28 3.1. 3.2. 3.3. 3.4. Pengantar..................................................................................... Ionisasi Akibat Proses Penyerapan Radiasi (Fotoionisasi).............. Rekombinasi................................................................................. Tumbukan dan Ionisasi ................................................................. ix 28 29 30 31 3.5. 3.6. 3.7. Tampang Lintang Tumbukan ........................................................ 39 Keseimbangan Antara Ionisasi dan Rekombinasi Tumbukan......... 44 Ionisasi Kuat dan Ionisasi Lemah.................................................. 45 BAB 4 TUMBUKAN PARTIKEL BERMUATAN..................................................... 4.1. Pendahuluan................................................................................ 4.2. Dua Partikel Berinteraksi Dengan Potensial Coulomb ................... 4.3. Integrasi Parameter Tumbukan Berantai ..................................... 4.4. Frekuensi Tumbukan Efektif Untuk Proses Relaksasi..................... 4.4.1. Laju Transfer Energi .......................................................... 4.4.2. Laju Transfer Momentum................................................. 4.5. Frekuensi Tumbukan Rata-Rata.................................................... 4.6. Momentum Yang Hilang Pada Plasma Termik ............................... 4.6.1. Tumbukan Elektron - Ion .................................................. 4.6.2. Tumbukan Ion - Elektron .................................................. 4.6.3. Tumbukan Ion-ion............................................................ 4.6.4. Tumbukan Elektron-Elektron ........................................... 4.7. Waktu Karakteristik Plasma.......................................................... 4.8. Resitivitas Plasma ........................................................................ 4.9. Penampang Lintang Partikel Tunggal ............................................ 4.10. Koefisien Rerata Ionisasi............................................................... 49 49 50 54 55 55 56 58 59 59 60 60 61 61 64 67 69 BAB 6 PLASMA TOKAMAK DAN FUSI NUKLIR ......................................... 6.1. Pendahuluan .................................................................... 6.2. Plasma Tokamak .................................................................. 6.3. Konfigurasi Medan Magnetik Plasma Tokamak .................... 6.4. Plasma Tokamak dan Reaktor Fusi........................................ 6.5. Fusi Nuklir dan Kriteria Lawson ............................................ 6.6. Pembangkit plasma dalam Reaktor Fusi themonuklir .......... 6.7. Kriteria Pembakaran ............................................................ 6.8. Realisasi Energi Fusi untuk Pembangkit Tenaga Listrik.......... DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 98 APENDIKS .................................................................................. 102 INDEKS ...................................................................................... 112 BAB 5 HUKUM-HUKUM TERMODINAMIKA DALAM PLASMA ................... 72 5.1. 5.2. 5.3. 5.4. 5.5. Pendahuluan ........................................................................... Kesetimbangan Termodinamika Total (KTT) ................................. Kesetimbangan Termodinamika Lokal (KTL) ................................. Hukum-hukum Distribusi dan Radiasi Dalam Plasma ................... 5.4.1. Hukum Radiasi Planck ...................................................... 5.4.2. Hukum Radiasi Kirchoff .................................................... 5.4.3. Distribusi Radiasi Maxwell................................................ 5.4.4. Distribusi Radiasi Boltzmann............................................ 5.4.5. Distribusi Radiasi Saha ..................................................... Perubahan Hukum-hukum gas ideal dalam plasma ..................... x 84 84 85 86 87 88 90 90 95 72 72 72 73 73 74 74 75 75 77 xi Lucutan dalam Gas Lucutan dalam Gas BAB 1 Lucutan dalam Gas 1.1. Pengantar Lucutan gas merupakan kajian yang sudah cukup lama dalam fisika. Lucutan dalam gas yang paling dikenal dalam alam adalah kilat (lightning). Gas yang sifat dasarnya merupakan isolator, karena kondisi tertentu berubah menjadi konduktor. Bagaimana terjadinya kilat dan diikuti dengan petir? Awan yang berada dekat dengan permukaan bumi memiliki beda potensial yang sangat tinggi dengan permukaan bumi. Karena radiasi kosmis terjadilah ionisasi pada gas diantara awan dan bumi tersebut. Gambar 1.1 Kilat merupakan Lucutan Gas yang terbentuk oleh peristiwa alam (Courtesy: http://outdoors.webshots.com/photo/1054032381041113742wLgysV) Gas yang terionisasi ini semakin banyak dan memungkinkan terjadinya ionisasi berantai kerena elektron-elektron yang dihasilkan dalam ionisasi dipercepat menuju awan dan dalam perjalanannya menumbuk atom dan molekul 888 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 1 Lucutan dalam Gas Lucutan dalam Gas gas. Peristiwa ini berlangsung terus dan pada satu keadaan tertentu terjadi guguran elektronik (avalance electronics). Udara (gas) di antara awan dan bumi menjadi penghantar berbentuk kanal dan memancarkan cahaya putih. Lucutan elektrik (electrical discharge) telah terjadi di alam, diikuti dengan suara petir merupakan suara tepukan antara udara yang terpisahkan dalam waktu singkat oleh kanal lucutan antara awan dengan bumi dan/atau antara awan dengan awan. Petir di alam ditunjukkan pada gambar 1.1 Dalam laboratorium lucutan elektrik dapat dilakukan dalam tabung berisi gas. Apabila dua buah elektroda yang berupa plat sejajar diletakkan di dalam tabung yang berisi gas dengan tekanan tertentu dan kedua elektroda dihubungkan dengan sumber tegangan tinggi DC, maka akan terjadi lucutan listrik diantara elektroda-elektrodanya. Gambar tabung lucutan gas dapat dilihat pada gambar 1.2, dan gambar artifisialnya dapat dilihat pada gambar 1.3. Elektron dari katoda akan bergerak menuju anoda dan selama perjalanannya elektron-elektron tersebut akan menumbuk molekul-molekul dan/atau atom-atom gas diantara kedua elektroda. Untuk terjadinya ionisasi berantai, tahapan pertama yang harus dilalui adalah terjadinya ionisasi yang menghasilkan elektron. Elektron pertama ini diyakini oleh para ilmuwan berasal dari ionisasi gas oleh radiasi sinar kosmis. Elektron pertama ini dipercepat oleh beda potensial antara dua elektroda plat dalam tabung lucutan tersebut. Dalam perjalannya elektron ini akan menumbuk dan mengionisasi atom atau molekul gas lain, demikian seterusnya. Proses tumbukan beruntun tersebut akan menghasilkan guguran elektronik dan dapat mengakibatkan terjadinya ionisasi berantai. Anoda dihasilkan tidak banyak menambah arus. Dengan menaikkan tegangan maka partikel gas, elektron dan ion yang telah terjadi mendapat tambahan energi, dan melipat gandakan peristiwa ionisasi, sehingga arus listrik naik terhadap tegangan, daerah ini disebut lucutan Townsend (Townsend discharge). Dengan menaikan tegangan terus-menerus, elektron-elektron yang bergerak menuju anoda memiliki energi yang cukup untuk mengionisasi partikel gas yang ditumbuknya. Proses ionisasi semakin sering dan banyak terjadi, sehingga terjadi pelipatan elektronik. Ion-ion yang dihasilkan akan dipercepat oleh medan listrik dan pada akhirnya akan menumbuk katoda. Tumbukan ion tersebut menghasilkan elektron yang dipancarkan oleh katoda melalui efek fotolistrik, elektron hasil tumbukan itu disebut elektron sekunder. Penyebab munculnya elektron berbeda dari elektron hasil ionisasi yang disebut elektron primer. Katoda A Gambar 1.3. Lukisan tabung sinar katoda (Courtesy:http://www.astro.virginia.edu/class/oconnell/astr121/guide09.html) V Sumber Tegangan Tinggi Gambar 1.2 Tabung lucutan gas Pada tegangan rendah elektron-elektron tidak banyak berpengaruh pada atom-atom gas, karena hanya sedikit terjadi ionisasi dan elektron-elektron yang 2 Fisika Plasma dan Aplikasinya Pada suatu nilai tegangan tertentu akan terlihat adanya pancaran (emisi) cahaya pada katoda. Pancaran yang terjadi pada katoda akibat rekombinansi antara ion gas dan elektron sekunder dan akibat panas bramstrahlung ion pada katoda. Dalam gas sendiri terjadi perubahan yang menyebabkan gas berangsurangsur menjadi penghantar, keadaan ini disebut dadal (breakdown). Setelah keadaan dadal pijaran katoda yang disebabkan oleh tumbukan-tumbukan ion dan emisi elektron sekunder akan menimbulkan kenaikan arus, kondisi ini disebut lucutan normal (normal discharge). Pada keadaan ini proses ionisasi akan terjadi secara berantai dan tidak lagi memerlukan penambahan tegangan dari luar untuk Fisika Plasma dan Aplikasinya 3 Lucutan dalam Gas Lucutan dalam Gas terjadinya ionisasi. Setelah permukaan katoda seluruhnya berpijar, tegangan dan arus listrik akan naik secara simultan dan keadaan ini disebut lucutan abnormal (abnormal discharge). Apabila tegangan terus dinaikkan maka katoda akan semakin panas yang disebabkan tumbukan ion berenergi tinggi dan proses ini menjadi dominan untuk memproduksi elektron. Dalam hal ini tegangan lucutan menjadi menurun dan arus listrik meningkat, kondisi ini disebut lucutan arc (arc discharge). Lucutan arc tidak memerlukan lagi penambahan tegangan untuk mendukung lucutan, karena pada katoda akan terpancar elektron-elektron sekunder terus-menerus yang disebabkan proses thermionik. Secara garis besar lucutan gas dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : 1. Lucutan tak mandiri (non-self-sustained), karena untuk terjadinya proses ionisasi masih memerlukan energi eksternal dari sistem. Lucutan yang termasuk lucutan tak mandiri adalah lucutan Townsend. 2. Lucutan mandiri (self-sustained), yaitu proses lucutan tanpa memerlukan tegangan atau energi dari luar, yang termasuk lucutan mandiri adalah lucutan pijar normal, lucutan pijar abnormal dan lucutan arc. Untuk melihat hubungan antara tegangan (V) dan arus listrik (I) dapat digambarkan pada gambar 1.4. V (KV) F B C D FG :Transisi menuju lucutan arc. GH : Lucutan arc (Arc discharge). Ditijau dari aspek terapannya dan dapat dihasilkan dalam udara bebas, berikut ini akan dibahas lebih lanjut tentang lucutan korona (corona discharge) dan lucutan berpenghalang dielektrik (Dielectrics Barrier Discharge) 1.2. Lucutan Korona Lucutan korona termasuk lucutan mandiri (self-sustained) yang merupakan suatu kasus khusus. Lucutan korona terbentuk pada medan listrik tak seragam (non uniform) yang kuat antar elektroda. Lucutan korona dipertahankan pada kuat medan tertentu, sehingga kuat medan tersebut belum cukup kuat untuk terjadi lucutan arc. Medan listrik tidak seragam dapat dibentuk dengan membuat konfigurasi geometri elektroda yang berbeda misal: titik-bidang , kawat-bidang dan pisau silinder. Dalam lucutan korona sering juga disebut plasma lucutan pijar korona, antara dua elektroda terdapat dua daerah yaitu: daerah ionisasi (ionization region) dan daerah aliran (drift region). Daerah ionisasi terletak disekitar elektroda aktif sedangkan daerah aliran merupakan daerah selain daerah ionisasi yang berada di antara kedua elektroda. Elektroda aktif adalah elektroda yang mempunyai intensitas medan listrik yang tinggi. Untuk konfigurasi elektroda titikbidang (point-to-plane) plasma lucutan pijar korona terjadi pada elektroda aktif yaitu pada elektroda titik (point). Plasma lucutan pijar korona yang terjadi dapat disebut korona positif atau korona negatif. Jenis lucutan korona ini ditentukan oleh polaritas tegangan yang diberikan pada elektroda aktif. E G H A I(A) Gambar 1.4. Karakteristik hubungan V-I lucutan gas Dari grafik dapat dilihat pembagian daerah untuk masing-masing lucutan, yaitu, AB : Lucutan Townsend (Townsend Discharge). BC : Keadaan dadal (Breakdown). CD : Transisi menuju Lucutan mandiri ( self-sustained). DE : Lucutan pijar normal ( normal discharge). EF : Lucutan pijar abnormal (Abnormal discharge). 4 Fisika Plasma dan Aplikasinya Gambar 1.5. Lucutan korona dalam gas Argon sangat murni (Nur,1997) Fisika Plasma dan Aplikasinya 5 Lucutan dalam Gas Lucutan dalam Gas Plasma lucutan pijar korona positif dapat dibentuk dengan memberikan polaritas positif pada elektroda titik (point). Elektron-elektron yang bergerak dari katoda menuju anoda akan dapat mengionisasi atom-atom atau molekul gas diantara elektroda. Ionisasi terjadi di sekitar elektroda titik, karena pengaruh medan listrik ion-ion hasil ionisasi akan mengalir atau bergerak menuju katoda melalui daerah aliran (drift region). Aliran ion-ion ini akan menimbulkan arus ion yang disebut arus saturasi unipolar. Daerah ionisasi dan daerah aliran plasma lucutan pijar korona ditunjukan pada gambar 1.6. Untuk konfigurasi elektroda hiperbolik-bidang (hiperbolid-plane) yang merupakan pendekatan untuk konfigurasi titik-bidang (point-to-plane) arus saturasi unipolar diberikan persamaan: 2me V 2 o I = s d (1.1) Dengan Is adalah arus saturasi unipolar ion,V adalah tegangan korona, µ adalah mobilitas ion unipolar, εo permitivitas ruang hampa dan d adalah jarak antar elektroda. Arus ion-ion pada korona positif adalah ion yang bermuatan positif . Plasma lucutan pijar korona negatif dapat dibentuk dengan memberi polaritas negatif pada elektroda titik. Hal yang membedakan dengan korona positif adalah ion yang mengalir melalui daerah aliran merupakan ion-ion yang bermuatan negatif. Ion-ion bermuatan negatif terbentuk karena di dalam udara terdapat molekul elektronegatif (O2) yang mempunyai sifat sangat mudah menangkap elektron. 1.3. Medan Listrik Pada Elektroda Titik-Bidang Medan listrik yang tak seragam (non uniform) karena adanya perbedaan geometri antara elektroda (titik-bidang) menimbulkan medan listrik yang kuat disekitar ujung elektroda titik. Kuat medan listrik antar elektroda merupakan fungsi dari jarak (x) antar elektroda. Besar kuat medan listrik ditunjukan dalam persamaan: E ( x) = (1.2) 2V x2 2d (r + 2 x - ) ln(1 + ) d r Dengan V adalah tegangan pada elektroda, r adalah jari-jari ujung elektroda titik, d adalah jarak antar elektroda dan x jarak ujung elektroda titik dengan sebuah titik yang berjarak x tertentu diantara kedua elektroda. Gambar 1.7 merupakan ilustrasi grafik kuat medan listrik sebagai fungsi jarak. Dengan demikian apabila x = 0 (diujung elektroda titik) medan listriknya diberikan oleh persamaan : 2V E(x = 0 ) = r ln ( 1 + (1.3) 2d ) r Jarum (Elektroda titik) Daerah Ionisasi + Garis-garis medan listrik E(x) Daerah medan listrik intensitas tinggi (-) Anoda X Beda Potensial O V Daerah Aliran Ion Jarak d (+) Katoda Elektroda Bidang - X Gambar 1.7 Kuat medan listrik sebagai fungsi jarak R Gambar 1.6 Daerah ionisasi dan aliran pada lucutan pijar korona 6 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 7 Lucutan dalam Gas 1.4. Lucutan dalam Gas Lucutan Penghalang Dielektrik (Dielectric Barrier Discharge) Lucutan plasma senyap (Silent Discharge Plasma) adalah lucutan plasma yang dapat dioperasikan pada tekanan atmosfer. Lucutan plasma senyap ini dalam industri skala besar digunakan sebagai pembangkit ozon. Dengan gas sumber yang digunakan adalah udara bebas maupun oksigen. Karakteristik utama dari lucutan senyap adalah celah lucutan yang sempit dengan jarak milimeter dan salah satu elektrodanya ditutupi dengan lapisan isolator. Dengan alasan ini, lucutan plasma senyap juga dikenal dengan sebutan lucutan plasma berpenghalang dielektrik (Dielectric Barrier Discharge). Berdasarkan aplikasinya, lucutan plasma senyap juga dikenal sebagai lucutan penghasil ozon. Pada lucutan plasma senyap terjadi proses oksidasi yang dapat menghasilkan radikal bebas secara kimia pada temperatur udara dan tekanan atmosfer, untuk mengoksidasi fase gas yang terkandung di dalam reaktor tersebut. Lucutan didefinisikan sebagai aliran arus listrik yang melalui gas dan proses-proses ionisasi gas yang disebabkan oleh adanya medan listrik. Lucutan gas diawali proses ionisasi gas dalam medan listrik yang kuat. Ionisasi gas menghasilkan ion yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif. Masing-masing muatan listrik tersebut bergerak menuju elektroda yang sesuai sehingga terjadi aliran muatan listrik. Lucutan plasma berpenghalang dielektrik berbentuk koaksial (Coaxial Dielectric Barrier Discharge) merupakan sistem tertutup. Lucutan plasma ini dihasilkan pada celah di antara dua elektroda yaitu elektroda kawat sebagai elektroda aktif di bagian dalamnya dan elektroda terluar (elektroda pasif) yang berupa lembaran aluminium dengan tabung gelas pyrex sebagai penghalang (barrier). Bila kedua elektroda ini diberi tegangan listrik maka akan menghasilkan medan listrik yang tidak homogen, muatan ruang (space-charge) akan timbul sebelum terjadinya tembus total dan distribusi medan listrik yang terjadi akan mempengaruhi nilai dari tegangan tembus. Sistem pembangkit lucutan plasma penghalang dielektrik menggunakan gas sumber udara bebas pada tekanan atmosfer sebagai gas masukan. Ozon diproduksi di dalam lucutan plasma penghalang dielektrik dari gas di udara atau gas oksigen murni yang melewati celah diantara dua elektroda. Di bawah pengaruh dari elektron energi tinggi dalam ruang antar elektroda maka terjadi disosiasi molekul oksigen. Reaksi pembentukan ozon dari atom oksigen adalah O + O2 + M " O3 + M (R-1) dengan M adalah N2 atau O2. Di dalam produksi ozon, reaksi yang sebanding juga terjadi : O + O3 " 2 O 2 8 Hal ini merupakan batasan kehadiran produksi ozon maksimum, misalnya batas dari efisiensi kerja alat. Gas di udara yang melewati celah di antara elektroda akan terionisasi dan menghasilkan ozon. Kemudian ozon tersebut dimasukkan ke dalam air, maka akan terjadi pelarutan ozon di dalam air (dissolved ozone in water). (a) (b) Gambar 1.8 Bentuk konfigurasi elektroda lucutan plasma penghalang dielektrik, (a) Geometri elektroda tampak samping, (b) Geometri elektroda tampak depan. Pada gambar 1.8, ditunjukkan konfigurasi elektroda dari lucutan plasma penghalang dielektrik dan warna abu-abu menunjukkan bahan dielektrik, dengan karakteristik sebagai berikut: lucutan plasma penghalang dielektrik dioperasikan pada tekanan atmosfer diantara logam elektroda yang salah satunya dilindungi oleh penghalang dielektrik. Pembangkit AC (alternating current) tegangan tinggi akan menghasilkan lucutan di antara celah elektroda sehingga gas akan terionisasi. Bahan gelas dan keramik yang berbeda pada umumnya digunakan sebagai material penghalang. Lucutan biasanya terjadi dalam jumlah besar sepanjang daerah filamen (100-200 µ m). Lucutan ini dibentuk dengan pelipatgandaan elektron yang bergerak dari elektroda aktif dan terakumulasi pada bahan dielektrik yang melindungi elektroda pasif pada waktu yang bersamaan. Aliran muatan pada 10-100 ns memungkinkan terjadinya perpindahan muatan selama waktu itu. Muatan listrik negatif ini dikumpulkan pada permukaan elemen dari bahan dielektrik sebagai muatan bebas. Geometri lucutan plasma penghalang dielektrik sehingga terbentuk lucutan mikro ditunjukkan gambar 1.9 (R-2) Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 9 Lucutan dalam Gas Lucutan dalam Gas Elektroda Aluminium (Negatif) mempunyai waktu hidup pendek, dikenal sebagai lucutan mikro (microdischarge). Tegangan Tinggi AC Penghalang Elektrik Elektron e Baru + Lucutan Mikro Ruang Gas - e + O OH Penghalang Elektrik (pyrex) + - +e e + e Proses tangkapan elektron Molekul gas e + e + Elektroda Aluminium (Negatif) Gambar 1.9 Geometri dari lucutan plasma penghalang dielektrik sehingga terbentuk lucutan mikro. Gambar 1.9 menunjukkan geometri dari lucutan plasma dengan penghalang sehingga terjadi lucutan mikro. Ketika gas berada dalam pengaruh medan listrik yang mampu menimbulkan pergerakan spesies gas, elektron yang berenergi akan mentransferkan energinya pada molekul gas melalui tumbukan, eksitasi molekul, tangkapan elektron, disosiasi dan ionisasi. Spesies aktif utama yang dihasilkan dari proses transfer energi elektron adalah ion, radikal dan atom tereksitasi. Lucutan plasma dengan penghalang dielektrik terbentuk di dalam medan listrik yang tak seragam, yang terjadi di daerah sekitar elektroda aktif yang dapat memungkinkan terjadinya ionisasi dan pembentukan elektron berenergi tinggi di daerah tersebut. Gambar 1.10 menunjukkan elektron-elektron yang bergerak menuju elektroda aktif akan menumbuk atom atau partikel di antara celah elektroda dan mengakibatkan atom menjadi ion bermuatan positif. Jika ionisasi terjadi di udara, karena medan listrik yang cukup kuat antar elektroda, ion nitrogen akan dipercepat bergerak menuju elektroda pasif. Pergerakan ion ini mengalir melalui daerah aliran. Bila di dalam gas (udara bebas) terdapat atomatom atau partikel elektronegatif (O2), maka molekul ini akan mudah menangkap elektron sehingga bermuatan negatif dan akan dipercepat menuju elektroda aktif. Atom atau partikel elektronegatif (O2) tidak akan terdeposisi pada elektroda aktif, karena mempunyai muatan yang sama. Pada tekanan atmosfer, breakdown listrik di dalam konfigurasi elektroda terjadi dalam jumlah besar dari aliran arus yang 10 Fisika Plasma dan Aplikasinya - Batas Plasma Senyap Elektroda Aktif + + e - + + + - + - + - + - + - + - + + Elektron Sekunder Proses Ionisasi e + + + - + Elektroda Kawat Spiral (Positif) Lapisan Penghalang Dielektrik Daerah Unipolar Daerah Plasma Senyap + + + Ion Positif + + + + + - Elektroda Pasif Gambar 1.10 Ilustrasi lucutan plasma penghalang dielektrik. Lucutan plasma senyap merupakan lucutan plasma yang unik karena merupakan transisi dari lucutan korona dan lucutan pijar. Lucutan plasma senyap dengan ruang yang tidak homogen ini menunjukkan bahwa lucutan mikro adalah lucutan terusan tunggal. Lucutan mikro ini dimulai saat keadaan medan lokal tinggi. Pada akhirnya, lucutan mikro ini menyebar di bawah pengaruh medan tersebut. Lucutan mikro biasanya mempunyai waktu hidup yang sangat pendek, pada 100 nanodetik atau bahkan kurang. Diameter kawat dan lamanya waktu yang efektif bergantung pada gas sumber yang digunakan dan juga tekanan pada reaktor. Arus mengalir seluruhnya di dalam filamen. Pertukaran energi terjadi antara elektron yang dipercepat dan molekul, baik di dalam lucutan mikro maupun di luar dari lucutan mikro. Elektron berenergi tinggi menumbuk atom atau molekul, dengan mengubah energi kinetik menjadi energi ionisasi yang menghasilkan spesies tereksitasi. Oleh karena energi tinggi elektron, perubahan energi dapat menjadi sangat efisien dengan 90% atau bahkan lebih yang merupakan energi kinetik elektron tersebut. Dari aliran lucutan mikro, mengalir spesies yang berinteraksi dengan gas terbanyak untuk membentuk spesies baru. Sebagai contoh, O dihasilkan di permukaan elektroda aktif yang bereaksi dengan O2 di sekitar elektroda aktif untuk membentuk O3. Pada tekanan yang lebih rendah, terdapat transisi kontinu dari struktur filamen pada lucutan plasma senyap (Silent Discharge Plasma) menjadi lebih tersebar, yang menunjukkan Normal Glow Discharge. Fisika Plasma dan Aplikasinya 11 Lucutan dalam Gas 1.5. Lucutan dalam Gas Pembentukan Lucutan mikro Pembentukan lucutan mikro di dalam lucutan plasma berpenghalang dielektrik adalah seperti pada gambar 1.11. Pada gambar 1.11 ditunjukkan proses pembentukan lucutan mikro. Tidak seperti pada lucutan lainnya, pada lucutan plasma penghalang dielektrik ini, kedua elektrodanya dipisahkan oleh suatu isolator. Lucutan ini juga mempunyai muatan sisa dari fase lucutan sebelumnya. Jumlah rapat lucutan mikro berkumpul di permukaan elektroda ditimbulkan rapat daya, yang bergantung pada frekuensi yang diberikan. Pelipatgandaan elektron Pembentukan muatan ruang Gambar 1.12 Lucutan mikro pada lucutan plasma penghalang dielektrik dengan lebar celah antara elektroda 1 mm pada tekanan atmosfer (Kogelschatz, 1994) Proses ionisasi Proses disosiasi dan eksitasi Reaksi kimia Gambar 1.11 Skema pembentukan lucutan mikro. Gambar lucutan mikro seperti terlihat pada gambar 1.12. Pada tekanan atmosfer, terjadi tumbukan yang menyebabkan pelipatgandaan elektron yang dapat membangkitkan rapat muatan pada celah sesaat setelah melewati jarak yang pendek. Medan listrik lokal menyebabkan pemisahan muatan dengan kecepatan yang berbeda antara elektron dan ion .Tumbukan ionisasi dalam daerah dengan medan tinggi sehingga streamer bergerak dengan cepat pada daerah ionisasi dan tejadi pembentukan kanal plasma. Durasi waktu nanodetik pada lucutan mikro disebabkan oleh muatanmuatan yang berada pada permukaan dielektrik. Hal ini dapat mengurangi medan listrik dari lucutan mikro yang menunjukkan muatan arus dihalangi, karena durasi waktu yang pendek dan transport muatan yang terbatas juga terjadi disipasi energi . Oleh karena itu pada lucutan mikro, pecahan energi elektron dalam jumlah besar dapat digunakan untuk eksitasi atom-atom atau molekul di dalam udara, yang menyebabkan adanya reaksi kimia atau emisi radiasi. SOAL-SOAL 1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan lucutan gas 2. Salah satu peristiwa alam yang terkait dengan lucutan gas adalah petir. Jelaskan hal tersebut. Jelaskan pula mengapa terjadi cahaya putih di udara jika terjadi petir. 3. Gambarkan kurva I (V) dari suatu arus sebagai fungsi tegangan lucutan gas dalam tabung. Jelaskan bagian-bagian dalam kurva tersebut. 4. Pada kurva dalam soal nomor 3 terdapat satu nilai V yang memberikan beberapa nilai I. Jelaskan mengapa hal tersebut dapat terjadi. 5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan lucutan korona, jelaskan pula kapan 12 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 13 Lucutan dalam Gas Pengertian Dasar Tentang Plasma terjadinya lucutan korona positif dan kapan pula lucutan korona negatif. 6. Terdapat perbedaan yang menonjol antara lucutan gas dalam tabung dengan lucutan korona. Sebutkan perbedaan tersebut : a. Dari aspek konfigurasi elektroda b. Dari aspek medan listrik yang dihasilkan c. Daerah lucutan yang terbentuk 7. V (mV) I (mA) 3,6 1,8 3,8 3 4,2 4,8 4,8 10,8 5,2 18 5,8 27 6 32 Data yang dipilih dari suatu hasil eksperimen disajikan pada tabel (1). BAB 2 Gunakan data tersebut untuk menentukan mobilitas partikel bermuatan dalam plasma korona. Diketahui jarak antar elektroda titik bidang sebesar 5 mm. Pengertian Dasar Tentang Plasma 2.1 8. Lucutan korona dari konfigurasi titik bidang pada soal nomor 8 di bentuk dengan jari-jari jarum 100 m m dan jarak antar elektroda 5 mm. Hitunglah medan listrik disepanjang daerah antara titik dan bidang, gunakan interval jarak sebesar 0,5 mm. Buat pula grafik Kuat medan (E) sebagai fungsi jarak (m) Pendahuluan Studi tentang pelucutan listrik di dalam gas telah melahirkan Fisika Plasma pada awal 1920, dan sejak itu disiplin ilmu ini telah dicoba untuk dikembangkan dengan pertimbangan daya tariknya karena merupakan ilmu yang sangat esensial dalam perkembangan fisika terutama fisika atom dan fisika nuklir. Ketertarikan para fisikawan pada fisika plasma semakin bertambah setelah adanya perpaduan antara fisika nuklir dan astronomi. Dengan bantuan físika nuklir, bersinarnya bintang-bintang di jagat raya secara terus menerus dapat dijelaskan dengan adanya reaksi penggabungan inti (reaksi fusi termonuklir) yang terjadi terus menerus pula di bintang-bintang tersebut. Reaksi fusi termonuklir inilah telah dicoba untuk ditiru untuk menghasilkan energi. Di awal tahun 50-an, dua fisikawan Rusia Andrei Sakharov dan Igor Tamm mengusulkan suatu teknik Plasma Tokamak dan teknik ini telah menjadi satu-satunya model untuk mengusahakan terjadinya reaksi termonuklir. Di samping kajian-kajian Plasma Tokamak, kajian-kajian fisika plasma untuk bidang non-fusi pun sudah cukup berkembang pula mencakup wilayah aplikasi yang sangat luas. Pemanfaatan sains dan teknologi plasma mulai dari ruang-ruang sterilisasi medis sampai masalah-masalah jagat raya (astrofísika dan astronomi). Plasma juga telah digunakan dan mulai difungsikan sebagai “gergaji”, “mesin bor”, “kepala solder”, sampai pada materi isian pada layar televisi generasi terbaru dan lapisan tipis pada semikonduktor. Yang lebih menarik lagi adalah hampir 99% alam semesta merupakan fase plasma. Namun bidang ini masih sangat terbatas diajarkan dibandingkan disiplin físika lainnya. Mungkin karena kerumitan dari disiplin ini yang menyangkut 14 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 15 Pengertian Dasar Tentang Plasma Pengertian Dasar Tentang Plasma MOLEKUL BERGERAK BEBAS dan JARAK ANTAR MOLEKUL RENGGANG PANAS T > 100°C Uap Air (H2O) MOLEKUL BERGERAK BEBAS HANGAT 0°C 100.000°C IONISASI (H2"H+ + HV) ENERGI Menurut Chen (2002), plasma merupakan daerah reaksi tumbukan elektron yang sangat signifikan untuk terjadi. Plasma dapat terjadi ketika temperatur atau energi suatu gas dinaikkan sehingga memungkinkan atom-atom gas terionisasi akan membuat gas tersebut melepaskan elektron-elektronnya yang pada keadaan normal mengelilingi inti. PLASMA Plasma dapat ditemukan pada ruang antar bintang, pada atmosfer bintang (termasuk matahari), pada tabung lucutan dan pada reaktor termonuklir eksperimen. Gambar 2.1 menunjukkan bahwa alam semesta masih cair dari terbentuk dari plasma. Disinyalir bahwa alam semesta masih 99 % terbentuk dari plasma. percampuran kuasinetral dari elektron, radikal, ion positif dan negatif. Percampuran antara ion-ion yang bermuatan positif dengan elektron-elektron yang bermuatan negatif memiliki sifat-sifat yang sangat berbeda dengan gas pada umumnya dan materi pada fase ini disebut fase plasma. Maka secara sederhana plasma didefinisikan sebagai gas terionisasi dan dikenal sebagai fase materi ke empat setelah fase padat, cair, dan fase gas. ENERGI berbagai disiplin ilmu físika seperti físika statistik, mekanika kuantum, teori tumbukan atau hamburan, físika atom dan molekul, físika nuklir, teori kinetik gas, mekanika fluida, termodinamika, teori gelombang, elektromagnetik, elektrodinamik, kelistrikan, spekroskopi, kinetik kimia, problem-problem nonlinear dan lain-lain. Gambar 2.2. Ilustrasi fase materi ke empat setelah fase padat, cair, dan fase gas Fisika Plasma dan Aplikasinya 17 Pengertian Dasar Tentang Plasma Pengertian Dasar Tentang Plasma Ilustrasi pada gambar 2.2 menunjukkan terbentuknya plasma dari proses perubahan melalui urutan padat, cair, gas dan akhirnya plasma. Melalui logika urutan materi tersebut maka plasma selalu disebut dengan “materi fase ke empat” setelah fase padat, fase cair dan gas. Gambar tersebut menunjukkan bahwa jika es (merupakan materi padat) mendapat energi, maka ia akan mencair pada suhu di atas 0OC menjadi air. Jika air diberikan energi, setelah melewati suhu 100OC akan menjadi uap air dengan molekul H2O. Pemberian energi terusmenerus pada uap air akan memecahkan molekul air menjadi H2 dan O2 dan akhirnya molekul-molekul ini akan terionisasi menjadi ion-ion positif dan elektron yang dalam keadaan tertentu dan ruang tertentu (microspace) terjadi keseimbangan antara ion dan elektron. Pada keadaan ini disebut plasma. 2.3 Jenis-jenis Plasma Ditinjau dari temperaturnya plasma dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu : 2.3.1. Plasma Dingin Plasma yang terjadi dalam keadaan ketidaksetimbangan termal (non–thermal equilibrium) antara temperatur elektron dan gas. Temperatur elektron tinggi tetapi temperatur partikel gas relatif rendah karena tumbukan elektron dan partikel gas sangat kecil. Pada plasma dingin ion dan atom–atom atau molekul–molekul netral tetap dalam suhu sekitar 1000 K. elektron–elektron dalam plasma jenis ini mempunyai temperatur cukup tinggi sekitar 50000 K. Plasma dingin sering digunakan dalam bidang mikroelektronik, pembentukan materi baru dan pembersihan polutan. 2.3.2. Plasma Termik Gambar 2.3. Ilustrasi perbedaan materi antara fase gas dengan fase plasma untuk gas hidrogen Gambar 2.3 menunjukkan perbedaan antara gas dan plasma untuk atom hidrogen (atom berelektron satu) Plasma jenis ini tergolong plasma dalam keadaan ketidaksetimbangan termal (non – thermal equilibrium). Partikel–partikel berat di dalam plasma bersuhu lebih tinggi dari 3000 K. Elektron dalam plasma termik ini mempunyai temperatur cukup tinggi lebih besar dari 105 K. Plasma jenis ini sering digunakan untuk pengelasan, pemotongan logam, pembersihan polutan dan lain–lain. 2.3.3. Plasma Panas PLASMA-FASE KE 4 DARI SEBUAH MATERI Temperatur (K) 108 Reaktor Fusi Magnetik Nebula 106 Angin Matahari Fusi Terkungkung Korona Matahari Neon Inti Matahari Petir 104 Aurora 10 Api Untuk memberikan gambaran sebaran plasma yang terkait dengan temperatur dan densitasnya, gambar 2.4 menunjukkan jenis-jenis plasma tersebut. 2.4 2 103 Plasma panas terjadi dalam keadaan kesetimbangan termal (thermal equilibrium). Pada pembangkitan plasma panas distribusi energi elektron dan molekul gas mendekati sama, karena frekuensi tumbukan antara elektron dan molekul gas lebih besar. Plasma panas adalah plasma yang tersusun dari molekul gas yang bertemperatur tinggi. Plasma jenis ini memiliki temperatur di atas 106 K. Plasma panas digunakan untuk memproduksi energi listrik. 109 1015 1021 1027 1033 Densitas (muatan/m3) Proses terjadinya Plasma 2.4.1. Ionisasi Plasma merupakan gas yang terionisasi, peristiwa ionisasi selalu ada pada proses terjadinya plasma. Ionisasi didefinisikan sebagai proses terlepasnya Gambar 2.4. Ilustrasi fase materi ke empat 18 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 19 Pengertian Dasar Tentang Plasma Pengertian Dasar Tentang Plasma elektron suatu atom atau molekul dari ikatannya. Energi yang dibutuhkan untuk melepas satu atau lebih elektron dari orbitnya pada sebuah atom atau molekul dapat didefinisikan sebagai energi ionisasi Ei. Besarnya energi ionisasi dinyatakan dalam satuan elektron-volt (eV). Dalam keadaan stabil ionisasi dapat terjadi apabila energi elektron yang menumbuk lebih besar atau sama dengan energi ionisasi atom atau molekul tertumbuk, dapat ditulis dalam persamaan, 1 me ve2 ³ eV i 2 (2.1) dengan me adalah massa elekton, Ve adalah kecepatan electron, e adalah muatan elektron, dan V i adalah potensial ionisasi atom atau molekul. Pada proses tumbukan antara elektron dengan partikel-partikel gas tidak hanya proses ionisasi yang terjadi melainkan juga menyebabkan peristiwa-peristiwa yang lainnya. Kebalikan dari proses ionisasi adalah proses rekombinasi. Rekombinasi terjadi dengan cara pengikatan elektron oleh ion dan pengikatan antar atom menjadi molekul sehingga menjadi spesies netral atau ion negatif yang disertai pemancaran foton. dengan n adalah densitas partikel bermuatan, n0 merupakan densitas partikel netral. Untuk derajat ionisasi yang lebih kecil dari 10-4, diklasifikasikan sebagai gas terionisasi rendah. Di atas harga batas ini, gas dapat dianggap sebagai gas terionisasi tinggi. Dalam gas terionisasi rendah, interaksi antara partikel adalah interaksi binaire. Kadang-kadang karena rendahnya densitas partikel-partikel bermuatan dibandingkan partikel-partikel netral, tumbukan antara partikel bermuatan sering dapat diabaikan. Dinamika partikel-partikel bermuatan ditentukan oleh tumbukan antara elektron-partikel netral dan ion-partikel netral. Selain itu, akibat dari perbedaan massa antara sebuah elektron dan partikel netral, tumbukan antara elektron dengan sebuah partikel netral tanpa pertukaran energi yang cukup berarti sebagai hasilnya hanya arah gerak elektron saja yang berubah. Jadi, dapat disebutkan bahwa elektron-elektron mempunyai suatu temperatur kesetimbangan antar sesamanya yakni temperatur elektronik Te, yang lainnya ionion dan partikel-partikel netral dengan massa yang hampir sama mempunyai suatu temperatur kesetimbangan yang lain pula T0=Ti Dalam gas yang terionisasi tinggi interaksi-interaksi antara partikel-partikel memegang peranan sangat penting. Gerakan-gerakan elektron-elektron dan ionion terkendali dengan gaya coulomb menimbulkan efek-efek kolektif. 2.4.2. Dissosiasi dan Eksitasi 2.4.4. Keseimbangan Muatan Dissosiasi adalah pemisahan molekul menjadi atom-atom penyusunnya. Partikel gas yang terdissosiasi ini dapat pula terionisasi menjadi ion-ion positif dan negatif. Pembentukan muatan dan pengurangan muatan secara bebas dan bersamaan akan terjadi di dalam suatu gas yang terionisasi oleh lucutan listrik. Pada keadaan setimbang (steady state), jumlah elektron Ne dan ion Ni ditentukan oleh kesetimbangan antar kedua proses di atas. Di dalam gas yang terionisasi kerapatan muatan negatif dan positif cenderung sama, sehingga secara keseluruhan gas bermuatan netral. Gas yang terionisasi seperti ini disebut sebagai plasma, yang rapat muatannya dapat disajikan dalam persamaan berikut : Eksitasi adalah peristiwa dimana elektron yang berada di tingkat energi yang lebih rendah berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi dengan menyerap energi tumbukannya dengan elektron. Peristiwa kebalikan dari eksitasi tersebut disebut relaksasi atau deeksitasi dan peristiwa ini disertai pemancaran foton. Tidak semua gas yang terionisasi merupakan plasma. Plasma juga harus memenuhi persyaratan kerapatan (densitas), suhu plasma, panjang Debye (λD) dan energi. 2.4.3. Derajat Ionisasi Derajat ionisasi adalah suatu parameter penting sebagai acuan dalam pengklasifikasian plasma. Apapun cara untuk memproduksi plasma, yang sangat menentukan karakter plasma yang terbentuk adalah derajat ionisasinya: αi = n/(n0 + n) 20 ρ ≈ ρe+ ρi (2.3) dengan ρ adalah rapat muatan plasma, ρe adalah rapat muatan negatif dan ρi adalah rapat muatan positif. Dalam keadaan setimbang maka ρ ≈ 0 sehingga ρe ≈ ρi. Jika rapat muatan elektron adalah muatan elektron dikalikan dengan densitas elektron (ne) dan rapat muatan positif adalah muatan ion positif dikalikan dengan densitas ion positif (ni) (ρe ≈ e.ne dan ρi ≈ e.ni ) . Jika ρ ≈ 0 maka ne ≈ ni, sehingga dalam kondisi plasma densitas elektron sama dengan densitas ion. (2.2) Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 21 Pengertian Dasar Tentang Plasma Pengertian Dasar Tentang Plasma Kita akan bandingkan besarnya gaya pemulih dengan gaya gravitasi dan gaya tekanan. Kita asumsikan model sederhana; plasma yang tersusun oleh proton dan elektron dalam satu dimensi (slab). Dengan menganggap densitas ion jauh lebih besar daripada densitas elektron , yaitu (ni - ne )/ ne » 1% gaya gravitasi N » nmg » 10 7 3 << gaya pemulih volume m (2.8) gaya tekanan p n e T 1019.1,6.10 -19.10 3 N = = » = 1,6.10 3 3 << gaya pemulih (2.9) volume x x 1 m Densitas muatan (2.4) r = e(ni - ne ) » 10 ene -2 Dalam skala laboratorium Ñ.E = Sepanjang r e0 (2.5) seperti yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, gaya pemulih membawa plasma kembali dalam suatu keadaan yang mana sifat kenetralan adalah dominan, sehingga plasma tetap dalam keadaan normal. (lihat gambar 2.5). Ini adalah suatu contoh bahwa dinamika plasma diatur oleh elektromagnetik atau elektrostatik jarak jauh (long-range interaction) 2.5 -2 -2 10 ene dE 10 ene = Þ E (x ) = x dx e0 e0 (2.6) Dengan catatan bahwa E(x)≤0 untuk x≤0: ion-ion terdorong ke luar dan elektronelektron tertarik ke dalam. - + + + + - F ion + + + + + - - + + + + + - Sifat Kolektif Dalam plasma terjadi sifat kolektif dimana secara keseluruhan muatan dalam plasma menjadi nol. Pada kondisi plasma netral ini besarnya muatan ion sama dengan muatan elektron atau (niqi - nee) = 0 dengan ni merupakan densitas ion dan ne adalah densitas elektron. Sehingga densitas partikel bermuatan negatif (elektron) sama dengan densitas partikel yang bermuatan positif (ion positif). Keadaaan ini merupakan keadaan rerata. Apabila kita dekatkan sebuah partikel tunggal maka keadaan netral akan berubah. Kita ambil ion dan letakkan dalam plasma. (Gambar 2.6) F ion + - + + + + + + - Muatan Uji Gambar 2.5. Gaya pemulih dari keadaan netral Gaya pemulih berusaha menghilangkan batas dari muatan positif. Sekarang mari kita bandingkan besarnya gaya pemulih dengan gaya gravitasi (gaya gravitasi antara ion-ion dan elektron-elektron) dan gaya tekanan. Dengan mengasumsikan x≈1m T = 1 keV, ne = 1019m-3; ( 10 - 2 en e gaya pemulih = rE = volume e0 22 2 ) x » 3.10 7 N m3 (2.7) Fisika Plasma dan Aplikasinya - - + - + - + + + - - + - - + + - Gambar 2.6. Partikel test (ion) dalam plasma Dalam posisi muatan uji berada dalam Plasma , maka muatan uji tersebut akan dikelilingi oleh awan plasma. Muatan uji tersebut mendapatkan gaya potensial dari plasma tersebut. Potensial dari plasma tersebut mengikuti persamaan : Fisika Plasma dan Aplikasinya 23 Pengertian Dasar Tentang Plasma f (r ) = Pengertian Dasar Tentang Plasma ì r ü e 1 expíý 4pe 0 r î lD þ (2.10) Dengan f (r ) sebagai energi potensial r adalah jarak dan n densitas elektron dalam plasma sebagai fungsi jarak (r) diberikan pada persamaan di bawah ini æ ì r üö e2 1 ì ef ü n e (r ) » n e0 í1 + ý = n e 0 çç1 + expíý ÷÷ Tþ î î λ D þø è 4pe 0 T r = n e0 + pengganggu kecil: yang diharapkan bentangan elektron berkumpul disekitar muatan positif. Peralatan eksperimen Debye dan foto Peter Debye (1884 - 1966) ditunjukkan pada gambar 2.7. (2.11) ì r ü n e0 λ g p D expíý 3 r î λD þ bentuk ne 0 g p l D expìí- r üý adalah dn dengan l D = e 0T / n0 e 2 e 3 r î lD þ adalah 4 panjang Debye, g p := N D-1 << 1 adalah parameter plasma dan N D = pl3D n0 3 adalah jumlah partrikel di dalam bola Debye. 2.6 Gambar 2.7 Peralatan eksperimen Debye untuk daya tarik menarik antar ion dan teori ionisasi, Inset foto Peter Debye (1884 – 1966) Panjang Debye Secara kelistrikan bahwa suatu plasma disebut bermuatan netral itu hanya berlaku dari sudut pandang makroskopik, sesungguhnya secara mikroskopik partikel-partikel pembentuk plasma adalah partikel bermuatan dan mengalami gaya tolak dan tarik dari partikel-partikel di sekitarnya. Untuk mendapatkan kenetralan muatan potensial setiap partikel harus terkungkung oleh partikel-partikel di sekitarnya secara bersama-sama. Jika kita pusatkan perhatian kita pada sebuah muatan uji di dalam suatu plasma misalkan saja sebuah muatan positif. Maka di sekitar muatan tersebut akan terjadi suatu potensial secara simetris di sekitar muatan pada jarak tertentu dan muatan positif tersebut merupakan pusat potensial. Sedangkan elektron-elektron akan merapat ke muatan uji. Ion-ion positif akan mengungkung muatan uji setelah elektron. Jarijari dari pusat potensial (ion positif muatan uji) ke ion-ion positif yang mengungkung disebut dengan jari-jari Debye, yang ditunjukkan oleh persamaan berikut. e 0T lD = (2.12) n0 e 2 Suatu zat dalam kondisi Plasma akan dapat menunjukkan sifat kolektif apabila: 1. Terdapat cukup partikel (ND ) dalam lingkungan Debye sehingga mereka dapat memberikan lingkupan Debye. Untuk jumlah partikel ND cukup besar menurut persamaan (2.13) dibawah ini: 4 (2.13) N D = pl3D n0 >> 1 3 Persamaan ini dapat juga disebutkan dengan plasma parameter gp yang mana g p = N D-1 << 1 2. (2.14) Dimensi plasma Lplasma 1. lebih besar daripada panjang Debye. l D << L plasma (2.15) 2 T berhubungan dengan pergerakan termal dalam keadaan normal dan n0 e / e 0 berhubungan dengan potensial muatan ruang yang berusaha mengembalikan ke dalam keadaan normal. Panjang Debye dapat dipahami sebagai akibat kompetisi kedua efek tersebut. Bentuk dne menunjukkan positif, akan tetapi merupakan 24 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 25 Pengertian Dasar Tentang Plasma Pengertian Dasar Tentang Plasma Tabel 1 Perbandingan gas ideal dengan plasma. Gas Ideal Parameter Jarak inter partikel (rata - rata) n Range interaksi -1 Plasma -1 3 << n 1 n3 ~ l D >> n 3 T = E kinetik E potensial Soal - Soal 2 e / 4pe 0 n >> 1 -1 1 3 = 4pl2D n 2 1. Jelaskan perkembangan kajian tentang plasma. 2. Jelaskan dengan beberapa contoh plasma yang terdapat di alam dan plasma buatan manusia untuk tujuan aplikasi dan penelitian 3. Uraikan bagaimana terbentuknya plasma, dan bedakan plasma dengan materi fase yang lain. 3 Jelaskan pula bagaimana caranya kita menghasilkan plasma dari sejumlah es 3 2 æ 3 ö 3 23 ÷ N D >> 1 è 4p ø 4. Jadi telah kita lihat bahwa panjang karakteristik untuk melindungi gangguan elektromegnetik pada plasma, yang pertama dan yang paling penting adalah adanya sifat kolektif. Akan tetapi hanya untuk gangguan yang sifatnya statik. Dari aspek temperatur, pada umumnya plasma dibagi atas 3 macam. Jelaskan ketiga macam plasma tersebut dan bedakan satu dengan yang lain. Untuk masing-masing plasma beri 3 contoh baik yang dapat ditemukan di alam maupun plasma buatan manusia 5. Berikut ini dapat diringkaskan parameter - parameter penting dalam plasma antara lain : 6. Uraikanlah apa yang dimaksud dengan bola Debye. Jelaskan pula tentang sifat kolektif dari plasma. Jika panjang Debye l D temperatur plasma dengan densitas sebesar n0 sebesar T maka jabarkanlah bahwa panjang Debye mengikuti persamaan 2 l D = e 0T / e n dengan e adalah muatan elementer dan e 0 adalah permitivitas vakum. = 4p ç Pergerakan termal dari elektron vthe ~ Panjang karakteristik T me (2.16) e 0T lD = e2n Waktu karakteristik t = Dalam sebuah bola Debye terdapat ND partikel, jika panjang Debye l D dan plasma mempunyai densitas sebesar n0 maka buktikanlah bahwa 4 N D = pl3D n0 3 8. Sebuah parameter penting dalam plasma adalah waktu karakteristik t yang terkait dengan osilasi dalam plasma sehingga dalam plasma juga dikenal frekuensi karakteristik. Untuk kedua parameter penting (2.17) e 0T / e 2 n e 0m lD = = vth e2n T /m Frekuensi karakteristik w p = 7. 1 e2n = frekuensi plasma t e 0m (2.18) plasma tersebut buktikanlah bahwa t = (2.20) massa partikel dalam plasma, n densitas plasma, e adalah muatan elementer dan e 0 permitivitas vakum. Dari waktu karakteristik tersebut carilah frekuensi karakteristik plasma. Dalam sebuah Plasma terdapat muatan uji. Muatan tersebut akan dikelilingi oleh awan plasma sehingga memiliki energi potensial dari plasma tersebut. Buktikan bahwa potensial sebagai fungsi jarak f (r ) dari Sehingga kita peroleh densitas pengganggu 9. ~ ~ ¶2 n 2 + ω n =0 p ¶t 2 plasma 26 e 0m dengan m adalah e2n (2.19) Fisika Plasma dan Aplikasinya f (r ) = ì r ü e 1 expíý , dengan r adalah jarak dan n densitas 4pe 0 r î lD þ Fisika Plasma dan Aplikasinya 27 Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma 3.2. BAB 3 Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma 3.1. Pengantar Ionisasi didefinisikan sebagai proses terlepasnya elektron suatu atom atau molekul dari ikatannya. Energi yang dibutuhkan untuk melepas satu atau lebih elektron dari orbitnya pada sebuah atom atau molekul dapat didefinisikan sebagai energi ionisasi Ei. Besarnya energi ionisasi dinyatakan dalam satuan elektron-volt (eV). Ion adalah atom atau molekul yang memiliki jumlah elektron yang tidak sama dengan jumlah protonnya, sehingga atom atau molekul tersebut bermuatan listrik. Atom atau molekul yang memiliki kelebihan muatan positif dinamakan ion positif sedangkan atom atau molekul yang memiliki kelebihan muatan negatif dinamakan ion negatif. Plasma dapat terbentuk karena adanya ionisasi partikel-partikel gas. Apabila atom atau molekul pada gas menyerap energi yang cukup maka dapat menyebabkan elektron lepas dari atom atau molekul tersebut. Atom atau molekul tersebut menjadi bermuatan atau disebut juga terionisasi. Hasil ionisasi adalah sebuah elektron dan ion bermuatan positif. Ion positif dapat kehilangan elektron-elektron yang lainnya sehingga menjadi muatannya menjadi lebih positif. Muatan ion positif dapat diberikan dengan (+Ne), dengan e adalah muatan elektron dan N adalah bilangan bulat. Dalam pembentukan plasma, ionisasi terhadap atom atau molekul gas netral merupakan peristiwa yang sangat mendasar. Terdapat berbagai peristiwa yang memungkinkan terjadinya ionisasi antara lain, ionisasi karena tumbukan baik elastis maupun non elastis. Ionisasi akibat suatu mekanisme foto-absorsi juga disebut fotoionisasi, ionisasi karena penyinaran oleh sinar-x, radiasi nuklir, dan radiasi sinar kosmis. 28 Fisika Plasma dan Aplikasinya Ionisasi Akibat Proses Penyerapan Radiasi (Fotoionisasi) Atom tereksitasi dapat mengemisikan foton, dengan atom yang berada pada level energi tinggi berpindah ke level energi yang lebih rendah. Proses kebalikannya dapat juga terjadi apabila sebuah atom menyerap foton yang datang dan memindahkan elektron ke level energi yang lebih tinggi. Foton dapat menyebabkan eksitasi pada atom apabila energi foton tersebut lebih besar atau minimal sama dengan energi eksitasi terendah dari atom tersebut. Eksitasi atau ionisasi terjadi apabila (3.1) hv ³ W l£ ch We l£ ch untuk ionisasi Ei untuk eksitasi dan (3.2) (3.3) dengan h adalah konstanta Plank, c adalah kecepatan cahaya, λ adalah panjang gelombang foton, We adalah energi eksitasi dari atom dan Ei adalah energi ionisasi dari atom. Persamaan tersebut memungkinkan untuk menghitung panjang gelombang yang dapat digunakan untuk menyebabkan ionisasi pada atom atau molekul. Pada level energi yang lebih tingi, panjang gelombang yang lebih pendek dibutuhkan agar dapat menyebabkan ionisasi. Panjang gelombang terpanjang yang dapat menyebabkan ionisasi dapat dihitung dengan menggunakan energi ionisasi terendah dari atom, yaitu energi ionisasi atom cesium yang mempunyai energi ionisasi 3,87 eV. Sehingga panjang gelombang terpanjang yang dapat menyebabkan fotoionisasi adalah λmaks=3198 Å. Panjang gelombang tersebut terdapat pada daerah ultraviolet dari spektrum gelombang elektromagnetik. Sehingga ionisasi langsung pada sembarang gas dari cahaya tampak tidak semuanya dimungkinkan. Apabila energi foton hv lebih besar daripada energi eksitasi dari suatu atom We, maka energi sisanya dapat diemisikan sebagai foton dengan memenuhi kondisi sebagai berkut: h(v1 - v 2 ) = We (3.4) dengan v1 frekuensi foton datang dan v2 adalah frekuensi foton yang diemisikan. Kemungkinan lain adalah energi sisa dapat digunakan sebagai energi kinetik dari atom yang tereksitasi. Pada kasus ionisasi penyerapan foton, kemungkinan ketiga dari energi yang tersisa dapat digunakan sebagai energi kinetik dari elektron yang dibebaskan, sehingga memberikan kecepatan awal elektron yang tinggi. Elektronelektron yang dihasilkan dari radiasi disebut dengan fotoelektron. Fisika Plasma dan Aplikasinya 29 Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Fotoionisasi tidak hanya terjadi akibat adanya radiasi dari luar, akan tetapi juga bisa disebabkan oleh radiasi yang diemisikan oleh atom atau molekul dalam gas itu sendiri. Emisi ini dapat diakibatkan oleh deeksitasi ataupun rekombinasi pada atom atau molekul pada gas tersebut. Foton yang diemisikan oleh atom yang kembali pada keadaan dasar dapat diserap oleh atom yang lain pada gas yang sama untuk bereksitasi. Hal yang sama mungkin saja terjadi apabila atom yang kedua kembali pada keadaan dasar, mengemisikan foton dengan panjang gelombang yang sama. Hal ini terjadi berulang-ulang sampai foton kehilangan boundaries. Keadaan tersebut disebut dengan resonance radiation dan sering terjadi pada gas-gas yang terionisasi. 3.3. Rekombinasi Rekombinasi adalah peristiwa kebalikan dari peristiwa ionisasi, pada rekombinasi satu atau lebih elektron kembali bergabung dengan atom atau molekul yang kekurangan elektron (ion). Setelah terjadi penangkapan elektron oleh ion maka atom atau molekul tersebut akan kembali menjadi atom atau molekul netral. Di dalam plasma peristiwa ionisasi dan rekombinasi berlangsung dalam waktu yang sangat singkat dan bersamaan. Dengan perkataan lain bahwa di dalam plasma khususnya plasma non-thermik selalu terjadi suatu atom atau molekul akan kehilangan elektronnya dan sebaliknya di sisi lain juga ada ion-ion yang menangkap elektron sehingga berubah menjadi atom atau molekul netral. Seperti pada ionisasi rekombinasi pun dapat merupakan rekombinasi karena tumbukan dan rekombinasi radiatif. Artinya rekombinasi yang menangkap satu elektron atau lebih akan menghasilkan elektron baru dan rekombinasi radiatif berlangsung semua elektron yang ditangkap oleh ion akan menghasilkan energi sisa yang di emisikan dalam bentuk radiasi foton. Ini adalah contoh tumbukan tak elastik. Gambar 3.1 menunjukkan mekanisme ionisasi dan rekombinasi yang paling penting. Kedua mekanisme ionisasi yang ditunjukkan pada gambar 3.1 terjadi secara alami. IONISASI e e REKOMBINASI e e p+ p+ p+ e Rekombinasi Tumbukan e e p+ Ionisasi Radiatif p+ e Ionisasi Tumbukan e e e p+ p+ e p+ Rekombinasi Radiatif Gambar 3.1 Proses utama ionisasi dan rekombinasi 30 Fisika Plasma dan Aplikasinya Pada kasus plasma dalam laboratorium, tumbukan yang menyebabkan ionisasi merupakan mekanisme utama dalam pembentukan plasma. Meskipun terdapat radiasi UV kuat yang menghasilkan ionisasi radiasi. Untuk jenis densitas dari plasma dalam laboratorium maupun plasma di angkasa, dikenal juga rekombinasi tiga tubuh/ partakel (three-body recombination). Penelitian-penelitian tentang rekombinasi ini telah dilakukan sejak tahun 60 an oleh Einar Hinnov and Joseph G. Hirschberg (1962). Penelitian ini telah mengukur tingkat rekombinasi dan karakteristik dari garis emisi dalam plasma helium dan hidrogen, dengan kepadatan elektron urutan 1013 cm-3 dan derajat ionisasi sekitar 50%. Dalam penelitian ini kerapatan elektron dan suhu plasma dapat diukur melalui pengukuan intensitas spektrum kontinju dan intensitas spektrum garis. Hasil yang diperoleh dalam penelitian dijelaskan melalui proses rekombinasi tiga-tubuh elektron-elektron-ion. Jenis ionisasi dan rekombinasi yang lain juga dimungkinkan, misalnya rekombinasi pertukaran muatan (H+ + H- " 2H) dan rekombinasi dissosiatif untuk sembarang molekul (e + (AB)+ " A + B),akan tetapi biasanya proses tersebut diabaikan dibandingkan dengan proses pada gambar 3.1. Keseimbangan dari ionisasi tumbukan dan ionisasi radiasi dapat digunakan untuk menentukan karakteristik plasma. 3.4. Tumbukan dan Ionisasi Ketika sebuah partikel bermassa m (elektron, ion atau atom netral) bergerak dengan kecepatan v kemudian menumbuk sebuah atom bermassa M, akan terjadi pertukaran energi kinetik. Jika tidak terjadi eksitasi maupun ionisasi pada atom tersebut maka tumbukan yang terjadi adalah tumbukan elastis. Tumbukan tak elatis akan menyebabkan atom mengalami eksitasi atau ionisasi, Pengurangan energi kinetik akan terjadi pada partikel yang bertumbukan. Tumbukan tak elastis terjadi, artinya sebagian energi kinetik dari partikel yang betumbukan akan diubah menjadi energi potensial bagi partikel yang ditumbuk dan partikel itu akan mengalami eksitasi atau bahkan ionisasi. Ketika sebuah partikel mendapatkan tambahan energi potensial maka akan mengubah tingkat energi, dan akan menyebabkan energi partikel tersebut naik ke tingkat energi yang lebih tinggi dari keadaan awalnya. Ketika suatu partikel kehilangan energi potensial, maka tingkat energi partikel akan berpindah pada tingkat energi yang lebih rendah. Atau secara umum dapat dikatakan, ketika sebagian energi kinetik diubah menjadi energi potensial, maka tumbukan yang terjadi adalah tumbukan tak elastis. Hukum kekekalan momentum dan hukum konversi energi dapat digunakan untuk mendapatkan seberapa kecepatan dan energi partikel setelah terjadinya tumbukan, tentunya dengan mengetahui sifat tumbukan terlebih dahulu. Fisika Plasma dan Aplikasinya 31 Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Diasumsikan bahwa partikel yang bertumbukan adalah berbentuk bola pejal, asumsi ini akan runtuh ketika memasukkan proses-proses yang terjadi pada atom. satu hal yang perlu diperhatikan bahwa kecepatan partikel yang bertumbukan harus jauh lebih kecil dari kecepatan cahaya, sehingga efek relativistik dapat diabaikan dan hanya menggunakan hukum-hukum mekanika klasik Newton, penelusuran mengenai tumbukan akan lebih dalam lagi ketika menggunakan mekanika kuantum. Seperti yang terlihat pada gambar 3.2, dua buah partikel yang masingmasing bermassa m dan M bertumbukan dengan membentuk sudut tertentu dengan vektor kecepatannya adalah v dan V, sehingga komponen vektor kecepatan ini akan memberikan arah yaitu pada garis tegak lurus yang bertemu pada pusat yaitu sumbu y dan sumbu x. Kecepatan vx dan Vx tidak akan berubah oleh pengaruh tumbukan, sehingga vy dan Vy yang kemudian akan digunakan untuk perhitung. Misalkan v1 adalah kecepatan akhir partikel m dalam arah y dan keadaan awal partikel M adalah diam, maka untuk tumbukan elastis sempurna dapat dituliskan bahwa: m-M v (3.5) m+M Jika tumbukan adalah tumbukan tak elastis, energi maksimum yang diberikan pada atom gas yang bermassa M yang awalnya diam dapat pula diturunkan dengan menggunakan hukum kekekalan momentum dan energi. Persamaan akan menjadi: v1 = m.v + M .V = mv1 + m.V1 Karena telah diasumsikan bahwa keadaan awal partikel M adalah diam, maka persamaan di atas akan berubah menjadi m.v = m.v1 + M.V1 v Hukum kekekalan energi yang terjadi pada saat tumbukan adalah sebagai berikut: m M 1 2 1 2 1 mv = mv1 + MV12 + W p 2 2 2 Vx Vy 32 Fisika Plasma dan Aplikasinya (3.9) Untuk mendapatkan nilai maksimum dari Wp dapat dilakukan dengan menurunkan persamaan Wp terhadap v1 karena v1 merupakan variabel bebas, dan didapatkan persamaan sebagai berikut: dW p dv1 Gambar 3.2 Dua buah partikel sebelum bertumbukan (3.8) Dengan Wp adalah besarnya energi kinetik yang berubah menjadi energi potensial, atau pertambahan energi potensial pada partikel. Dengan mengeliminasi persamaan 3.8 dengan menggunakann persamaan 3.7, maka diperoleh: 1 2 1 2 1 m2 (v - v1 )2 + W p mv = mv1 + 2 2 2 M V (3.7) Komponen kecepatan yang kita bahas adalah komponen yang mengarah ke sumbu y atau sumbu yang terbentuk dari arah kecepatan kedua partikel yang berhimpit, sedangkan untuk sumbu x tidak dibahas karena seperti pada penjelasan yang sebelumnya yaitu tidak akan terjadi perubahan pada sumbu x. vy vx (3.6) = m [mv - (m + M )v1 ] M (3.10) Untuk nilai maksimum Wp didapatkan ketika hasil diferensisasi bernilai nol, sehingga didapatkan persamaan: Fisika Plasma dan Aplikasinya 33 Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma mv = (m + M )v1 Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma (3.11) atau v1 m = v m+M (3.12) Hal ini berarti bahwa pertambahan energi potensial maksimal terjadi ketika perbandingan antara kecepatan akhir dengan kecepatan awal partikel sama dengan perbandingan massa partikel dengan massa total kedua partikel. Jika 1 massa kedua partikel sama maka akan didapatkan bahwa v1 = 2 v dan berdasar persamaan 3.7 akan diperoleh pula V1 = v1. Ketika partikel yang datang adalah elektron dengan m <> r2) persamaan (3.19) menjadi - v A Apabila yang digunakan sebagai partikel penumbuk adalah molekul dari gas yang sama maka r1 = r2 = r sehingga persamaan (3.19) menjadi - - 10-8 m (3.18) Dengan N adalah densitas molekul gas. Jarak jalan bebas rata-rata molekul dinyatakan dengan l= Berat Molekul lg 1 (3.23) 2 4 2 πr1 N - Tabel 3.1 Menyatakan nilai jarak jalan bebas rata-rata ( l g ),rata-rata kecepatan (v) dan frekuensi tumbukan (vc) dari beberapa molekul gas . Tampang Lintang Tumbukan Mengacu pada tumbukan antara dua buah partikel A dan B (gambar 3.5). Partikel B adalah target yang diam, sedangkan partikel A adalah proyektil yang datang dengan arah sumbu z. Rapat partikel datang dinyatakan dengan Jin. jumlah partikel yang terlempar keluar per satuan waktu per satuan sudut ruang dalam arah (q , f ) dinyatakan dalam Jout (q , f ) .besarnya nilai Jout sebanding dengan fluks partikel datang Jin. Dapat dituliskan konstanta kesebandingan q (q, f ) J out (q, f ) (3.24) J in Inilah definisi dari tampang lintang diferensial untuk tumbukan. Integral tampang lintang dapat dituliskan sebagai berikut: (3.25) s = q (q , f )d W q (q , f ) = Dengan Ω adalah sudut ruang dan d W = sin q dq df Frekuensi tumbukan dapat dituliskan sebagai: u coll = ò J out (q, f )d W 38 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya (3.26) 39 Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Dengan menggunakan persamaan 3.24 dan 3.25 vcoll dapat dibentuk sebagai berikut: u coll = J in .s (3.27) A Dengan berkas partikel A dengan kecepatan tetap vin bertumbukan dengan partikel B seperti terlihat pada gambar 3.6 fluks partikel datang dapat dituliskan sebagai berikut: Vin (3.28) J in = N .u in B N(A) A Jout (q) A q Jin Z B Dengan N adalah densitas partikel A, dalam kasus ini (gambar 3.7) persamaan 3.27 dapat kembali dituliskan sebagai: u coll = Nvins Gambar 3.5 sistem tumbukan untuk mendefinisikan tampang lintang A (3.29) Ketika kasus dibalik, yaitu partikel B yang datang pada sekelompok partikel A yang diam. Densitas partikel A adalah N dan frekuensi untuk B menumbuk partikel A diberikan oleh persamaan 3.29. jumlah tumbukan tiap satuan panjang untuk partikel B dapat ditunjukkan sebagai berikut: 1 (3.30) = Ns vin Jarak bebas rata-rata untuk partikel B bergerak dalam kelompok partikel A dapat dihitung dengan persamaan berikut: x = u coll ´ Vin N(A) Gambar 3.7 Sebuah partikel B menumbuk kelompok partikel A yang diam. B l mfp = 1 1 = x Ns (3.31) Rata-rata waktu tumbukan, berdasarkan frekuensi tumbukan adalah: t coll = Gambar 3.6 Berkas partikel A yang menumbuk target partikel B yang diam 40 Fisika Plasma dan Aplikasinya 1 1 = u coll Nvins (3.32) Waktu rata-rata tumbukan adalah besaran yang banyak digunakan, ketika membicarakan momentum sebagai proses yang dinamik (misalnya kasus transfer partikel). Waktu rata-rata tumbukan juga dapat digunakan untuk memperkirakan besarnya waktu sebuah partikel dalam keadaan tereksitasi. Pada umumnya pada saat berada pada keadaan tereksitasi akan meluruhkan dan mengemisikan radiasi elektromagnetik. Tetapi apabila waktu rata-rata tumbukan lebih kecil dari waktu hidup radiasi pada keadaan tersebut, maka keadaan meluruh dan akan menumbuk partikel yang lain. Kasus ini ditunjukkan dalam gambar 3.7 dan N dalam persamaan 3.32 adalah densitas dari partikel yang bertumbukan. Fisika Plasma dan Aplikasinya 41 Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Seperti pada bahasan sebelumnya mengenai jenis proses tumbukan (eksitasi, ionisasi, dissosiasi). Didapatkan definisi yang sama mengenai tampang lintang dari bermacam proses di atas. Yaitu seperti yang tertulis pada (3.24) kita dapatkan: q s (q, f ) = J out , s (q, f ) (3.33) Tanda s pada subscript menunjukkan jenis tumbukan dan Jout,s jumlah partikel yang keluar setelah proses tumbukan s. persamaan 3.25 dapat digantikan dengan persamaan berikut: (3.34) Ketika kita tidak terlalu memperhatikan detail dari tumbukan, maka didapatkan tampang lintang hamburan total, σtot, adalah nilai yang digunakan, sesuai dengan persamaan : s tot = å s s s (3.35) Tampang lintang ini secara sederhana adalah ukuran dari kekuatan tumbukan (seberapa kuat, seberapa sering terjadinya tumbukan). Besaran yang telah dikenalkan di atas (v,ξ,λ,τ) dapat didefinisikan baik dalam σs maupun σtot. Kadang-kadang tampang lintang tumbukan dapat diartikan dengan kebolehjadian terjadinya tumbukan. Dengan catatan, Kebolehjadian dengan nilai antara 0 dan 1 harus didefinisikan secara tepat. Berdasarkan berkas partikel B (kecepatan v dan intensitas I) menerobos kumpulan partikel A (partikel diam dengan densitas N). jumlah tumbukan antara partikel B dengan A pada jarak sebesar dx diberikan oleh dx/λmfp , dengan λmfp adalah jarak bebas rata-rata seperti pada persamaan (3.31). sebagai akibat dari tumbukan, berkas akan kehilangan intensitas sebesar (dx/λmfp)I. atau dapat dituliskan sebagai berikut: dI dx =I l mfp (3.36) Tanda minus pada sisi kanan persamaan 3.36 mengindikasikan bahwa intensitas berkas akan berkurang seiring bertambahnya x. setelah menembusi pada jarak L, itensitas berkas akan menjadi: æ L ö ÷ I (L ) = I0 exp ç ç l ÷ mfp è ø (3.37) Dengan I0 adalah intensitas saat x=0, dengan persamaan 3.31 kita peroleh: I (L ) = I 0 exp(- NsL ) 42 (1 - exp(- NsL ))I 0 (3.39) Faktor pada I0 dapat disebut sebagai kebolehjadian tumbukan, sehingga, Pcoll = 1 - exp(- NsL ) J in s s = ò q s (q, f )dW Sebaliknya, intensitas berkas sisa setelah menembus sejauh L adalah (3.38) Fisika Plasma dan Aplikasinya (3.40) Implikasi hubungan di atas adalah, jika tampang lintang itu besar, kita dapatkan kebolehjadian tumbukan yang besar (hampir satu), tetapi hal ini tidak proposional antara kedua kuantitas. Berdasarkan tumbukan (proses s) antara kumpulan partikel B (dengan densitas NB) dan kelompok partikel A (dengan densitas partikel NA). dalam kasus partikel A diam sedangkan partikel B memiliki distribusi kecepatan f(v), jumlah tumbukan tiap satuan waktu (kecepatan tumbukan) diberikan oleh persamaan: Rs = N A N B ò vs s (v )f (v )dv (3.41) Dengan mengambil koefisien laju tumbukan adalah k s = ò vs s (v )f (v )dv (3.42) Didapatkan hubungan (3.43) Rs = N A N B k s Hal ini dapat diaplikasikan pada kasus reaksi kimia A+ B ®C + D (3.44) Pada kasus ini kecepatan v adalah rata-rata kecepatan relatif antara A dan B. karena distribusi kecepatan bergantung dari temperature gas, koefisien reaksi k A+ B ®C + D adalah fungsi dari temperatur. 3.6. Keseimbangan Antara Ionisasi dan Rekombinasi Tumbukan Kondisi keseimbangan antara ionisasi tumbukan dan rekombinasi radiatif dapat dituliskan dengan: n n σ ion v e = n e σ rec v e atau σ ion v e ne = nn σ rec v e (3.45) Dengan σion adalah tampang lintang (keboleh jadian) terjadinya ionisasi dan σrec adalah tampang lintang rekombinasi, ve kecepatan elektron, ne adalah densitas Fisika Plasma dan Aplikasinya 43 Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Persamaan Saha -E1=13,6eVnn=1019m-3 elektron dan nn adalah densitas atom atau molekul netral sedangkan ni adalah densitas ion. α Rasio ne / nn disebut dengan derajat ionisasi (sering ditulis α). pada plasma n e » ni yang secara umum sebanding dengan temperatur pada plasma. Bentuk eksak untuk ne / nn tergantung pada asumsi yang kita gunakan untuk keseimbangan. Dengan mengasumsikan model yang paling sederhana, hidrogen: keseimbangan thermodinamika total, yang mana semua spesies plasma yakni elektron dengan temperatur Te ion dengan temperatur Ti dan atom atau molekul netral dengan tempertatur Tn mempunyai karakteristik temperatur yang sama T = Te = Ti = Tn º T Temperatur ini sering disebut sebagai temperatur plasma. Ini hanya bisa terjadi pada gas yang derajat ionisasinya sangat-sangat tinggi dan suhu plasma juga sangat tinggi. Kondisi ini jarang terjadi pada plasma dingin dan thermik tetapi dapat diperoleh pada plasma panas yang dihasilkan dalam reaktor plasma pengungkungan magnetik yang dibuat untuk menghasilkan fusi nuklir. Dengan mengasumsikan bahwa terjadi plasma panas dan keseimbangan termodinamika total dengan demikian ne » ni . Dalam plasma dikenal suatu hukum distribusi baru yang tidak dikenal dalam gas, hukum distribusi ini disebut distribusi Saha. Hukum distribusi Saha menjelaskan tentang kesetimbangan antara ion dan elektron dalam plasma. Persamaan di bawah ini menunjukan suatu pendekatan persamaan Saha dimana semua konstanta telah dijadikan koefien numerik. 3 ne T 2 [eV ] ì Ei ü » 3.10 27 expí- ý nn ni m - 3 î T þ [ ] (3.46) Dengan Ei adalah energi ionisasi. Tentang persamaan Saha ini akan dibahas lebih lengkap dalam bab 5. Representasi bagus dari transisi kedalam keadaan plasma diberikan kuantitas ne (ne + nn ) , yang disebut dengan derajat ionisasi relatif . gambar di bawah ini menunjukkan derajat ionisasi relatif untuk atom Hidrogen dengan energi ionisasi sebesar 13,6 eV dan densitas nn 1019 m-3 sebagai fungsi temperatur plasma. 1 0,8 0,6 PLASMA 0,4 0,2 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 T (eV) 19 -3 Gambar 3.8 Derajat ionisasi relatif α pada plasma Hidrogen dengan nn = 10 m Transisi yang drastis pada persamaan Saha dapat kita asumsikan sebagai perubahan fase. Pada T > Ei ionisasi mendekati 100%. Kesetimbangan Saha dengan derajat ionisasi mendekati 1 dengan perkataan lain ionisasi terjadi ionisasi sempurna juga tidak terdapat pada plasma dingin dan plasma termik, keadaan ini hanya terjadi pada plasma untuk membangkitkan reaksi fusi nuklir baik kondisi laboratorium maupun secara alami yang terjadi di matahari dan bintang. Gambar 3.8 menunjukkan derajat ionisasi sebagai fungsi temperatur. 3.7. Ionisasi Kuat dan Ionisasi Lemah Plasma yang terbentuk karena tumbukan antara partikel-partikel bermuatan dengan partikel-partikel netral lebih dominan, akan menjadikan plasma tersebut menjadi plasma terionisasi rendah. Sedangkan plasma terionisasi kuat tumbukan antara partikel-partikel bermuatan dengan partikelpartikel bermuatan lebih dominan. Pada plasma terionisasi kuat n i σ Coulomb > n n σ ion , λ Coulomb < λ ion mfp mfp (3.47) Dengan s coulomb adalah penampang lintang pada tumbukan Coulomb (gaya elektrostatik). σ coulomb » πb 2 (3.48) 2 Dengan b = e 4pe 0T ('panjang Landau') adalah jarak yang mana energi elektrostatik sama dengan energi thermal. Perlu diperhatikan bahwa kita 44 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 45 Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma harapkan panjang efektif untuk interaksi kolektif elektrostatik lebih besar dari pada b, oleh sebab itu penampang lintang lebih besar sehingga partikel tetap berinteraksi pada jarak yang lebih besar dari pada b karena kita masih di dalam 2 bola Debye. Dengan memberikan s ion » pa a untuk Hidrogen kita dapat menghitung derajat ionisasi di atas. Untuk plasma terionisasi kuat Soal - Soal 1. Jelaskan pentingnya peristiwa ionisasi dalam pembentukan plasma. Kaitkan penjelasan anda dengan difinisi plasma yang telah dibahas pada bab sebelumnya. 2. Berikan penjelasan tentang fotoionisasi dan berikan contoh tentang peristiwa fotoionisasi tersebut 3. Biasanya fotoionisasi terjadi untuk penyerapan foton dari luar atom, jelaskan apa yang mungkin terjadi untuk penyerapan foton yang dipancarkan oleh atom atau molekul yang sama 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan rekombinasi 5. Jelaskan dengan melalui gambar peristwa ionisasi dan rekombinasi 6. Jelaskanlah proses tumbukan yang mungkin terjadi pada gas campuran yang terdapat lebih dari sebuah atom, dan tuliskan reaksi yang terjadi 7. Jika nilai dari jarak jalan bebas rata-rata ( λ g ), rata-rata kecepatan (v) dan frekuensi tumbukan (vc) dari beberapa molekul gas. Dihitung dengan menggunakan teori kinetik gas pada suhu 288 K dan tekanan 1 atm, maka anda diminta menghitung kembali dan melakukan koreksi terhadap tabel dibawah ini 2 ne σ ion πa 2 æ 4πe ö > ~ 02 = a 02 ç 2 0 ÷ T 2 n n σ Coulomb πb è e ø (3.49) Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, yang membedakan antara plasma terionisasi lemah dan terionisasi kuat ditinjau dari aspek tumbukan antar partikel adalah netral atau bermuatannya partikel tersebut. Jika lebih dominan tumbukan antara partikel-partikel bermuatan dengan partikel-partikel netral maka plasma tergolong pada terionisasi lemah. Jika yang dominan adalah tumbukan antar partikel bermuatan, plasma jenis ini dapat digolongkan pada plasma terionisasi kuat. Lebih dalam lagi tumbukan antar partikel bermuatan akan dibahas dalam bab 4. - Gas 8. 46 Fisika Plasma dan Aplikasinya Berat Molekul λg v vc Diameter 10 -8 m m/sec 10 9 sec-1 0 H2 2,016 10,77 1,740 14,8 2,74 He 4,002 18,62 1,230 6,6 2,18 H2O 18,000 8,18 580 13,9 4,60 Ne 20,180 18,22 550 4,2 2,59 N2 28,020 6,28 467 7,4 3,75 Terjadi tumbukan antara sekumpulan partikel B (dengan densitas NB) dan kelompok partikel A (dengan densitas partikel NA). dalam kasus partikel A diam sedangkan partikel B memiliki distribusi kecepatan f(v). Tunjukkanlah bahwa jumlah tumbukan persatuan waktu mengikuti persamaan Rs = Fisika Plasma dan Aplikasinya 47 Ionisasi, Rekombinasi dan Tumbukan Dalam Pembentukan Plasma Tumbukan Partikel Bermuatan NANBks dengan ks adalah koefisien laju tumbukan. Dalam sebuah plasma telah terjadi keseimbangan termodinamika total dengan demikian ne » ni Persamaan Saha berlaku untuk jenis plasma tersebut. Jika semua konstanta telah dijadikan koefien numerik, maka persamaan Saha dapat diringkas menjadi: 3 ne T 2 [eV ] ì Ei ü » 3.10 27 expí- ý nn ni m - 3 î T þ dengan Ei adalah energi ionisasi T adalah suhu [ ] plasma dan n adalah densitas gas netral. Gunakan persamaan Saha untuk mengevaluasi grafik dibawah ini Persamaan Saha -E1=13,6eVnn=1019m-3 BAB 4 Tumbukan Partikel Bermuatan 4.1 α Pendahuluan Dalam bab-bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa plasma adalah suatu medium yang sangat kompleks yang terdiri dari partikel-partikel yang satu dengan yang lain berbeda sifat fisis dan kimiawinya. Plasma mengandung antara lain : Atom-atom, molekul-molekul, atom atau molekul tereksitasi, radikal atom maupun molekul, ion-ion positif dan ion-ion negatif, serta elektron-elektron. Dalam bab sebelumnya juga telah dibahas tumbukan secara umum yang dapat menyebabkan terjadinya ionisasi. 1 0,8 0,6 Telah kita ketahui bahwa tumbukan antara elektron-elektron dan atom2 atom dapat menghasilkan ionisasi, dengan s ion ~ pa 0 (a 0 º Jari - jari Bohr ) . PLASMA 0,4 0,2 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 T (eV) Dengan mengambil misalkan derajat ionisasi relatif (α) tertentu, maka carilah temperatur plasma, pada plasma Hidrogen dengan nn=1019m-3 Pada tumbukan tersebut range-nya sangat pendek, sekitar a o . Pada energi yang cukup tinggi (T ³ 10keV ) inti atom dapat mengalami tumbukan dan menghasilkan reaksi fusi nuklir. Pada kasus ini range interaksinya juga sangat pendek, berorde ukuran inti, sekitar 10 -15 m . Kedua contoh tersebut adalah kasus tumbukan tak elastis. Bab ini akan difokuskan pada tumbukan antara partikel bermuatan, yang berada dalam keadaan plasma, dan mempertahankan keadaan plasma. Tumbukan partikel bermuatan adalah hasil dari gaya Coulomb range jauh dan dapat diasumsikan sebagai tumbukan elastis. Tumbukan antar partikel bermuatan dapat dijelaskan sebagai interaksi antara dua partikel bermuatan. Ini hanya merupakan pendekatan, pada kenyataannya terjadi bayak tumbukan dalam bola Debye. Tumbukan-tumbukan lain untuk sementara diabaikan terlebih dahulu, karena diluar bola Debye. Pada plasma dengan jumlah ion dan elektron yang lebih sedikit dibandingkan dengan atom netral masih dapat mengalami ionisai kuat dengan mengalami lebih banyak tumbukan antara partikel-partikel bermuatan dibandingkan tumbukan dengan atom netral. Hal ini disebabkan karena 48 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 49 Tumbukan Partikel Bermuatan Tumbukan Partikel Bermuatan tumbukan Coulomb range jauh. Berdasarkan model sederhana yang kita ambil dari panjang Landau b, diberikan oleh persamaan: b~ e2 4pe 0T (4.1) σ Coulomb ~ πb 2 ~ 10 2 m 2 T[eV ] (4.2) [ ] v = v1 - v 2 (4.7) dan massa tereduksi dapat dituliskan sebagai, tampang lintang tumbukan Coulomb dapat didekati dengan persamaan: -17 Kecepatan pusat massa ini biasanya konstan. Selain itu diambil, kecepatan relatif antara kedua partikel, Untuk kasus tumbukan banyak (multiple collisions), karena sudut difleksi kecil maka pada kenyataannya tampang lintang Coulomb: σ Coulomb >> πb 2 Agar dapat menghitung tampang lintang tumbukan efektif atau frekuensi tumbukan untuk berbagai proses dalam keadaan plasma, terlebih dahulu perlu dibahas secara mendalam mengenai, antara lain: § Laju transfer energi m= m1 m2 m1 + m2 (4.8) Untuk mendapatkan gaya-gaya interaksi dua partikel tersebut didefinisikan terlebih dahulu kecepatan relatif pusat massa untuk partikel 1 dan partikel 2 ditunjukkan oleh persamaan berikut ini, v1 - u = m2 v, m1 + m2 (4.9) v2 - u = m1 v. m1 + m2 (4.10) Dalam kerangka pusat massa gaya, gaya-gaya interaksi dua partikel bermuatan tersebut (F12 = -F21) dapat dituliskan sebagai berikut § Laju transfer momentum § Resitivitas plasma § Laju difusi 4.2 . d (v1 - u ) = m1m2 v = m dt m1 + m2 F21 = m2 . d (v 2 - u ) = m1m2 v = m dt m1 + m2 Dua Partikel Berinteraksi Dengan Potensial Coulomb Dua partikel bermuatan dengan muatan masing-masing q1 dan q2 dan massa masing-masing m1 dan m2 pada awalnya sebelum terjadi tumbukan mempunyai kecepatan v1 dan v2, setelah mengalami tumbukan kecepatan partikel masing-masing menjadi v1' dan v2'. Dalam tumbukan kedua partikel ini massa dan muatan bersifat konservatif , pada tumbukan elastis, energi dan momentum juga bersifat konservatif, sehingga dapat dituliskan hubungan antara energi dan momentum sebelum dan setelah terjadi tumbukan. m1v12 + m2 v22 = m1v1'2 + m2 v2'2 m1 v 1 + m2 v 2 = m1 v 1' + m2 v '2 (4.4) (4.5) Untuk mendapatkan gambaran lebih rinci, diambil u sebagai kecepatan pusat massa dua partikel, u= 50 F12 = m1 m1 v1 + m2 v 2 m1 + m2 (4.11) (4.12) Gaya tersebut dapat dikaitkan dengan pusat massa sehingga dapat dituliskan dalam terma massa tereduksi ( v& ) mv& = F(r ) , (4.13) dengan r = r1 - r2 dan v = r. Dalam kondisi tumbukan antar partikel bermuatan di dalam plasma gaya Coulomb F adalah gaya utama F(r ) = q1 q 2 r 4pe 0 r 3 (4.14) (4.6) Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 51 Tumbukan Partikel Bermuatan Tumbukan Partikel Bermuatan . z m2 r m1 y f(r) r1 b'= b r2 r m2 q2 q b Parameter Tumbukan y q2 x Gambar 4.2. Tumbukan Coulomb pada kerangka pusat massa. Karena v = v ' kita ketahui bahwa b ' = b dengan sudut difleksi q Gambar 4.1 Posisi dua partikel bermuatan dalam koordinat kartesian Dari sifat konservasi energi dan momentum kita ketahui hanya kecepatan selalu tetap walaupun arahnya berubah, Kerangka Pusat Massa n-r - -m n-r v = v,' y (4.15) q - - mn Dan kecepatan masing-masing partikel terhadap pusat massa Kerangka Laboratorium nX X Pusat Massa q X m ' v1 - u = (v 1 -, u ) (4.16) ' v2 - u = (v 2 - u ) (4.17) Kita ketahui bahwa pusat gaya gerak mempunyai momentum linear dan momentum anguler yang tetap. Lebih lanjut hal ini diselesaikan melalui kerangka pusat massa (gambar 4.1). Proses dideskripsikan dengan menggunakan parameter s,v,b. Menggunakan hukum konservasi dan geometri yang sesuai kita dapatkan q b tan = 90 2 b (4.18) Tumbukan dua partikel bermuatan ini juga dapat ditinjau dari laboratorium. Pada kerangka yang berbeda sudut difleksi juga akan berbeda (gambar 4.3). Dengan menggunakan beberapa metode geometri dapat ditentukan besarnya sudut difleksi pada kerangka laboratorium seperti persamaan di bawah ini: m2 v sin q m1 + m2 tan q L = m2 u+ v cos q m1 + m2 (4.20) q » dengan q1 q 2 b90 º b90 (v) = 4 pe 0 m v 2 Gambar 4.3. Sudut difleksi pada kerangka yang berbeda. (4.19) m2 q pada sudut kecil kita dapatkan L m1 + m2 . Selanjutnya, apabila m2>>m1 pada kasus tumbukan elektron bertumbukan dengan ion, sehingga q L » q. b90 adalah parameter tumbukan berhubungan dengan difleksi atau pembelokan 900. secara umum difleksi akan lebih kecil dari 900 b>b90 tumbukan dengan sudut difleksi kecil tersebut akan lebih sering terjadi 52 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 53 Tumbukan Partikel Bermuatan 4.3 Tumbukan Partikel Bermuatan Integrasi Parameter Tumbukan Berantai Dalam kondisi plasma tumbukan berantai sangat sering terjadi bahkan mendominasi proses tumbukan antar partikel. Tumbukan berantai antar partikel bermuatan yang dapat mempertahankan kondisi plasma dalam bola Debye. Pada sub bab ini akan dibahas beberapa peristiwa fisis penting dalam tumbukan berantai. Dengan menganggap akibat kumulatif dari banyak tumbukan dengan sudut kecil, sebagai contoh akan dianalisa laju transfer energi. Mekanisme ini sebagai akibat dari termalisasi. Pada kasus ini kita tertarik pada berapa banyak energi yang hilang pada masing-masing tumbukan, kemudian menjumlahkan pada semua kejadian yang mungkin. Energi yang hilang pada satu tumbukan adalah DE k @ m1 m 2 1 m1 v 2 q2 2 2 (m1 + m 2 ) (4.21) Bagaimanakah besarnya bmin dan bmaks ?. Secara sederhana kita ambil bmin = 0 dan bmaks = ∞ , kita dapatkan divergensi logaritma. bmin diambil jika sudut difleksi 900 sehingga b min » b 90 Untuk tumbukan elektron-ion, misalnya dengan temperatur elektronik Te yang sangat tinggi, b90 menjadi sangat kecil sehingga koreksi mekanika kuantum harus diikutkan. Pada kasus yang demikian dapat diambil b min » λ DeBroglie = h mv ΔE k m1 æ 2b 90 ö » ç ÷ Ek m2 è b ø m1 m 2 æ 2b 90 ö 1 DE k @ m1 v 2 ç ÷ 2 (m1 + m 2 )2 è b ø (4.22) sehingga dE k m1 m 2 2 = E k n8π b 90 lnΛ dl (m1 + m 2 )2 dE k dl Λ= (4.23) (4.24) sepanjang db Dengan mengingat ds n adalah jumlah tumbukan per satuan panjang dengan parameter tumbukan b Î (b,b + db). Energi yang hilang total per satuan panjang diperoleh dengan mengintegralkan terhadap semua parameter yang mungkin. dE k dl semua b =ò bmaks bmin =ò bmaks bmin =ò bmaks bmin dE k dl 54 Frekuensi Tumbukan Efektif Untuk Proses Relaksasi Dalam tumbukan antar partikel bermuatan, frekuensi tumbukan merupakan suatu hal yang sangat penting. Untuk menentukan frekuensi tumbukan perlu dilakukan terlebih dahulu transformasi energi yang hilang per satuan panjang menjadi per satuan waktu Laju transfer energi juga sering disebut dengan energi yang hilang dalam tumbukan. Laju transfer energi dapat dituliskan pada persamaan di bawah ini m1 m 2 (m1 + m 2 )2 dE k dE k dE = v1 =v k dt dl dl 2 æ 2b 90 ö ç ÷ n 2π b db è b ø bmaks db òbmin b m1 m 2 1 m1 v 2 2 (m1 + m 2 )2 = E k n8π b (4.30) 4.4.1 Laju Transfer Energi sepanjang db DE k n2π b db 2 90 ε 0 Te e 2 n λD = b 90 q 1q 2 4πe 0 μv 2 Karena ketergantungan logaritma yang sangat lemah, pilihan eksak dari bmin dan bmaks tidak relevan. 4.4 = DE k ds n (4.29) yang mana ln Λ kemudian disebut dengan logaritma Coulomb, dan 2 Energi tersebut adalah energi yang hilang pada tumbukan tunggal, dengan sudut tumbukan kecil dan target yang diam. Mari kita hitung energi yang hilang per satuan panjang pada interval parameter tumbukan db (4.27) bmaks dengan mengingat efek selubung Debye. Di luar Bola Debye, potensial terhalangi, sehingga tumbukan tidak terjadi Þ b maks » λ D (4.28) Dengan menganggap pada sudut kecil q » 2b 90 / b, persamaan tersebut dapat dituliskan dengan Jika m1<> px 2m1 E k Ek 56 mi 2m e Z 2 e 4 ln Λ 2π ε 02 m i m e v 3e u pe i = u Ee ki u Ei ke = n e Z 2 e 4 ln Λ 2π ε 02 m i m e v 3i 1 u pi e = u Ei ke 2 (4.41) Z 4 e 4 ln Λ 2π ε 02 m i2 v 3i u pi i = u Ei ki (4.42) u pe e = u Ee ke (4.43) Ion - Ion u Ei ki = n i Elektron - Elektron u Ee ke = n e (4.36) (4.37) Momentum u Ee ki = n i dengan persamaan (4.34) kita dapatkan Dp x 1 m1 + m 2 DE k = px 2 m1 Ek 1 σ E (untuk m2 << m1 ), 2 k σ p = σ E k (untuk m2 = m1 ) dan σ p << σ E k (untuk m2 >> m1 ). Pada kasus terakhir transfer momentum dominan dari pada transfer energi, dalam artian elektron akan dihamburkan oleh ion. Dalam plasma terdapat 4 jenis tumbukan antara partikel-partikel bermuatan. Dalam tabel di bawah ini diberikan ringkasan kaitan tipe tumbukan dengan frekuensi tumbukan yang tergantung energi dan momentum. (4.35) Seperti pada transfer energi, dalam laju transfer momentum atau sering juga disebut dengan momentum yang hilang dalam tumbukan, kita asumsikan sudut difleksi tumbukan adalah sudut-sudut kecil. Partikel yang bergerak adalah partikel sebagai proyektil, sehingga v1 = v dan v2 = 0, maka untuk perubahan momentum mengikuti persamaan: (4.39) e4 ln Λ 2 2π ε 0 m e2 v 3e (4.40) Dengan Z adalah jumlah muatan dari ion. Pada prinsipnya ln Λe ¹ ln ΛI,tetapi karena ketergantungan yang sangat lemah, logdivergensi biasanya diabaikan. Untuk mempermudah diambil suatu bentuk umum dari frekuensi tumbukan yang berbasis pada pertukaran energi u E untuk tumbukan spesies j (proyektil) dan spesies k (target) dapat dirumuskan seperti persamaan: k (4.38) Fisika Plasma dan Aplikasinya u jk Ek Z 2j Z 2k ln Λ ~ nk m j m k v -j3 Fisika Plasma dan Aplikasinya (4.44) 57 Tumbukan Partikel Bermuatan Tumbukan Partikel Bermuatan Dalam persamaan 4.44 , nk adalah densitas target, mj dan mk masing-masing massa proyektil dan massa target, sedangkan vj adalah kecepatan proyektil. Pada kebanyakan kasus kita berikan ln Λ j » ln Λk » konstan 5 4.5 4 3.5 4.5 Frekuensi Tumbukan Rata-Rata Dalam sub bab sebelumnya pembahasan difokuskan pada kasus partikel yang diberikan kecepatan ν bertumbukan dengan target yang diam. Kita mempunyai rata-rata parameter tumbukan dan menjumlahkan semua konstribusi dari semua distribusi kontinu dari penghambur. A 2.5 2 Cara umum untuk mendeskripsikan populasi adalah fungsi distribusinya f(x,v,t). Untuk sementara, distribusi dianggap merupakan fungsi kecepatan f=f(v). Melalui pendekatan ini masih diperoleh informasi sifat rata-rata populasi, pada pembahasan sebelumnya telah diuraikan frekuensi tumbukan dalam distribusi kecepatan. Masalah yang muncul adalah belum diketahuinya distribusi yang akan digunakan, sebagaimana belum diketahuinya nilai rata-rata penampang lintang tumbukan. Kita harus mengasumsikan salah satu bentuk distribusi untuk megambil rata-rata. Pada umumnya distribusi Maxwellian yang dipilih. Pada bahasan selanjutnya akan diturunkan bentuk rata-rata frekuensi tumbukan untuk perubahan energi dan momentum. Maxwellian sangat terkait dengan dinamika partikel baik dalam kondisi gas atau plasma, hal ini dipengaruhi oleh temperatur dan aliran partikel oleh gaya-gaya yang bekerja. Untuk penggunaan secara umum laju perubahan rata-rata untuk kuantitas (energi atau momentum) dapat dituliskan dalam frekuensi u A atau dengan waktu karakteristik t A º 1 u A , dengan - 1 dA A dt (4.45) dA dt Dan rata-rata dibentuk di atas fungsi distribusi f (v- ) . Persamaan (4.45) dapat menjelaskan bahwa pada saat awal dengan t = 0 harga A = A0, setelah selama tA perubahan A=A(t) akan seorde dengan Ao(gambar 4.4). Persamaan 4.45 tersebut adalah persamaan umum frekuensi tumbukan dalam plasma. 58 Fisika Plasma dan Aplikasinya Ao 1.5 Pada plasma biasanya terdapat banyak partikel yang berspesies sama dengan masing-masing kecepatannya berbeda, yang mana sering disebut dengan 'populasi'. Tentu saja tidak mungkin mendeskripsikan dinamika masing-masing partikel. Yang lebih penting adalah mengambil rata-rata sifat populasi tersebut pada bentuk transfer energi dan momentumnya, dari pada membahas sifat dari partikel tunggal. uA = DA 3 A=A (t) 1 0.5 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Gambar 4.4. Konsep frekuensi tumbukan rata-rata dan hubungannya dengan waktu karakteristik 4.6 Momentum Yang Hilang Pada Plasma Termik Dalam plasma termik, tumbukan antar partikel akan mengakibatkan terjadinya kehilangan momentum pada suatu atau sekelompok partikel dan di sisi lain terjadi pertambahan momentum, energi bagi partikel yang lain. 4.6.1 Tumbukan Elektron - Ion Dengan mengabaikan pergerakan ion termik, maka kecepatan ion jauh lebih kecil dari kecepatan elektron vi << ve. Fungsi distribusi yang digunakan untuk elektron dideskripsikan sebagai ditribusi Maxwellian dengan kecepatan alir vd, mengikuti persamaan: 3 æ m f e (v e ) = n e çç e è 2pTe ìï m (v - v d )2 üï ö 2 ÷÷ expí- e e ý 2Te ïî ïþ ø (4.46) Dengan menggunakan fungsi distribusi ini akan dicari momentum yang hilang pada plasma termik. Diambil kembali frekuensi tumbukan antara elektron sebagai proyektil dan ion sebagai target. u pe i (v e ) = n i Z 2 e 4 ln Λ 4π ε 02 m e 2 v 3e (4.47) Total momentum yang hilang per satuan volume per satuan waktu didefinisikan sebagai frekuensi tumbukan rata-rata, didekati dari perubahan momentum. Fisika Plasma dan Aplikasinya 59 Tumbukan Partikel Bermuatan _ei 1 P up = Tumbukan Partikel Bermuatan (4.48) dp dt _ii up dengan dp 1 = f e (v )m e vu p (v )d 3 v dt ne ò (4.49) dengan u p º u p i dan v º v e telah dikenalkan sebagai notasi untuk penyederhanaan. up _ei p (4.50) ~ u pe i (v the ) dengan v the = Te m e . Perhitungan tepat dengan mengasumsikan v d = v d x , v d << v the dan ln L » konstan , tak tergantung v, menghasilkan ö ÷÷ ø 2 3 æ Te çç è Ti ö 2 2 _ei ÷÷ Z u p ø (4.54) apabila massa kedua ion sama (jenis ion sama), atau _ i i' e 1 1 æ me ç » 2 çè m i 1 2 q i2 q i'2 ln L i » n i' 3 p 4pe 02 m1i 2 Ti3 2 æ m i' ö çç ÷÷ è m i + m i' ø 12 (4.55) Berdasarkan penyelidikan ini diperoleh: u _ei 1 2 ei up = u p (v the ) » 0,26u pe i (v the ) (4.51) 3 p Persamaan di atas merupakan frekuensi tumbukan rerata melalui pendekatan perubahan momentum untuk plasma termik. apabila jenis ion-ionnya berbeda. 4.6.4 Tumbukan Elektron-Elektron Untuk tumbukan elektron-elektron dalam plasma pendekatan yang dilakukan sama dengan pada kasus i ® i dan e ® i hasilnya adalah _ee up » 1 2 _ei (4.56) up 4.6.2 Tumbukan Ion - Elektron Masih pada kasus pergerakan elektron thermal, hasil penting dapat didapatkan pada kasus e ® i dengan transformasi sederhana. Karena momentum total plasma bersifat konservatif, momentum yang hilang pada elektron harus sama dengan yang diterima oleh ion, kemudian laju transfer elektron sama _ei _ie pe u p = pi u p _ie _ei _ei _ei pe m v m up = e d up » e up pi mi vd mi dan up = atau u p << u p _ie (4.52) (4.53) _ei Dengan catatan bahwa frekuensi tumbukan ion terhadap elektron sangat kecil dibandingkan antara frekuensi tumbukan elektron terhadap ion. 4.6.3 Tumbukan Ion-ion Dalam pembahasan tumbukan ion-ion, pendekatan yang sama dapat dilakukan seperti pendekatan pada tumbukan elektron-ion dan ion-elektron. Distribusi yang digunakan tetap distribusi Maxwellian. Dengan menggunakan kerangka pusat massa didapatkan 60 Fisika Plasma dan Aplikasinya 4.7 Waktu Karakteristik Plasma Waktu karakteristik adalah suatu yang penting dalam plasma dan juga _ u sering disebut periode plasma. Waktu karakteristik terkait erat dengan frekuensi tumbukan dalam plasma. Periode tersingkat berhubungan dengan frekuensi terbesar , secara umum waktu karakteristik plasma diformulasikan: t = u -1 (4.57) Frekuensi tumbukan antar partikel bermuatan juga tergantung pada jenis partikel. Dapat terjadi tumbukan antar elektron, antar ion atau elektron – ion. Rumus di bawah ini merupakan perbandingan antara waktu karakteristik tumbukan antar ion dibandingkan dengan waktu karakteristik tumbukan elektron – ion, perbandingan tersebut berdasarkan perbandingan frekuensi tumbukan. æ _ii çup ç _ei çu p è ö ÷ ÷ ÷ ø -1 » t pi i t ei p æm » çç i è me ö ÷÷ ø 12 æ Ti çç è Te ö ÷÷ ø 32 1 Z2 (4.58 Frekuensi plasma dapat diwakili oleh frekuensi tumbukan, antara lain tumbukan antara ion-ion atau tumbukan antar elektron dan ion. Sehubungan dengan frekuensi tumbukan dan waktu karakteristik, dalam plasma terdapat tiga jenis waktu karakteristik, Fisika Plasma dan Aplikasinya 61 Tumbukan Partikel Bermuatan 1. Tumbukan Partikel Bermuatan Terjadi tumbukan elektron-elektron dan kehilangan momentum diberikan pada ion-ion. Elektron-elektron kehilangan momentum diberikan pada elektron-elektron. Elektron-elektron kehilangan energi diberikan pada elektron-elektron yang lain 2. Terjadi tumbukan ion-ion kehilangan momentum, Tumbukan ion-ion menyebabkan kenaikan temperatur pada ion-ion yang lainnya 3. Elektron-elektron dan ion-ion mencapai kesetimbangan thermal (4.59) Tumbukan ion-ion kehilangan momentum diberikan kepada tumbukan elektronelektron Untuk menyederhanakan pembahasan dikenalkan frekuensi tumbukan berbasis elektron yakni tumbukan elektron-ion dan elektron-elektron _ei æ _eeö u e º u p çç ~ u p ÷÷ è ø (4.60) Dengan cara yang sama dikenalkan pula tumbukan berbasis ion yakni tumbukan ion-ion dan tumbukan ion-elektron, dengan frekuensi tumbukan ion adalah sebagai berikut: æ _ii u i º u p çç = u E k è ö ÷ ÷ ø (4.61) Sehingga jika dibandingkan kedua frekuensi tumbukan tersebut akan diperoleh ue » ui mi me Keseimbangan termal diperoleh setelah frekuensi tumbukan dengan proyektil elektron sehingga skala waktu mencapai kesetimbangan u e ~ 5.10 3 s -1 termal untuk tumbukan elektron te ~ 0,2 ms. Dengan jalan yang sama diperoleh frekuensi tumbukan ion u I ~100 s -1 dan kesetimbangan termal untuk tumbukan ion t i ~ 10 ms. Waktu karakteristik dimana temperatur ion mendekati temperatur elektron diperoleh: mi t e ~ 1840 x 0 ,2 ms » 0 ,4 s me Hal ini berarti pada waktu karakteristik lebih kecil dari waktu karakteristik kesetimbangan termal, yang pendek t < t Ti ®Te . Kesetimbangan termal antara partikel-partikel berbeda jenis pada dua temperatur yang berbeda Te dan Ti seharusnya sudah tercapai. Jika kesetimbangan termal terjadi plasma akan mencapai satu temperatur yakni Te = Ti = Tp , Namun waktu karakteristik plasma selalu tak mencapai waktu karakteristik keseimbangan termal, sehingga plasma di laboratorium dan plasma secara umum ditemukan pada kondisi Te ¹ Ti . Misalnya pada Kriteria Lawson, nilai yang sama seperti di atas ditemukan tE ~ 1s. Di atas waktu tersebut seharusnya ion-ion dan elektron-elektron akan berada pada kesetimbangan termal (yaitu Te dan Ti terdefinisikan dengan baik, dan Te = Ti). Keadaan pemenuhan kriteria Lawson inilah yang sedang diusahakan para peneliti yang tergabung dalam International Thermonuclear Experiment Reactor (ITER). Bila dibandingkan dengan frekuensi Larmor ion dan elektron nilai frekuensi tumbukan ne dan ni sangat kecil, sehingga gerakan Larmor tidak terganggu oleh tumbukan. Perhatikan juga pada suhu T~10 keV kita mempunyai tampang lintang hamburan Coulomb s coul >> s fusi (lihat gambar 4.5), sehingga ion-ion dihalangi oleh banyak tumbukan sebelum mereka bisa membangkitkan reaksi fusi. Secara umum hal tersebut sesuai dengan kaedah- kaedah pada distribusi Maxwellian. t Ti ®Te ~ _ei dTe dTi == - u E k (Te - Ti ) ® 0 dt dt _ii Secara nomerik dapat dilakukan misalnya untuk temperatur elektron dan temperatur ion duberikan sebesar Te=Ti=10 keV; dan densitas plasma n » 10 20 m -3 . untuk Te = Th dan z =1 (4.62) Untuk z = 1 hanya berlaku untuk plasma hidrogen, sehingga: u e ~ 5.10 -11 x u i ~ 10 62 -12 [ ][ ] n m -3 -1 s Te3[eV2 ] [ ][ ] n m -3 x 3 2 s -1 Ti [eV ] (4.63) (4.64) Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 63 Tumbukan Partikel Bermuatan Tumbukan Partikel Bermuatan Laju elektron lebih besar atau sama dengan laju termal plasma (nde ³ nthe ) s [m²] Perhitungan ini menyangkut laju elektron. Terdapat dua kasus untuk laju elektron Terlebih dahulu dibahas laju elektron lebih kecil dari termal plasma (nde << nthe ) s coul D -T Pada kasus t pe i @ 1 u pe i (v the ) dan tidak tergantung pada nd. Dalam kasus ini solusi steady-state dengan percepatan akibat medan listrik diimbangi oleh tumbukan yang disebabkan oleh ion t pe i eE = -m e v de (4.67) s emisi dengan J = -ene nde maka menjadi t pe i eE = ~ 40 E [KeV] e2n e atau J = Gambar 4.5. Penampang lintang fusi dan hamburan Coulomb (4.68) meJ en e _ei p e E (4.69) m u 4.8 Resistivitas Plasma Dalam bab-bab sebelumnya telah dibicarakan bahwa dalam plasma dapat terdapat tingkat-tingkat ionisasi. Bila pada plasma yang terionisasi total dikenakan medan listrk luar E, elektron dan ion akan dipercepat dalam arah yang berlawanan. Selain itu, ion dan elektron akan terdapat juga gaya gesekan (friction force) karena tumbukan Coulomb. Gaya gesekan tersebut menyebabkan resitivitas tertentu pada plasma. Untuk menghitung resistivitas plasma terdapat tiga asumsi yakni: § Pembawa arus adalah elektron § Tumbukan yang terjadi adalah tumbukan e ® i sedangkan tumbukan e ® e diabaikan Persamaan momentum sepanjang E (sepanjang B atau dengan B = 0) adalah _ei dv de = -eE - m(v de - v di )u p dt atau dalam bentuk skalar dv m v m e de = -eE - e ei de dt t p (v ) (4.65) (4.70) Dari perumusan yang diperoleh pada 4.70 dapat ditafsirkan terhadap resistivitas plasma antara lain: § Tidak ada ketergantungan terhadap densitas plasma. Jika dalam plasma terdapat n pembawa muatan dan n tumbukan. § resistivitas plasma sebanding dengan Te-3 2 § Dari perhitungan yang lebih komplit: η = 5.10 -5 x (4.66) perhatikan bahwa untuk elektron arah vde dan E berlawanan. Untuk menyelesaikan persamaan (4.66) waktu karakteristik tumbukan elektron - ion t ep i harus dihitung terlebih dahulu. Laju elektron jauh lebih kecil dibandingkan laju termal plasma (nde << nthe ) 64 _ me u p m e 1 2 (n iZ)Ze 4 ln Λ 2 m1e 2 Ze 2 ln Λ η= 2 = 2 = e ne e n e 3 p 4pe 02 m1e 2 Te3 2 p 3 2 12e 02 Te3 2 § Perhitungan sederhana terhadap resistivitas plasma h tidak memperhitungkan percepatan elektron oleh E: elektron yang lebih cepat kurang mengalami tumbukan dan membawa arus yang lebih besar. § Distribusi elektron adalah Maxwellian dengan laju elektron nde me dengan definisi resitivitas h, J = h-1E,dan kemudian resistivitas plasma dapat diperoleh: e i Fisika Plasma dan Aplikasinya Zln Λ [Wm] Te3[eV2 ] (4.71) Rumusan pada persamaan 4.71 sering disebut “Resitivitas Spitzer” d a n harga tersebut di atas mendekati hasil eksperimen yang pernah dilakukan. Contoh: § Plasma pada 100 eV: η ~ 6.10-7 Ωm [~η setara dengan resistivitas stainless steel] Fisika Plasma dan Aplikasinya 65 Tumbukan Partikel Bermuatan Tumbukan Partikel Bermuatan § Plasma pada 1 keV: η ~ 2.10-8 Ωm [~η setara dengan resistivitas tembaga] § Pada T >> 1 keV plasma mendekati sifat superkonduktor Penurunan resitivitas dengan temperatur mempunyai dua konsekuensi Medan listrik yang ditujukkan pada persamaan 4.76 disebut medan Dreicer. Perbandaingan antara energi kinetik elektron dengan tengan energi termik selalu lebih besar dengan perbandingan antara medan Dreicer dan medan dalam plasma. 1 2 § Flux magnetik dapat diabaikan dalam plasma § Pemanasan oleh arus ('pemanasan ohmic') menjadi kurang efektif pada Te tinggi. Peningkatan energi per satuan volume dalam kondisi resitivitas kecil adalah dE k = ηJ 2 dt (4.72) m e v 2d > Te Fc Untuk laju elektron nde ³ nthe (laju termik spesies plasma), vde tidak dapat lagi diasumsikan bebas dan penyelesaian dengan keadaan tunak (steady state) tak lagi diperlukan. Pada keadaan ini nilai frekuensi rerata tumbukan elektron – ion tidak dapat lagi diasumsikan sebagai distribusi Maxwellian. Di sisi lain frekuensi tumbukan elektron – ion dalam plasma tetap diambil sebagai fungsi kecepatan. Dengan memperhitungkan tumbukan antara elektron dan ion serta elektron dengan elektron, maka diperoleh: Tumbukan Drag > qE [ ] ] e E > u pe i + u pe e m e v d 3 1 æ Z ö n e ln Λ m e v 2d > ç1 + ÷ e 2 2 2 ø 4pe 0 E è atau didefinisikan n e e 3 ln Λ æ Z ö E D := ç1 + ÷ 2ø 8pe 02 Te è 66 Tumbukan Drag < qE (4.75) ~ Ve-2 ~ linear vthi vd vthe Gambar 4.6. Sketsa tumbukan menyeret dengan Fc bekerja pada elektron sebagai fungsi kecepatannya ve untuk E > ED (4.74) Elektron dalam medan listrik ini mengalami percepatan bukan perlambatan. Jika dipercepat, percepatan menjadi lebih tinggi dan walaupun Fc < qE. Itu disebut dengan daerah 'run-away' atau daerah elektron berkecepatan tinggi. Sebelum daerah ini terdapat daerah elektron dipercepat oleh E, dikenal sebagai daerah tumbukan menyeret (drag collision) karena gaya gesekan tidak mampu untuk mengimbangi gaya yang diberikan oleh medan listrik (lihat gambar 4.6). Dengan menuliskan u pe i dan u pe e dalam bentuk vd kita dapatkan Daerah Run - Away qE dv d = -eE - u pe i + u pe e m e v d (4.73) dt Pertanyaan kuncinya adalah tanda pada ruas kanan. Untuk elektron dalam medan listrik, gaya yang dialami oleh elektron karena medan listrik lebih besar dari gaya yang disebabkan oleh gerakan elektron. [ (4.77) Arti dari bentuk tersebut adalah untuk E = E D daerah run-away dicapai pada saat energi kinetik sama dengan energi termik elektron 1 E drift = m e v 2d = Te 2 Hal yang berikutnya akan dibahas adalah untuk nde ³ nthe me ED E 4.9 Penampang Lintang Partikel Tunggal Tumbukan penyebab terjadinya ionisasi dan rekombinasi radiatif dapat digolongkan pada fenomena tumbukan. Dari kedua fenomena tersebut dapat dijelaskan tampang lintang partikel tunggal (jumlah tumbukan per satuan waktu) § Untuk Elektron Tunggal, maka frekuensi tumbukan dapat dituliskan sebagai: u e = n target σv in (4.78) Dengan n adalah jumlah partikel per satuan volume dan vin adalah kecepatan relatif antara partikel datang dan partikel target. § Untuk Ion, frekuensi tumbukan dapat dituliskan sebagai: λ ion = (4.76) Fisika Plasma dan Aplikasinya 1 n n σ ion Fisika Plasma dan Aplikasinya (4.79) 67 Tumbukan Partikel Bermuatan Tumbukan Partikel Bermuatan dengan nn adalah densitas partikel netral dan vel adalah kecepatan elektron dengan mengasumsikan bahwa ne >> nn, me << mn dan Te >> Tn , maka untuk partikel tunggal ion dapat dituliskan jarak jalan bebas rata-rata: u i = n n σ ion v e (4.80) mengakibatkan panjang gelombang De Broglie yang semakin kecil, mengakibatkan efisiensi tumbukan, yang semakin kecil pula jadi s ion akan semakin kecil. b. 4.10 Koefisien Rerata Ionisasi Sifat Dalam sub bab sebelumnya telah dibicarakan tampang lintang ionisasi dan rekombinasi dalam plasma, dimana kondisi gas terionisasi diharapkan dapat dipertahankan terus-menerus. Suatu besaran yang sangat penting untuk dapat dikontrol adalah koefisien rerata ionisasi s u . Dalam lucutan gas dengan mengambil ionisasi karena tumbukan maka laju ionisasi sangat menentukan. Laju ionisasi merupakan jumlah tumbukan yang mengakibatkan ionisasi. Hal ini disebabkan oleh elektron yang berkecepatan ve dan mempunyai energi Te, serta mengikuti distribusi Maxwellian. Tampang lintang ionisasi dan rekombinasi ditunjukkan pada gambar 4.7. ion sion ~pa2 ~10-20m2 Laju ionisasi dapat dihitung dengan mengambil prinsip bahwa jumlah tumbukan yang menghasilkan ionisasi per satuan waktu adalah frekuensi tumbukan yang dapat menghasilkan ionisasi ( utumbukan ) Jadi dapat diperoleh frekuensi tumbukan mengikuti persamaan: u tumbukan = nn s ionn e (4.81) srec ~10eV e ~150eV Dengan nn adalah densitas target yang bermuatan netral, dan s ion .n e adalah koefisien rerata ionisasi. Gambar 4.7. Penampang lintang ionisasi dan rekombinasi untuk atom hidrogen Dari gambar 4.7 dapat dimengerti bahwa s ion akan bernilai nol untuk energi elektron sebagai proyektil masuk sangat kecil. Energi elektron tersebut belum mencapai energi ambang atom atau molekul terionisasi (Ei) setelah Ee ³ Ei dan terus dinaikkan. Tampang lintang ionisasi akan bertambah besar dan mencapai titik maksimum pada energi tertentu setelah melalui titik masimum s akan menurun dengan bertambahnya energi elektron. Tampang lintang rekombinasi diawali dengan nilai tertentu untuk energi elektron Ee = 0, dan terus berkurang dengan bertambahnya energi elektron. Pada suatu energi tertentu, justru rekombinasi tak terjadi lagi. Ini dapat dipahami karena elektron sangat energetik dan tangkapan elektron oleh ion tak dapat terjadi. Dengan mengambil elektron mengikuti distribusi Maxwellian, maka diperoleh koefisien rerata ionisasi, σ ion v e = ò dv f (v )σ (v )v ò dv f (v ) e e e e e atau ¥ σ ion v e = ion e e (4.82) e 1 s ion (ve ) ve f e (ve )dve ne ò0 (4.83) dengan ve adalah kecepatan elektron. Gambar 4.8 menunjukkan koefisien rerata sebagai fungsi temperatur elektron. Keadaan terdapatnya tampang lintang ionisasi maksimum dapat dijelaskan dengan mekanika kuantum melalui sifat dualisme gelombang dan partikel. Bila kita hubungkan dengan panjang gelombang De Broglie untuk elektron lel = h me v e (dengan h adalah konstanta Planck), interaksi maksimum antara elektron dan partikel netral diharapkan panjang gelombang tersebut seorde dengan jari-jari Bohr (lel ~ a0),seperti terlihat pada gambar 4.7. Pada gambar tersebut terkait max bahwa s ion = s ion untuk atom H pada energi elektron E ~ 100 - 200eV . Pada energi tersebut λ el ~ 2a 0 . Pada kecepatan elektron yang semakin besar 68 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 69 Tumbukan Partikel Bermuatan Tumbukan Partikel Bermuatan Soal - Soal (svc) (sionve) 1. Bedakan antara jari-jari Bohr dan panjang Landau, dan kaitannya dengan tumbukan antar partikel bermuatan dalam plasma. 2. Tumbukan dalam plasma, tampang lintang tumbukan efektif atau frekuensi tumbukan sangatlah penting. Sebutkan peristiwa-peristiwa fisis penting yang berpengaruh pada tampang lintang 3. Jelaskan kaitan banyak tumbukan antar partikel bermuatan dengan bola Debye. 4. Beberapa parameter fisis dapat berpengaruh pada frekuensi tumbukan antar pertikel bermuatan. Jelaskan parameter-parameter tersebut dan carilah hubungan pengaruhnya terhadap frekuensi tumbukan tersebut. 5. Partikel-partikel yang terlibat tumbukan dalam plasma memiliki frekuensi Larmor ion dan elektron. Jelaskan mengapa frekuensi Lamor tidak terpengaruh oleh tumbukan. 6. Berilah ulasan tentang koefisien ionisasi dan koefisien rekombinasi, jika elektron yang terlibat dalam tumbukan energinya dinaikkan. 7. Sebuah elektron berkecepatan ve menumbuk suatu ion dan tampang lintang tumbukan antar elektron dan ion tersebut adalah sion . Maka 1 ¥ buktikanlah koefisien ionisasi sebesar σ ion v e = ò s ion (ve ) ve f e (ve )dve ne 0 8. Suatu plasma mengandung ion dengan densitas nn dan kecepatan bertumbukan dengan elektron yang kecepatannya ve. Tampang lintang tumbukan antar elektron dan ion tersebut adalah sion. Buktikanlah frekuensi tumbukan adalah ui = n n σ ionve . Buktikan pula bahwa jarak jalan bebas rata-rata ion dalam plasma tersebut sebesar λ ion = 1 n n σ ion 9. Elektron dalam plasma Hidrogen mempunyai suhu sebesar 120 eV. Gas yang membentuk plasma tersebut hampir teionisasasi sempurna. Hitunglah besarna resitivitas plasma tersebut. (stecve) Te(ev) untuk T < Ei Gambar 4.8. s ion ve sebagai fungsi dari T. Dengan catatan bahwa s ion ve ¹ 0 kemudian terdapat partikel yang mempunyai energi yang lebih besar daripada E1 , yaitu memungkinkan untuk mengioniasi. Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa koefisien rerata ionisasi dan koefisien rerata rekombinasi tergantung pada temperatur atau energi elektron. Pada energi elektron yang rendah koefisien rekombinasi lebih besar dari koefisien ionisasi. Koefisien ionisasi terus meningkat dengan meningkatnya energi elektron. Sebaliknya, koefisien rekombinasi terus menurun dengan kenaikan energi elektron. Untuk kasus plasma panas proses rekombinasi sangat kecil kemungkinan terjadinya, sehingga seluruh gas terionisasi, dan terjadi kesetimbagan antara ion. Dalam kondisi ini terdapat kesetimbangan termodinamika. 70 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 71 Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma sub sistem berlaku hukum-hukum Boltzmann, Saha dan Maxwell. Pada keadaan ini masih terdapat proses mikro-reversibilitas dari proses tumbukan. BAB 5 I T3 Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma T T2 dI =0 df T1 KTT I= fluks radiasi T= temperatur t = waktu Gambar 5.1 Ilustrasi temperatur dalam keadaan KTL dan KTT suatu plasma 5.1. Pendahuluan Dari uraian sebelumnya telah dikemukakan bahwa plasma merupakan fase keempat setelah fase padat, cair dan gas. Akibatnya hukum-hukum termodinamika dalam fase gas belum cukup untuk menerangkan kesetimbangan termodinamika dalam plasma . 5.2. Kesetimbangan Termodinamika Total (KTT). Di dalam suatu sistem tertutup pada temperatur T, terdapat beberapa jenis partikel yang berbeda misalnya atom-atom, ion-ion, molekul-molekul dan elektron-elektron. Suatu keadaan setimbang telah tercapai, bila dalam setiap proses baik di bawah pengaruh radiasi dan/atau tumbukan partikel selalu terjadi proses kebalikannya; plasma berada dalam keadaan “Kesetimbangan Termodinamika Total (KTT)”. Plasma pada kondisi ini mengikuti seluruh hukum distribusi dan radiasi, yakni hukum-hukum Planck, Maxwell, Boltzmann, Kirchoff dan Saha. 5.3. Kesetimbangan Termodinamika Lokal (KTL). Kesetimbangan termodinamika lokal adalah kesetimbangan plasma pada keadaan tertentu dan dapat berubah ke keadaan kesetimbangan lain. Di dalam plasma terdapat perbedaan temperatur dari satu posisi dengan posisi lainnya. Oleh karena itu kesetimbangan termodinamika total (KTT), digantikan oleh suatu temperatur sub sistem T1, T2, T3 dan seterusnya, sedemikian rupa sehingga perbedaan energi antara dua sub sistem berdekatan sangat rendah. Dalam setiap 72 Fisika Plasma dan Aplikasinya Karena terjadi radiasi dan tumbukan, maka suhu plasma cenderung berubah. Pada suatu keadaan tertentu terjadi kesetimbangan T1, pada keadaan lain, suhu plasma berubah T2, dan seterusnya (ilustrasi ditunjukkan oleh gambar 5.1). 5.4. Hukum-hukum Distribusi dan Radiasi Dalam Plasma Plasma merupakan gas panas yang memancarkan radiasi elektromagnetik. Hukum-hukum radiasi tentang plasma adalah: 5.4.1. Hukum Radiasi Planck Energi dari radiasi yang mempunyai frekuensi u mempunyai energi terkuantisasi sebesar hu. Diandaikan radiasi plasma merupakan radiasi dari rongga hitam yang berbentuk foton maka foton tersebut memenuhi statistika Bose-Einstein, karena spin foton adalah 1. Jumlah foton rata-rata f(u) untuk setiap tingkat energi foton mengikuti persamaan Planck : E=hu (5.1) dengan E adalah energi foton, u adalah frekuensi foton dan h adalah konstanta Planck. Energi foton akan mengikuti distribusi Bose-Einstein seperti yang ditunjukkan persamaan berikut: u (υ) = 8π υ3 c 3 e hυ/kT - 1 Fisika Plasma dan Aplikasinya (5.2) 73 Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma Persamaan (5.2) dinamakan persamaan radiasi Planck, yang menyatakan bahwa distribusi energi spektral sebagai fungsi frekuensi juga tergantung pada konstanta universal dan suhu absolut. Disamping itu, radiasi yang dihasilkan oleh suatu rongga hitam akan mengalami kesetimbangan termodinamika. Kesetimbangan termodinamika tergantung pada temperatur. Intensitas dari radiasi rongga hitam dalam keadaan kesetimbangan termodinamika diberikan oleh persamaan Planck : I λ = B λ(T) = 2hυ 2 1 3 λ exp(hυ kT )- 1 (5.3) dengan Il= Bl adalah intensitas radiasi plasma, h adalah konstanta Planck, k adalah konstanta Boltzmann, l adalah panjang gelombang radiasi, T adalah temperatur plasma dan u adalah frekuensi. 5.4.2. Hukum Radiasi Kirchoff Emisi radiasi dalam satuan volume dari suatu plasma dicirikan oleh koefisien emisinya (eupada frekuensi tertentu, el pada panjang gelombang tertentu). Emisi radiasi yang merupakan koefisien emisi ini didefinisikan seperti intensitas spesifik dari radiasi energi yang dipancarkan oleh satu satuan volume dari plasma persatu satuan waktu, persatu satuan sudut ruang dan persatu satuan frekuensi atau panjang gelombang. en = el = lim DE DVDTDWDu lim DE DVDTDWDl DV , DT , DW , Dn ®0 DV , DT , DW , Dl ®0 (5.4) (5.5) untuk mendapatkan kesetimbangan termik pada temperatur T = T suatu hukum distribusi kecepatan. kinetik melalui Jika N partikel persatuan volume (cm-3) dengan massa masing-masing partikel adalah m, maka jumlah (fraksi) partikel (dN) yang mempunyai kecepatan antara n dan n + dn diberikan oleh : (5.6) dN = N × f (v )× dv ΔN é m ù = 4πν 2 ê ú N ë 2πkT û 3 2 é mν 2 ù exp êú dν ë 2kT û (5.7) dengan f(v) adalah fungsi distribusi Maxwell, m adalah massa partikel, k adalah konstanta Boltzmann dan T adalah suhu plasma. Dalam banyak kasus plasma, elektron mempunyai distribusi Maxwell dengan energi kinetik yang berbeda dengan partikel berat (ion dan atom netral) sedemikian rupa sehingga sering dinamakan temperatur elektronik (Te) untuk elektron dan temperatur gas panas (Tg) untuk partikel berat. 5.4.4. Distribusi Radiasi Boltzmann Jika sejumlah N atom sejenis berada dalam satu satuan volume (cm-3) dari suatu volume plasma, terdapat sebagian dari atom-atom ini berada pada aras tereksitasi. Pada kesetimbangan termodinamika total (KTT) atau kesetimbangan lokal (KTL), fraksi Ni dari atom-atom ini dengan i aras kuantum dengan energi Ei maka fraksi atom tereksitasi ini mengikuti distribusi Boltzmann. Ni g æ E ö = i expç - i ÷ N U (T ) è kT ø (5.8) Dengan eu adalah koefisien emisi pada frekuensi tertentu, el adalah koefisien emisi pada panjang gelombang tertentu, DW dalah sudut pancaran radiasi, DE adalah energi radiasi, DV adalah volume, DT adalah waktu pancaran radiasi, Du adalah frekuensi radiasi dan Dl adalah panjang gelombang. dengan gi adalah bobot statistika atom-atom dari plasma pada aras i, Ei adalah Energi pada aras i, U(T) adalah fungsi partisi atom-atom plasma, k adalah konstanta Boltzman dan T adalah suhu plasma. Dari definisi yang disebutkan diatas, koefisien emisi dapat tergantung pada arah radiasi. Dengan demikian hukum Kirchhoff dapat menjelaskan hamburan radiasi dalam medan radiasi non-isotropik atau radiasi dengan arah tertentu karena pengaruh medan eksternal. 5.4.5. Distribusi Radiasi Saha 5.4.3. Distribusi Radiasi Maxwell Dalam kondisi isotropik dan homogen, dalam suatu plasma memungkinkan 74 Fisika Plasma dan Aplikasinya Hukum distribusi ini dapat digunakan untuk menentukan derajat ionisasi di dalam suatu plasma (medium) pada kesetimbangan termodinamika. Suatu atom A terionisasi akan memberikan suatu ion A+ dan sebuah elektron A® A+ + e, dan jika No dan Ni berturut-turut adalah jumlah partikel persatuan volume dari atom A pada aras dasar dan ion A+ posotif, dan Ne adalah densitas elektron, maka hukum Saha dapat menjelaskan perbandingan antara Ni Ne/No sebagai fungsi temperatur plasma (T = Te). Fisika Plasma dan Aplikasinya 75 Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma 5.5. é (Eip - ΔE ip )ù N i N e 2U i (2πme k B Te ) 2 = exp êú 3 No Uo k B Te h ë û 3 (5.9) dengan Ui adalah fungsi partisi ion, Uo adalah fungsi partisi atom netral, me adalah massa elektron, Eip adalah energi ionisasi, DEip adalah perubahan energi ionisasi, h adalah konstanta Planck, kB adalah konstanta Boltzmann dan Te adalah temperatur elektronik. Perubahan Hukum-hukum gas ideal dalam plasma Fungsi-fungsi termodinamika dalam plasma diselesaikan berawal dari fungsi-fungsi partisi relatif pada setiap partikel dalam plasma. Tahap pertama menyangkut perhitungan fungsi-fungsi untuk sebuah partikel. Dalam kasus sederhana, entropi diperoleh dari hipotesa Boltzmann (hubungan antara entropi dan probabilitas dari keadaan makroskopik yang paling mungkin) seperti persamaan : æ Z (T )ö E S = Nk B + Nk B lnç ÷+ è N ø T (5.10) dengan N adalah jumlah partikel dari jenis partikel yang ditinjau, E adalah energi total yang berhubungan dan Z(T) adalah fungsi partisi tiap partikel. Dengan menggunakan pendekatan Stirling diperoleh : ( ) S = k B ln Z tot (T ) + dengan mengusulkan : E T (5.11) Z N (T ) (5.12) N! tot dengan Z (T) adalah partisi total. Fungsi-fungsi termodinamika diselesaikan berdasarkan energi bebas Helmholtz, dihitung : F=E-TS (5.13) atau F = - kB T ln Ztot(T) (5.14) Z tot (T ) = Gambar 5.2 Foto dari Meghnad Saha seorang astrofisikawan India yang mengembangkan persamaan ionisasi termal Untuk memberikan gambaran proses kesetimbangan dalam plasma, skema reaksi ditunjukkan pada tabel 5.1. Tabel 5.1. Perbandingan proses kesetimbangan dalam plasma M Kesetimbangan Maxwell X + Y <---------> X + Y Ex + Ey = (Ex + DE)+(Ey - DE) Pertukaran energi kinetik dan konservasi 76 Kesetimbangan Boltzmann B X + Am + ½Emn½ <-----> X + An Deeksitasi <---- -------> eksitasi Kesetimbangan Saha S X + Ap + ½Ep½ <------> X + Aj + + e Rekombinasi <--- ----> ionisasi Kesetimbangan Planck P An <-------> Am + hn Absorpsi emisi spontan An + hn ---------> Am + 2hn Emisi terstimulasi Fisika Plasma dan Aplikasinya Diselesaikan energi dalam bentuk reaksi Helmholtz : E ¶ æFö = ç ÷ 2 ¶T è T øV T Dengan æ ¶ ln Z tot (T )ö ÷÷ E = k B T 2 çç ¶T è øV entropi dari persamaan (D.2) menjadi : æ ¶ ln Z tot (T )ö ÷÷ S = k B ln Z tot (T )+ k B T çç ¶T è øV - (5.15) (5.16) (5.17) dapat dihitung tekanan melalui diferensial total dari fungsi Helmholtz (5.13) untuk suatu transformasi reversibel : dF = - SdT - PdV æ ¶F ö æ ¶F ö =ç ÷ dT + ç ÷ dV è ¶T øV è ¶V ø T Fisika Plasma dan Aplikasinya (5.18) 77 Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma Entalpi persamaan (5.24) menjadi : dengan æ ¶F ö P = -ç ÷ è ¶T ø T (5.19) dengan memasukkan (5.14) dalam persamaan (5.19) maka diperoleh persamaan æ ¶ ln Z tot (T)ö ÷÷ P = k B T çç ¶V è øT Entalpi melalui definisi : (5.20) H = E + PV atau æ ¶ ln Z tot (T )ö æ ¶ ln Z tot (T )ö ÷÷ + k B TV çç ÷÷ H = k B T 2 çç ¶T dV è øV è øT (5.21) (5.22) Entalpi bebas dari Gibbs adalah : (5.23) G = H - TS Dapat ditulis juga seperti : æ ¶ ln Z tot (T )ö ÷÷ - k B T ln Z tot (T ) G = k B TV çç dV (5.24) è øT Perlu dicatat seluruh fungsi termodinamika (5.14), (5.16), (5.17), (5.20), (5.22) dan (5.24) akhirnya menunjukkan fungsi-fungsi partisi total. Jika untuk jenis partikel yang diperhitungkan dalam suatu plasma dilakukan suatu hipotesa merupakan gas ideal (partikel tanpa interaksi dan tanpa aras-aras energi dalam), fungsi partisi diselesaikan menjadi : 3 V Z (T ) = 3 (2pmk B T )2 (5.25) h Fungsi partisi total menjadi : N 3 1 éV ù (5.26) 2 ( ) Z tot (T ) = 2 p mk T B 3 ê ú N! ë h û dan berikutnya diperoleh dari persamaan (5.16), (5.20) dan (5.22) : 3 E = Nk B T 2 78 (5.30) mc (5.20) : Nk B T P= V 5 H = Nk B T 2 é Z (T )ù G = - Nk B T ln ê ú ë N û dengan memasukkan persamaan umum maka diperoleh : (5.27) Z (T ) - k BT =e N berikutnya diperoleh : (5.32) G = Nm c Untuk partikel-partikel murni potensial kimia C menunjukkan bahwa entalpi bebas untuk satu partikel. Jadi permasalahan yang dibahas di atas baru menunjukkan satu jenis partikel dalam plasma. Suatu plasma yang mengandung campuran antara elektron, ion, dan partikel netral (atom dan molekul) fungsi-fungsi termodinamika global harus diperhitungkan untuk setiap jenis partikel. Permasalahan ini akan lebih rumit jika tumbukan-tumbukan antar partikel terdiri dari 3 tipe tumbukan (elastis, in-elastis dan reaktif). Modifikasi pertama yang harus dilakukan adalah pada derajat kebebasan eksternal, berikutnya derajat internal dan yang terakhir adalah perubahan dari sifat partikel (ionisasi dan dissosiasi). Tumbukantumbukan reaktif mengubah jumlah partikel NK. Mekanisme ini akan meningkatkan temperatur dan terjadi penguapan. Pada kesetimbangan, jumlah total partikel plasma dituliskan : N = å NK (5.29) Fisika Plasma dan Aplikasinya (5.33) K Untuk jenis partikel K, energi menjadi (tanpa memperhitungkan mekanisme reaktif) : æ ¶ ln Z Ktot (T )ö ÷÷ E K = k B T 2 çç ¶T (5.34) è øV Misal bahwa tumbukan-tumbukan reaktif ionisasi-rekombinasi dimana dissosiasirekombinasi sekaligus diproduksi, diperoleh : P + Q « PQ + ΔE (R5.1) dengan E adalah energi reaksi dan dapat dituliskan : DE = E S + dE S (5.28) (5.31) (5.35) ES adalah energi ambang yang diperlukan untuk ionisasi atau untuk dissosiasi, dES adalah penurunan dari energi ambang dalam kasus ionisasi. Efek ini akibat interaksi Coulombian untuk partikel-partikel bermuatan yang terjadi dalam plasma. Disamping itu untuk energi : Fisika Plasma dan Aplikasinya 79 Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma ion - ionisasi : dES ¹ 0, ES = ES - dissosiasi : dES = 0 ES = ESDis Tiap partikel (P,Q) yang terbentuk dalam reaksi-reaksi penting dengan energi DE dapat dituliskan energi yang diberikan pada setiap partikel K: 1 m ' K +dm ' K = DE 2 (5.36) Karena NK partikel dihasilkan melalui mekanisme yang telah dituliskan sebelumnya, energi EK untuk jenis partikel ini menaikkan jumlah NK(m'K + dm'K) atau æ ¶ ln Z Ktot (T )ö ÷÷ + N K (m ' K +dm ' K ) E K = k B T 2 çç ¶T è øV dapat dituliskan juga (5.37) Z (T ) = Z Ktot (T )× e (5.38) (5.39) (5.40) NK ZK Z (T ) = NK! dengan (5.41) - (m ' K + dm ' K ) k BT (5.42) Dengan memasukkan jumlah partikel NK diperoleh : mc , K (5.43) 80 E = å EK tot (5.48) (5.49) tot (T ) = Õ Z K (T ) F = -k B T ln Z (5.50) tot (T ) (5.51) æ ¶ ln Z tot (T )ö ÷ E = k BT ç ç ÷ ¶T (5.52) è øV Tekanan dalam persamaan (5.20), (5.22), entalpi bebas (5.24) dapat dituliskan menjadi : æ ¶ ln Z tot (T )ö ÷ P = k BT ç ç ÷ ¶V è øT (5.53) 2 æ ¶ ln Z tot (T )ö æ ¶ ln Z tot (T )ö ç ÷ ÷ H = k BT + k B TV ç ç ÷ ç ÷ ¶T ¶V è øV è øV 2 æ ¶ ln Z tot (T )ö ÷ - k T ln Z tot (T ) G = k B TV ç B ç ÷ ¶V è øT (5.54) (5.55) Fungsi-fungsi termodinamika global terbentuk berawal dari fungsi-fungsi partisi total. Dengan memasukkan persamaan (5.53), (5.54), (5.55), dan (5.44) Z (T ) = dengan memberikan m c , K = -(m ' K +dm ' k ) T Kemudian energi dapat diselesaikan menjadi : - N K (m ' K + dm ' K ) k BT N K = e k BT atau N k = Z K (T ) (T )+ E Energi bebas Helmholtz menjadi : Kita peroleh : Z K (T ) = Z K (T )× e tot K Z KN K NK! tot K (5.47) S = k B ln Z dengan Z perlu dicatat bahwa : Z Ktot (T ) = S = å SK K atau K tot æ ö 2 ç ¶ ln Z K (T )÷ E K = k BT ç ÷ ¶T è øV dengan memberikan : tot K Potensial kimia disini menunjukkan energi yang dibutuhkan dalam pembentukan suatu jenis partikel K, dan kemudian entropi menjadi : tot E S K = k B ln Z (T )+ K (5.46) T Entropi total untuk fluida homogen adalah : 3 V (2pmk BT )2 Z int (T ) 3 h (5.56) (5.45) Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 81 Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma Hukum-Hukum Termodinamika Dalam Plasma Berikutnya persamaan ini dimasukkan ke koreksi tekanan dan kemudian diperoleh (m ' + dm ' K ) - K ù 3 1 éV Z (T ) = Õ ê 3 (2pmk B T )2 Z Kint (T )e k BT ú K NK!êh úû ë NK tot (5.57) diperoleh secara khusus untuk energi dan tekanan : é3 æ ¶ ln Z Kint (T )öù (5.58) ÷÷ú E = å N K ê k B T + m ' K +dm ' K + k B T 2 çç ¶T K êë 2 è øúû int é ¶ ln Z K (T )ù N k T P = å K B - å NK ê ú (5.59) V ¶V K K ë ûT Perlu dicatat bahwa tekanan di dalam plasma merupakan tekanan dalam gas ideal setelah melalui koreksi karena hasil interaksi (dm'K) antar partikel. Koreksi ini dihitung dengan mengandaikan m'K tidak tergantung pada volume é ¶ (m ' K )ù DP = å N K ê ú (5.60) ë ¶V û T K Diselesaikan DP melalui penyelesaian : 1 dm ' K = dE s (5.61) 2 Mekanisme dissosiasi (dES = 0) tidak tergantung pada variasi dari tekanan. Dalam kasus ionisasi (dES ¹ 0). Jadi dES berpengaruh pada tekanan : 2 dE s = -q 4pe 0 rie (5.62) dengan rie adalah jarak elektron-ion. Untuk jarak rie kurang dari panjang Debye,l D, interaksi sangat efektif, jika rie lebih dari l D maka interaksi dapat diabaikan. Akhirnya dengan memperhitungkan kondisi fisik, dapat dihitung faktor koreksi rata-rata dm'K dengan mengandaikan untuk pendekatan pertama : rie »l (5.63) Panjang gelombang Debye disini diandaikan seperti jarak rata-rata antar partikel dan dapat dituliskan : 1 (5.64) l3D = n dengan adalah densitas rata-rata seluruh partikel-partikel bermuatan sedemikian rupa sehingga dengan memasukkan persamaan (5.60) ke persamaan n (5.62) diperoleh : 1 - q 2 -3 dm ' k = n 8pe 0 (5.65) 82 Fisika Plasma dan Aplikasinya - Nq 2 DP = 8pe 0 æ - 13 ç ¶n ç ç ¶V è Dengan menuliskan diperoleh : DP = ö ÷ ÷ ÷ øT n (5.66) sebagai fungsi jumlah total partikel N dan volume V nq 2 1 24pe 0 l D (5.67) dengan memasukkan definisi panjang gelombang Debye : l2D = e 0 k BT nq 2 akhirnya diperoleh koreksi tekanan : k T DP = B 3 24plD (5.68) (5.69) Dengan memasukkan persamaan 5.69 ke 5.59 maka diperoleh : P » nk B T - k BT 24pl3D (5.70) Dari persamaan 5.70 dapat disimpulkan bahwa tekanan gas ideal mengalami perubahan jika telah menjadi plasma. Tekanan plasma selalu lebih kecil dibandingkan gas ideal SOAL - SOAL 1. Hukum-hukum termodinamika dalam gas sudah tidak berlaku lagi dalam plasma. Terdapat beberapa kesetimbangan termodinamika dalam plasma. Sebutkan dan jelaskan! 2. Jelaskan hukum-hukum radiasi dan distribusi dalam plasma. Jelaskan kondisi agar distribusi terssebut berlaku! 3. Sebelum anda mempelajari fisika plasma, distribusi Saha belum anda ketahui. Jelaskan secara rinci apa yang dimaksud dengan distribusi Saha! Jika perbandingan antara densitas atom tereksitasi (Ni) dengan atom netral (N) diketahui misalnya melalui eksperimen spektroskopi maka melalui persamaan distribusi Boltzmann N exp ( E ) temperatur eksitasi atom- atom dalam i s maka dapat dituliskan secara eksplisit : N i kT plasma dapat ditentukan. Jelaskan metode tersebut! Fisika Plasma dan Aplikasinya 83 Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir dan melepaskan energi yang sangat besar berupa radiasi matahari. Untuk mendapatkan tipe reaksi yang berlangsung di matahari dalam suatu “mesin energi” di bumi merupakan mimpi sejak awal petualangan nuklir untuk energi. Solusi yang kelihatannya lebih mudah adalah melakukan penggabungan 2 isotop hidrogen, deutrium (inti yang mengandung 1 proton dan 1 neutron) dan tritium ( 1 proton dan 2 neutron). BAB 6 Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir 6.1. Pendahuluan Selama manusia mendiami bumi, selama itu pulalah manusia membutuhkan energi bagi kehidupannya. Konsumsi energi oleh manusia selalu bertambah seiring dengan bertambahnya penghuni bumi dan meningkatnya kemampuan teknologi manusia. Setiap teknologi yang diciptakan selalu digerakkan oleh suatu energi tertentu. Di sisi lain energi yang tersedia dan kini telah dapat dieksploitasi di muka bumi sangat terbatas, baik energi yang terbarukan apalagi energi yang tak terbarukan. Dengan kemampuannya manusia selalu mencoba mencari alternatif-alternatif penyelesaian dalam persoalan keberlangsungan hidupnya termasuk dalam sektor energi. Dalam pemanfaatan reaksi nuklir sejak lima puluhan tahunan yang lalu, Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) telah mengeksploitasi reaksi fisi nuklir untuk dikomersialkan. Dalam hal ini U235 mengalami disintegrasi menjadi inti-inti yang lebih ringan, sambil melepaskan energi yang dapat dikonversikan menjadi energi panas. PLTN fisi nuklir ini masih sangat kontroversial dengan unsur-unsur sisa pembelahan Uranium yang masih sangat radioaktif dan mempunyai umur paruh yang sangat panjang. Salah satu “mimpi” para ilmuwan dan teknologi adalah bagaimana mencontoh reaksi fusi yang terjadi di matahari, di muka bumi sebagai sumber energi. Temperatur di inti matahari cukup tinggi sehingga atom-atom Hidrogen di matahari dalam keadaan terionisasi. Inti-inti yang bermuatan positif (ion) dan elektron-elektron bermuatan negatif bercampur yang mengalami interaksi elektrik dan elektromagnetik. Materi dalam kondisi “percampuran” antara ion dan elektron inilah yang disebut Plasma. Karena pengaruh suhunya yang sangat tinggi energi agitasi termik inti-inti atom tersebut sangat tinggi, inti-inti ringan ini bereaksi membentuk inti yang lebih berat. Reaksi ini berlangsung terus menerus 84 Fisika Plasma dan Aplikasinya Masalah yang muncul adalah bagaimana mendapatkan panas yang cukup tinggi agar deutrium dan tritium dapat bergabung (fusi), bagaimana mengontrol reaksi-reaksi fusi tersebut dalam kondisi diadaptasikan dengan eksploitasi industrial. Bagaimana panas yang telah diperoleh dalam kondisi plasma dapat dipertahankan agar reaksi terus berlangsung sambil melepaskan energi yang dapat bermanfaat? Inilah masalah-masalah besar yang masih harus dijawab secara eksperimen dengan kehandalan tinggi. Dengan mengerahkan ribuan ilmuwan seluruh dunia dalam petualangan yang sangat ambisius tersebut, hingga kini belum juga dapat menghasilkan energi yang diharapkan dan bahkan reaksi fusi di muka bumipun hanya baru terjadi sekali di Joint European Torus, pada tahun 1992. Reaksi itupun hanya berlangsung selama dua menit. Bab ini mencoba menerangkan serba ringkas tentang pengertianpengertian dasar Plasma Tokamak dan Fusi Termonuklir sebagai pembangkit energi, berikut contoh-contoh eksperiman serta hasil-hasil yang telah diperolah oleh beberapa rekator termonuklir di dunia. 6.2. Plasma Tokamak Karena plasma merupakan campuran partikel-partikel bermuatan maka plasma dapat dikontrol oleh medan magnet. Medan magnet yang sesuai akan dapat digunakan untuk mengurung plasma dengan kerapatan yang cukup tinggi dan kesetabilan energi dengan waktu yang cukup panjang. Untuk pengurungan plasma dengan medan magnet yang terkemuka saat ini adalah teknik Plasma Tokamak (tokamak suatu akronim bahasa rusia dari “toroidalnya kamera ve magnetnaya katushka”=”toroidal chamber with magnetic coil”. Teknik ini diusulkan pertama kali oleh dua fisikawan Rusia, keduanya pemenang hadiah nobel Andrei Sakharov dan Igor Tamm. Konsep plasma tokamak diusulkan dalam kaitannya dengan ide untuk mengontrol reaksi fusi nuklir. Dan kini teknik plasma tokamak merupakan satusatunya model untuk mengusahakan terjadinya reaksi fusi termonuklir. Reaksi fusi terjadi jika inti-inti dari unsur-unsur ringan bergabung menjadi suatu unsur yang lebih berat. Yang paling mudah (secara teoritis) adalah reaksi antara dua isotop hidrogen (deutrium dan tritium) seperti reaksi di bawah ini : Fisika Plasma dan Aplikasinya 85 Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir D + T ® 4 He + n + energi (R6.1) Reaksi ini selain membebaskan energi juga melepaskan neutron cepat dari pembentukan inti atom helium (partikel α). Dalam suatu reaktor fusi, zona reaksi dikelilingi oleh suatu selimut dan selimut ini merupakan daerah konservasi energi (energi terbebaskan dari reaksi fusi dan energi kinetik neutron) menjadi energi panas. Panas tersebut mendidihkan air dan uapnya untuk memutar turbin pembangkit energi listrik konvensional. Reaksi fusi terkontrol memang sebuah harapan. Beberapa negara maju terus saja memacu para ilmuwan mereka untuk mendapatkan suatu teknik yang mampu menjaga kesetimbangan dan kesetabilan plasma di dalam reaktor dan memungkinkan terjadinya reaksi fusi terkontrol terus menerus. Pada tahun 80-an beberapa tokamak telah dibangun seperti TFTR di AS, JET di Uni Eropa, JT-60 di Jepang dan dua terakhir Tokamak koil superkonduktor – Tore Supra di Prancis dan T-15 di Beka USSR. Dari semua Tokamak yang ada di dunia hanya JET pada tahun 1992 mendapatkan hasil eksperimen yang memungkinkan reaksi fusi terjadi. Temperatur plasma telah mencapai antara 100 sampai 200 juta kelvin, suatu kerapatan plasma dalam orde miligram per meter kubik, dan kesetabilan plasma mencapai antara 1 sampai 2 detik setelah sumber energi luar diputus. Sebuah mega proyek plasma Tokamak telah direncanakan oleh gabungan Uni-Eropa Rusia, Amerika Serikat dan Jepang dan akan diputuskan di mana akan dilakukan pembangunannya pada tahun 1998. Proyek itu bernama International Thermonuclear Experimental Reactor (ITER). Rencananya ITER akan mengkombinasikan beberapa teknik unggul dari Tokamak yang telah dilakukan di negara-negara anggota. Dalam fase plasma terdapat kesetimbangan termodinamik jika gas terionisasi total. Ionisasi dalam gas dapat terjadi akibat dari tumbukan antar molekul gas netral, antar elektron dengan gas netral, antar ion dengan molekul gas netral. Dalam laboratorium sering ditemui plasma tidak dalam kesetimbangan thermodinamik (non-equilibrium plasma). 6.3. Konfigurasi Medan Magnetik Plasma Tokamak Konfigurasi medan magnetik dibangun melalui tiga komponen, yang pertama diproduksi oleh suatu set koil di sekitar ruang utama plasma. Koil ini akan menghasilkan medan toroidal di sekitar sumbu mayor reaktor. Komponen kedua disebut komponen medan poloidal yang dibangkitkan oleh suatu sistem koil yang dipasang di luar ruang reaktor utama tegak lurus terhadap koil toroidal. Kombinasi medan magnetik yang dihasilkan oleh koil toroidal dan koil poloidal akan menghasilkan medan magnetik helikal yang memelihara plasma tetap tidak menyentuh dinding reaktor (lihat gambar 6.1). 86 Fisika Plasma dan Aplikasinya Gambar 6.1 Ilustrasi konfigurasi medan magnetik dan koil-koil pembangkitnya, resultan medan toroidal dengan medan poloidal menghasilkan medan helikal Di dalam reaktor fusi plasma yang terkungkung magnetik (magnetic confinement) terdapat ion-ion dan elektron-elektron dalam keadaan Kesetimbangan Termodinamik Total (KTT). Dalam keadaan KTT terdapat hanya satu temperatur yakni temperatur (Ti » Te), yakni temperatur termodinamik. Plasma dalam kondisi ini disebut plasma panas dan suhunya dalam orde 108 K dan mengikuti seluruh fungsi-fungsi distribusi (hukum-hukum Maxwell, Boltzmann, Saha dan Planck) dan mempunyai persamaan-persamaan termodinamik yang sangat berbeda dengan gas (karenanya disebut materi fase ke empat). 6.4. Plasma Tokamak dan Reaktor Fusi Konsep plasma tokamak diusulkan dalam kaitan dengan ide untuk mengontrol reaksi fusi nuklir. Dan kini teknik plasma tokamak merupakan satusatunya model untuk mengusahakan terjadinya reaksi fusi termonuklir. Reaksi fusi terjadi, jika inti-inti dari unsur-unsur ringan bergabung menjadi suatu unsur yang lebih berat. Yang paling mudah (secara teoretis) adalah reaksi antara dua isotop hidrogen (deutrium dan tritium) seperti reaksi R 6.1. Reaksi ini selain membebaskan energi juga melepaskan neutron cepat dan pembentukan inti atom helium (partikel a). Dalam suatu reaktor fusi, zona reaksi dikelilingi oleh suatu selimut dan selimut ini merupakan daerah konservasi energi (energi terbebaskan dari reaksi fusi dan energi kinetik neutron) menjadi energi panas. Fisika Plasma dan Aplikasinya 87 Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir Besarnya energi potensial ini harus sama dengan besarnya energi kinetik dari Te + 1,94 × 10 - 4 Te + 4,92 × 10 -6 Te3 - 3,98 × 10 -8 Te4 (6.2) sv DT = 5,14 10- 22m3/s, untuk suhu 23 KeV memiliki tampang lintang sebesar nilai ini berkisar 100 kali lipat dari tampang lintang reaksi fusi DD (Deutrium= 1,110- 24m3/s. Reaksi DD Deutrium) yang memiliki tampang lintang sv DD seperti pada reaksi berikut: D + D ® 3 He + n (R6.2) D+D ®T+p (R6.3) Pada reaksi DD, jika D dalam bentuk plasma akan dihasilkan sebuah isotop T dengan temperatur 10 KeV, dan kemudian reaksi akan berlanjut dengan reaksi DT yang akan menghasilkan sebuah netron. Partikel-partikel yang bereaksi fusi akan memasuki potensial Coulomb dari atom, sehingga harus mengalami tuneling. Kebolehjadian sebuah partikel melakukan tuneling adalah mengikuti persamaan, æ D f G = expçç è Dl ö ÷÷ ø 88 Reactor conditions 100 Ignation Inaccessible region 10 1 0.1 QQT=1 TFTR ALC-C FT Year JT-60u JET JET JET DIII-D TFTA TFTR JT-60u JET TFTR JET DIII-D TFTR QDT=0.1 JT-60 DIII-D TFTR Reactor-relevant DIII-D conditions TEXTOR ALC-A ASDEX PLT 1996 1980 PLT T10 TFR TFR 0.01 1970 T3 (6.3) o D - T Exp 0.1 Dengan Δ adalah jarak yang harus ditembus oleh partikel, dan Δλ adalah panjang gelombang de Broglie dari partikel. Misalkan terdapat partikel dengan muatan inti sebesar Z1 bermassa m dan bergerak dengan kecepatan v berinteraksi dengan partikel lain dengan muatan inti sebesar Z2, maka partikel tersebut akan memiliki energi potensial Coulomb sebesar: Z Z e2 V = 1 2 4pe 0 D Untuk terjadinya reaksi fusi mengharuskan pengkondisian energi yang tinggi dan temperatur plasma mencapai ratusan juta derajat. Yang menarik adalah energi yang dilepaskan dalam reaksi fusi cukup untuk mempertahankan keberlangsungan kondisi plasma agar reaksi fusi terus berlangsung, dan masih tersisa energi untuk dimanfaatkan. g -2 un 0 , 29 e (6.6) hi )= -T21,38 - 25,2 - 7,1 ×10 tra DT ss ( ln sv æ Z Z e2 ö f G µ expçç - 1 2 ÷÷ è e 0 hn ø Nilai fG ini sering disebut dengan faktor Gamov. em Energi yang dibebaskan ini secara teoretis sebagian akan digunakan untuk mempertahankan plasma panas dalam reaktor dan sebagian lagi akan dikonversi menjadi energi listrik. Kebolehjadian terjadinya reaksi DT ditunjukkan oleh tampang lintang. Tampang lintang efektif untuk reaksi fusi DT pada temperatur di bawah 100 KeV dapat didekati dengan persamaan berikut: Br (6.1) of 2 2 Z Z e2 D= 1 2 2 (6.5) 2pe 0 mv Dengan memasukkan bahwa panjang gelombang de Broglie adalah Δλ=h/(mv) maka akan diperoleh probabilitas tuneling sebesar: it E = Dm.c 2 partikel datang mv sehingga akan diperoleh: m Seperti yang tertulis pada reaksi R6.1 bahwa reaksi DT akan menghasilkan energi, energi ini diperoleh dari cacat massa Dm = (mD + mT ) - (m4He + n ), oleh teori relativitas khusus Einstein bahwa energi yang dibebaskan adalah sebesar : Li Fusi Nuklir dan Kriteria Lawson Fusion product n, TE. Ts (x1020m-3s.keV) 6.5. Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir (6.4) Fisika Plasma dan Aplikasinya 1 10 1965 100 Central Ion temperature Ti (keV) Gambar 6.2 Tiga perkalian fusi ( nTt) sebagai fungsi temperatur ion Ti dari sejumlah plasma Tokamak di dunia. JT 60-Jepang, D III-Rusia, JET-Eropa; TFTR-Amerika Agar temperatur tinggi (T) dapat dipertahankan, kosentrasi (densitas) inti n harus cukup tinggi dan kondisi ini harus bertahan selama waktu pengungkungan energi t cukup panjang. Suatu formula sederhana yang dikenal dengan Kriteria Fisika Plasma dan Aplikasinya 89 Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir Lawson diusulkan pada tahun 1957 oleh Lawson, menunjukkan jika inti-inti yang mengalami penggabungan adalah deutrium-tritium maka perkalian nTt harus lebih besar dari 6 . 1021 dengan satuan n adalah partikel per meter kubik, t dalam detik, dan T dalam keV. Kriteria Lawson dapat diringkas menjadi: nTt > 6.10 21 (6.7) Kriteria Lawson inilah yang menjadi standar unjuk kerja dari suatu reaktor Fusi termonuklir. Berbagai reaktor di dunia terus menunjukkan perkembangan tiga perkalian fusi (triple fusion product) dan perkembangannya dapat dilihat pada gambar 6.2. 6.6. Gambar 6.3. Foto satu modul antena ICRF yang digunakan oleh JET (Jet,1997) Pembangkit plasma dalam Reaktor Fusi themonuklir Pada umumnya untuk membangkitkan plasma digunakan pemanasan radio frekuensi (Radio frequency heating). Sistem pemanasan ini dikenal dengan nama Ion Cyclotron Resonance Frequency ( ICRF). ICRF dioperasikan pada rentang frekuensi 23-57 MHz. Sebagai contoh yang digunakan oleh JET pemanasan ICRF terdapat 8 unit modul identik, setiap unit terdiri dari sebuah tandem amplifier, seperangkat tranmisi koaksial tersusun menjadi elemen-elemen. Elemenelemen ini merupakan antena yang ditempatkan tepat pada dinding reaktor. Kedelapan generator RF pada JET memproduksi daya maksimum sebesar 32 MW. Daya tersebut yang digunakan untuk mengionisasi gas deutrium dan tritium menjadi plasma dan mempertahankan kondisi plasma. Daya bersih yang digunakan JET untuk pemanasan plasma ini sekitar 22,7 MW. 6.7. Kriteria Pembakaran Agar reaksi fusi plasma DT terus berlangsung, parameter yang perlu diperhatikan adalah partikel plasma, waktu pengungkungan energi, temperatur dan densitas plasma. Di dalam reaktor tokamak selalu terdapat D,T dan He. Konsentrasi Helium (fHe = nHe/ne) dan konsentrasi ion (fi = ni/ne), pada sebuah plasma harus memenuhi kenetralan muatan, sehingga akan berlaku: n D + nT + 2n He + å qi ni = ne (6.8) Untuk densitas deutrium dan densitas tritium sama (nD=nT=nDT), dari persamaan (6.8) maka akan didapatkan: 2n DT = ne - 2n He - å qi ni æ n n ö çç1 - 2 He - å qi i ÷÷ ne ne ø è n DT = ne 2 n DT = ne (1 - 2 f He - å qi f i ) 2 (6.9) Dengan qi adalah besarnya muatan ion, angka 2 didapatkan dari besarnya muatan inti helium. Pada keadaan yang mantab, laju produksi α sama dengan laju pengurangannya, sehingga menghasilkan persamaan: n D nT sv DT = n He * t He (6.10) Dengan sv DT adalah koefisien laju reaksi fusi. Waktu pengungkungan partikel (τHe)dirumuskan sebagai: òn t He = He dV volume (6.11) ò GHe dS suface Dengan Γ adalah fluks densitas inti helium yang keluar dari volume sebesar V yang * terlingkupi luasan sebesar S. Waktu efektif pengungkungan partikel He ( t He ) dirumuskan sebagai: 90 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 91 Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir t * He Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir t He t = = He 1 - Rcyc e (6.12) Dengan Rcyc adalah koefisien recycle dan ε adalah efisiensi pengeluaran yang dinyatakan dengan Scrape-off layer (SOL), yang terkait dengan pemompaan atom He keluar dari reaktor fusi. Selama pengosongan muatan, partikel helium meninggalkan dan kembali memasuki plasma berkali-kali sebelum partikelpartikel tersebut dipompakan keluar. Waktu efektif pengungkungan biasanya * >> t He . lebih besar dari waktu pengungkungan partikel, t He Ketika sumber bahan bakar dinon-aktifkan, maka densitas plasma akan meluruh * dengan waktu karakteristik peluruhan sebesar t p ,peluruhan yang terjadi adalah peluruhan secara eksponensial, exp( -t/ t *p ), karena proses reaksi berkelanjutan, maka waktu pengungkungan plasma dapat dituliskan sebagai: t p = (1 - Rcyc) t *p (6.13) * * t Berdasarkan persamaan di atas diperoleh t p < t p . Perbedaan antara p dan t p Dengan WE adalah energi plasma, τE adalah waktu pengungkungan energi, Pbrem adalah daya yang hilang akibat proses Bremsstrahlung, Prad daya yang hilang akibat radiasi ion-ion. Daya helium Pα diberikan oleh persamaan: 2 Pa = n DT sv Prad = ne å ni Li (Te ) (1 - 2 f He 4 f He - å qi f i )sv (6.14) DT Reaksi fusi akan menghasilkan netron berenergi tinggi, yang akan diubah menjadi netron termal. Daya dari atom He yang dihasilkan dari reaksi adalah Pα, maka daya dari netron termal dapat dituliskan sebagai: Ea (6.16) (6.17) æ ö PBrem = cbr ne ç 2n DT + 4n He + å qi2 ni ÷ k B Te i è ø = cbr ne2 Z eff k B Te [ ( ] )kT = cbr ne2 1 + 2 f He å qi2 - qi f i 2n DT Karena cbr = (6.18) B e = 1 - 2 f He - å qi f i dan ne 16 2p g G 3 3 3 3 (4pe 0 ) me 2 c 3 h 2 = 3,84 ´ 10 - 29 Wm s kg (6.19) Dengan g G » 1 yang disebut dengan faktor Gaunt, yang dikenalkan oleh Kramers untuk menghitung ketidak sesuaian antara mekanika klasik dan mekanika kuantum. Zeff adalah muatan inti efektif dari ion plasma, 2 i semua ion òq Z eff = Pa - PBrem - Prad = Pn DT Dengan Li adalah fungsi radiasi dari setiap ion ke i, Te adalah temperatur elektron. Sehingga dengan mengambil qDT = 1 dan qHe = 2, PBrem dapat ditulis sebagai: dalam orde puluhan mili sekon. net *p = ne2 (1 - 2 f He - å f i qi )2 sv 4 Sedangkan daya yang dipancarkan karena radiasi ion-ion adalah sebagai berikut dapat digunakan untuk menganalisa kriteria pembakaran. Dalam eksperiment reaksi fusi didapatkan bahwa besarnya t *p dalam orde satu sekon, sedangkan t p Pada reaksi fusi, produksi inti helium dapat dikatakan juga produksi energi. Karena jika terjadi reaksi maka yang terbentuk adalah He, dalam proses pemompaan helium sebagian dari isotop hidrogen akan turut keluar bersama dengan helium, hal ini menyebabkan pengurangan bahan bakar reaktor fusi DT, maka pemompaan helium harus memenuhi kriteria: E = DT a ni ò q i ni 2 i semua ion òq = ni ne (6.20) semua ion Pa - PBrem - Prad = = 92 Dengan mensubtitusikan persamaan (6.17) (6.18) dan (6.19)ke (6.16) dan dengan asumsi bahwa T = Te = TDT = THe = Ti maka diperoleh kriteria pembakaran seperti persamaan: WE tE 3 (ne k B Te + 2n DT k B TDT + n He k B THe + å ni k B Ti ) 2 tE (6.15) Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 93 Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir (2 - f He + å f i [1 - qi ]) 3 net E = k B T 2 é (1 - 2 f He - å f i qi )2 sv Ea ù DT ê ú 4 ê ú 2 êc 1 + 2 f + å qi - qi f i k BT - å f i Li úû He ë br ( [ ]) 6.8. Reaktor Fusi themonuklir yang dikembangkan kini di seluruh dunia masih menggunakan model Plasma Tokamak. Tidak terdapat perubahan yang berarti kecuali beberapa kajian yang selalu ditingkatkan untuk mendapatkan unjuk kerja yang semakin handal. Gambar 6.4 menunjukkan foto Reaktor fusi thermonuklir. (6.21) Kriteria pengeluaran seperti pada persamaan (6.14) dan kriteria pembakaran (6.21) dapat dikombinasi untuk menghilangkan densitas elektron dengan mengenalkan perbandingan: * He t g =t E Realisasi Energi Fusi untuk Pembangkit Tenaga Listrik (6.22) Ada empat kajian yang terus menerus dilakukan oleh negara-negara yang melakukan riset dalam bidang energi thermonuklir 1. Kajian tentang pengskalaan kelakuan plasma sebagai acuan pendekatan pada ukuran reaktor. 2. Kajian interaksi plasma dengan dinding reaktor 3. Kajian tentang pemanasan plasma yang menyangkut kestabilan. 4. Kajian tentang produksi partikel , pengungkungan magnetik dan akibat dari pemanasan plasma Berdasarkan penyelesaian persamaan pangkat tiga untuk ketentuan konsentrasi ion pengotor, fi, memberikan γ, T dan fHe 2 é ù (1 - 2 f He - å f i [1 - qi ]) sv DT Ea ê ú 4 ê ú 2 ê cbr 1 + 2 f He + å f i qi - qi k B T - å f i Li ú 8f ú g = He ê 3 ê (1 - 2 f He - å f i qi )2 (2 - f He + å f i [1 - qi ])sv k B T ú DT ê û ë (( [ ])) (6.23) Pada fi = 0 (tanpa ion pengotor) persamaan akan tereduksi menjadi: é ê sv 2 f He ê g = 3 ê êë 4c br (1 + 2 f He ) k B T ù ú (1 - 2 f He )2 ú (2 - f He ) sv DT k B T ú û Ea DT (6.24) Persamaan pangkat tiga yang mengikuti fHe. Karena kenetralan muatan 2n DT + 2n He + qimp nimp = ne (6.25) (pada persamaan di atas dimisalkan hanya terdapat sebuah pengotor dengan muatan sebesar qimp) kondisi tambahan adalah sebagai berikut: f imp = 94 nimp ne £ 1 - 2 f He qimp (6.26) Fisika Plasma dan Aplikasinya Gambar 6.4 Foto bagian dalam reaktor fusi (JET, 1997) Energi yang dihasilkan oleh reaksi fusi akan dikonversikan menjadi beberapa bentuk energi lain seperti energi untuk neutron cepat dan partikel alpha (inti atom Helium) serta energi sisa. Energi sisa ini sebagian digunakan untuk menahan kondisi plasma tokamak pada kondisi kriteria Lawson. Sebagian lain dari sisa energi tersebut akan dikonversikan menjadi energi panas melalui selimut (blanket) di sekitar inti reaktor. Selimut ini memanfaatkan energi neutron cepat menjadi energi panas. Panas yang tersimpan pada selimut melalui sistem pertukaran panas digunakan untuk menguapkan air. Uap air ini yang digunakan untuk memutar turbin generator, sehingga energi listrik dapat dihasilkan seperti Fisika Plasma dan Aplikasinya 95 Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir Plasma Tokamak dan Fusi Nuklir yang lazim pada cara konvensional. Selimut disekeliling inti reaktor juga mengandung Litium sehingga selama reaksi fusi berlangsung Litium menangkap neutron dengan memproduksi gas Tritium dan gas Helium melalui reaksi 6 7 Li + n ® T + 4 He (R6.4) 4 Li + n ® T + He + n (R6.5) Tritium yang dihasilkan pada reaksi ini akan dikembalikan ke reaktor menjadi bahan bakar baru (lihat gambar 6.5). Permasalahan yang masih harus mendapatkan penyelesaian serius adalah tidak mampunya sistem reaktor plasma tokamak tetap menahan keadaan plasma pada kondisi kriteria Lawson ketika sumber daya pemanasan plasma (ICRF) diputus. Di dunia hanya satu kali terjadi di Joint European Torus (JET) dan berlangsung hanya selama dua menit Untuk mengatasi permasalahan ketidakstabilan plasma tokamak dan mewujudkan energi listrik dari reaksi fusi thermonuklir kini Uni Eropa , Jepang, Rusia dan Amerika bergabung dalam penelitian International Thermonuclear Experimental Re ktor (ITER). Keterlibatan beberapa negara lain, seperti Korea Selatan, India, Cina, dan Rusia semakin mempersingkat waktu untuk merealisasikan ITER. Pada awal tahun 2010 ITER telah mulai dibangun di Cadarash Perancis Selatan. Soal-Soal 1. Tuliskan reaksi fusi yang ingin direalisasikan untuk mendapatkan energi dari penggabungan inti atom. 2. Jelaskan konsep plasma Tokomak dalam pengungkungan medan magnetik 3. Tuliskan kriteria Lawson dan jelaskan keterkaitan antara densitas plasma dan temperatur agar terjadi reaksi fusi 4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan faktor Gamov. Hitunglah faktor Gamov untuk reaksi fusi antara Dentrium dan Tritium 5. Pada suatu kondisi temperatur plasma dalam suatu reaktor dengan bahan bakar fusi adalah D dan T, sebesar 50 ke V . Tentukanlah tampang hitung reaksi DT dalam reaktor tersebut. 6. Jelaskan hubungan antara daya atom He yang dihasilkan dalam suatu reaksi fusi dengan energi plasma. Seperti yang kita ketahui bahwa energi plasma merupakan hasil kali antara daya neutras termal yang dihasilkan dengan waktu pengungkungan 7. Di dalam reaktor plasma tokamak, partikel-partikel juga mengalami perlambatan (Brems strakling) dan partikel bermuatan yang bergerak juga memancarkan radiasi. Apa pengaruhnya terhadap energi plasma. 8. Gambarkan dan jelaskan skema PLTN fusi dan jelaskan mekanisme sampai dapat dibangkitkan energi listrik dan didistribusikan untuk kepentingan masyarakat. Gambar 6.5 Skema sebuah reaktor fusi Deutrium-Tritium beserta sistem pembangkit tenaga listrik 96 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 97 Daftar Pustaka Daftar Pustaka DAFTAR PUSTAKA Einar Hinnov and Joseph G. Hirschberg., 1962. Electron-Ion Recombination in Dense Plasmas Phys. Rev. 125, 795–801 Freidberg J. P., 1987. Ideal Magnetohydrodynamics, Plenum Press, New York. Auerbach D , Cacak r, Caudano R, Gaily T D, Keyser C J , McGowan J W, Mitchell J B A and Wilk. S F J., 1977. Merged electron-ion beam experiments. I. Method and measurements of (e-H2+) and (e-H3+) dissociative-recombination cross sections, J. Phys. B: At. Mol. Phys. 10 3797 Bates D. R. , Kingston A. E. and McWhirter R. W. P., 1962 .Recombination Between Electrons and Atomic Ions. I. Optically Thin Plasmas, Proc. R. Soc. Lond. A vol. 267 no. 1330 297-312 Braginskii S. I. , 1965, Transport Processes in a Plasma, in Reviews of Plasma Physics, Vol. 1, Ed. M. A. Leontovich, Consultants Bureau, New York Goldston R. J. , Rutherford P. H., 1996. Introduction to Plasma Physics, Institute of Physics, Hazeltine R. D. , J. D., 1992. Meiss, Plasma Confinement, Addison-Wesley, Redwood City, CA Held B. , 1994, "Physique des Plasma Froids", Masson, Paris Helander P. , Sigmar D. J. , Collisional Transport in Magnetized Plasmas, Cambridge University Press, Cambridge (2002). A modern treatment of neoclassical transport theory for adiabatic plasmas. Boyd T. J. M. , Sanderson J. J. , 2003. The Physics of Plasmas, Cambridge University Press, Cambridge Herzberg G., 2004 ,"Spectra of diatomic molecules", (London: D Van Nostarnd, 1950 Journal of Quantitative Spectroscopy and Radiative Transfer Volume 83, Issues 3-4, Pages 711-733 Chang, J. S., 1993, Energetic Electron Induced Plasma Process for Reduction of Acid and Greenhouse in Combustion Flue Gas, diedit oleh Penitrante, B. M., and Schultheis, S. E., NATO ASI Series, Springer Verlag. Hutchinson I. H., 1988. Principles of Plasma Diagnostics, Cambridge University Press, Cambridge Chapman, B., 1990, Glow Discharge Processes, John Willey & Sons, New York. Itoh K. , Itoh S-I, Fukyama A. , 1999. Transport and Structural Formation in Plasmas, Institute of Physics, Bristol. Chen, J., dan Davidson, J.H., 2002, Electron Density and Energy Distributions in the Positive DC Corona: Interpretation for Corona-Enhanced Chemical Reactions, Plasma Chemistry and Plasma Processing, Vol. 22, pp 199-224. JET (Joint European Torus)., 1997. "JET Joint Undertaking, annual report 1996" nd Chen F. F. , 1984 Introduction to Plasma Physics, 2 Ed., Plenum, London. Cristoforetti G. , De Giacomo A., M. Dell'Aglio, S. Legnaioli, E. Tognoni , V. Palleschi, and N. Omenetto, Local Thermodynamic Equilibrium in LaserInduced Breakdown Spectroscopy: Spectrochimica Acta Part B 65 (2010) 86–95 D'Ammando G. , Colonna G. , Pietanza L.D. , and M., 2010. Capitelli, Computation of thermodynamic plasma properties: A simplified approach, Spectrochimica Acta Part B: Atomic Spectroscopy Volume 65, Issue 8, Pages 603-615 Dinklage A. Klinger T. G.,Schweikhard Marx L. , 2005. Plasma Physics:Confinement, Transport and Collective Effects, Springer Berlin Heidelberg Dendy R. (editor), 1995, "Plasma Physics an Introductory Course" Cambridge University Press, Cambridge Kadomtsev B.B. , 1992, "Tokamak Plasma: A Complex Physical System" Institute of Physics Publishing, Bristol Kogelschatzt, U., et al, 1999, From Ozone to Flat Television Screens: History and Future Potential of dielectric-Barrier Discharges, ABB Corporate Research Ltd, Switzerland. Konuma, M., 1992, Film Deposition by Plasma Tecniques, Springer_Verlag, Berlin. Kuraica M.M. , Obradovic B.M. , Manojlovic D. , Ostojic D.R. and Puric J. , 2004. Ozonized Water Generator Based on Coaxial Dielectric-Barrier-Discharge in Air, Vacuum, 73 705-708. Lindhölm E., 1945. Pressure Broadening of Spectral Lines, Arkiv For Matematik, Astronomi Och Fysik. 32 A, No. 17 pp 1-18, Lieberman, M. A., dan Lichtenberg, A. J., 2005, Principles of plasma discharges and materials processing second edition, John Wiley and Sons, United State of America. Dojcinovic B.P. , Manojlovic D., Roglic G.M. , Obradovic B.M., Kuraica M.M. and 98 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 99 Daftar Pustaka Daftar Pustaka Loeb L. B., 1965. Electrical Coronas, Berkeley and Los Angeles: University of California Press, Pamela at M Chatelier J. , 1997, Des Premiers Tokamaks an Project ITER, la Recherche No. 299 Lochte-Holtgreven W. , 1968. Evaluation of plasma parameters, in Plasma Diagnostics, edited by W. Lochte-Holtgreven North-Holland Publishing Company Amsterdam Petras Serapinas , Julius Šalkauskas, Žilvinas Ežerinskis, Artūras Acus., 2010. Local thermodynamic equilibrium modeling of ionization of impurities in argon inductively coupled plasma, Spectrochimica Acta Part B 65 15–23 Manojlovic D. , Popara A. , Dojcinovic B.P. , Nikolic A. , Obradovic B.M. , Kuraica M.M. and Puric J. , 2008. Comparison of two methods for removal of arsenic from potable water, Vacuum, 83 142-145. Puric J. , 2008. Plasma assisted degradation of phenol solutions, Vacuum, 83 234237. Manojlovic D. , Ostojic D.R., Obradovic B.M., Kuraica M.M., Krsmanovic V.D. and Puric J., 2007. Removal of Phenol and Chlorophenols from Water by New Ozone Generator, Dessalination, 213 116-122. Manfred A. Biondi* and Sanborn C. Brown ,1949, Measurement of Electron-Ion Recombination Phys. Rev. 76, 1697–1700 Raether H. , 1939. The development of electron avalanche in a spark channel (from observations in a cloudchamber), Zeitschrift fur Physik 112 464. Raizer Yu. , 1991. Gas Discharge Physics, Springer, Berlin. Stangeby P. C. , The Plasma Boundary of Magnetic Fusion Devices, Institute of Physics, Marr, G.V., 1967, Photoionization Processes in Gases, Academic Press, New York. Stacey M. Weston M., 2005, Fusion Plasma Physics. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim McClellan., 2003, The Silent Discharge Plasma Technology Nonequilibrium Nonthermal Plasma to Oxidize Organic Contaminants, ENV America Incorporation, United States of America. Stacey M. Weston., 2010, Fusion, an Introduction to the Physics and Technology of Magnetic Confinement, WILEY-VCH Verlag GmbH & Co Meek J.M. , Craggs J.D. , 1953. Electrical breakdown of gases, Clarendon, Oxford,. Miyamoto K. , 1989, Plasma Physics for Nuclear Fusion, Rev. Ed., MIT Press, Cambridge. Nasser, E., 1971, Fundamental of Gasseous Ionization and Plasma Electronics, Wiley-Interscience, New York. Nur, M., 1997, PhD Thesis, Joseph Fourier University Grenoble,. Nur, M., Bonifaci N and Denat A., 1997. Non-thermal Electron Mobility in High density Gaseous Nitrogen and Argon in Divergent Electric Field Vol. IV Proc. ICPIG XXIII, Toulouse, France pp 12-13,. Nur, M., Denat A. and Bonifaci N., 1997. Temperature measurement by a spectroscopic methode in high-density nitrogen positive corona discharges Vol. IV Proc. ICPIG XXIII, Toulouse, France pp 12-13, Statistical Plasma Physics: Volume 1:Basic Principal Nur, M., Hernandez-Avila J.L., Bonifaci N., and Denat A.,1995, Proc. ICPIG XXII , Hoboken, New Jersey USA, pp 135-136 Stacey W. M. , 1981. Fusion Plasma Analysis, Wiley-Interscience, New York. Stacey W. M. , 1984, FUSION: An Introduction to the Physics and Technology of Magnetic Confinement Fusion,Wiley-Interscience, New York. Stacey Weston M., Copyright 2005 WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KGaA, Weinheim. ISBN: 3-527-40586-0 Stacey Weston M. , 2005, Fusion Plasma Physics. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co.540 Stanley Byron, Robert C. Stabler, and Bortz Paul I. , 1962. Electron-Ion Recombination by Collisional and Radiative Processes Phys. Rev. Lett. 8, 376–379 Stix T. H. , 1992. Waves in Plasmas, American Institute of Physics, New York. Veldhuizen van E.M. (editor), 1999/ "Electrical Discharges for Environmental Purposes: Fundamentals and Applications", Nova Science Publishers, New York Wesson J. A. , 1997. Tokamaks, 2nd Ed., Clarendon Press, Oxford. Nur, M., J.L. Hernandez-Avila, N. Bonifaci, A. Denat and , Proc. ICDL XII , Roma , Italya, pp 135-136, 1995 100 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 101 Apendiks Apendiks Satuan Pokok SIa Apendik A Kuantitas Intensitas Sistem Satuan Internasional Panjang Nama Meter Simbol m “… panjang yang sama dengan 1.650.763,73 panjang gelombang dalam vakum dari radiasi yang bersesuaian dengan transisi di antara tingkat 2p10 dan tingkat 5d5 dari atom Krypton-86.” (1960) Kilogram kg “… Prototip ini [sebuah silinder platinumiridium tertentu] dengan demikian akan dianggap merupakan satuan massa”. (1889) Waktu Detk s “… lamanya 9.192.631.770 perioda radiasi yang bersesuaian dengan transisi di antara kedua tingkat hiperhalus dari keadaan dasar atom cesium-133”. (1967) Temperatur ampere Kelvin A K Termodinamika Banyaknya Zat 102 Simbol Cd “ … b a h w a a r u s ko n s t a n y a n g , jikadipertahankan dalam dua penghantar sejajar yang lurus yang p a j a n g nya ta k b e r h i n g ga , ya n g p e n a m p a n g l i n g ka ra n nya d a p at diabaikan, dan yang ditempatkan 1 m terpisah satu sama lain dalam vakum, akan menghasilkan sebuah gaya di antara penghantar-penghantar ini yang sama dengan 2 x 10-7 Newton per meter panjang”. (1946) “… pecahan 1/273,16 dari temperature termodinamika titik triple air”. (1967) mol mol “… banyaknya zat sebuah system yang mengandung banyaknya entity elementer sebanyak atom yang ada dalam 0,012 kilogram karbon-12”. (1971) Fisika Plasma dan Aplikasinya Definisi “… Intensitas cahaya dalam arah tegak lurus, dari sebuah permukaan benda hitam seluas 1/600.000 meter kuadrat pada temperature platinum beku di bawah tekanan sebesar 101.325 Newton per meter kuadrat,, Definisi Massa Arus Listrik Kandela Cahaya Satuan Pokok SIa Kuantitas Nama Ÿ Disesuaikan dari “Sistem Satuan Internasional (SI) National Bureau of standards Special Publication 330, edisi 1972. a Definisi satuan-satuan dasar ini disetujui oleh Konferensi Umum mengenai Berat dan Ukuran, Yakni sebuah badan internasional, pada tahun yang diperlihatkan. Dalam buku ini kita tidak akan menggunakan satuan lilin (candela). Beberapa satuan SI yang diturunkan dengan nama-nama khusus Kuantitas Satuan SI Nama Simbol Pernyataan Pernyataan dalam dalam satuan dasar SI satuan lain s-1 frekuensi hertz Hz gaya newton N Tenaga, kerja joule J N.m Kg.m2/s2 tekanan pascal Pa N/m2 Kg/m.s2 Daya, fluks sinaran watt W J/s Kg.m2/s3 Kuantitas listrik, coulomb C m.kg/s2 Kuantitas kalor A.s muatan listrik Volt V W/A Kg.m2/A.s3 kapasitans farad F C/V A2.s4/kg.m2 Resistans listrik ohm Ω V/A Kg.m2/A2.s3 konduktans siemen S A/V A2.s2/kg.m2 Potensial listrik, selisih potensial, tegangan, gaya gerak listrik Fisika Plasma dan Aplikasinya 103 Apendiks Apendiks Satuan SI Nama Simbol Pernyataan Pernyataan dalam dalam satuan dasar SI Kuantitas Fluks magnet weber Wb satuan lain V.s Medan magnet tesla T Wb/m2 Kg/A.s2 induktans henry H Wb/A Kg.m2/A2.s2 Kg.m2/A.s2 Beberapa symbol untuk satuan kuantitas fisis Simbol SI Nama Singkatan Untuk kebanyakan soal dalam buku ini maka cukup dipakai tiga angka penting, dan nilai-nilai komputasi (yang dibulatkan) dapat digunakan. Simbol selain daripada SI yang lazim digunakan A Angstrom Å Kandela Cd Satuan termal Inggeris Btu Coulomb C Kalori Cal Farad F Hari D Henry H Derajat o Hertz Hz Dyne Dyn Joule J Electron volt eV Kelvin K Kaki Ft Kilogram Kg gauss G meter M Gram G Mol Daya kuda Hp newton N Jam H ohm Ω Inci In. pascal Pa Mil Mi radian Rad Menit (busur) ' detik S Menit (waktu) Min siemens S Pon Lb steradian Sr Putaran Rev tesla T Detik (busur) “ volt V Atmosper standar Atm watt W Satutan massa atom terpadu U weber Wb tahun yr 104 Apendiks B Singkatan Nama Ampere mol Selama bertahun-tahun beberapa ratus pengukuran kuantitas fisis yang fundamental, sendirian atau gabungan, telah dibuat oleh ratusan ilmuwan di banyak Negara. Pengukuran-pengukuran ini mempunyai presisi yang berbedabeda dan, yang paling penting, pengukuran-pengukuran tersebut saling bergantung satu sama lain. Misalnya, pengukuran langsung dari e, e/m, h/e, dan lain sebagainya, jelas saling berhubungan. Dengan memilih nilai-nilai e, m,h, dan lain sebagainya Yang terbaik, dari sejumlah besar data yang saling tumpang tindih bukanlah hal yang mudah untuk melakukannya. Fisika Plasma dan Aplikasinya Beberapa konstanta fisika yang fundamental* Konstanta Laju cahaya dalam vakum Muatan elementer Massa diam electron Konstanta permittivitas Konstanta permeabilitas Simbol Nilai Komputasi Nilai (1973) terbaik KetidakNilai a tentuan b c e me ε0 µ0 3,00 x 108 m/s 2,99792458 0,004 -19 1,6021892 2,9 -31 9,109534 5,1 -12 8,854187818 0,008 -6 4π (exactly) - 11 1,60 x 10 C 9,11 x 10 kg 8,85 x 10 F/m 1,26 x 10 H/m Perbandingan muatan ke massa electron e/me 1,76 x 10 C/kg 1,7588047 2,8 Massa diam proton mp 1,67 x 10-27 kg 1,6726485 5,1 1836,15152 0,38 Perbandingan massa proton ke massa electron Massa diam neutron Massa diam muon Konstanta planck Panjang gelombang mp/me 1840 mn mµ h 1,68 x 10-27 kg 1,6749543 5,1 -28 1,883566 5,6 -34 6,626176 5,4 -12 1,88 x 10 kg 6,63 x 10 J.s λc 2,43 x 10 m 2,4263089 1,6 R 8,31 J/mol.K 8,31441 31 6,022045 5,1 Compton electron Konstanta gas molar NA Fisika Plasma dan Aplikasinya 23 6,02 x 10 /mol 105 Apendiks Apendiks Simbol Nilai Komputasi Nilai (1973) terbaik KetidakNilai a tentuan b Konstanta 1,38 x 10-23 J/K K Volum molar gas ideal pada STP c Vm Konstanta Faraday F 31 9,65 x 104 C/mol 9,648456 -8 2 4 1 10 10 1m 100 1 10-3 39,37 125 1 km 105 1000 1 3,937 x 104 3281 G Jari-jari Borhr a0 5,29 x 10-11 m 5,2917706 0,82 momen magnet electron µe 9,28 x 10-24 J/T 9,284832 3,9 1,4106171 3,9 1,097373177 0,075 6,67 x 10-11 m3/s2.kg 6,6720 -26 µp 1,41 x 10 J/T -24 µB 9,27 x 10 J/T 5,05 x 10-27 J/T µN 615 9,274078 3,9 5,050824 m 1 cm Konstanta Gravitasi 1,10 x 107 /m 5,67032 Panjang 2,8 R 5,67 x 10 W/m .K 1 bola = 4π steradian = 12,57 steradian In. 0,3937 Konstanta Rydberg Magneton nuklir (inti) c 2,24 x 10 m /mol 2,241383 σ Magneton Bohr b 32 3 Konstanta Stefan-Boltzmann Momen magnet proton a 1,380662 -2 Sudut Ruang 3,9 Cm . nilai dalam table ini dipilih dari daftar yang lebih panjang yang dikembangkan oleh E.Richard Cohen dan B.N. Taylor, Journal of Physical and Chemical Reference Data, Vol.2 No.4 (1973) 8,333 x 10 1,578 x 10-5 1 ft 30,48 0,3048 3,048 x 10-4 12 1 1 mi 1,609 x 105 1609 M2 2 1m CM 10 -4 1 cm 10 2 Sudut Bidang 1 menit 1 detik 1 Radian 1 putaran 106 1,667 x 10-2 1 2,778 x 10-4 1,667 x 10-2 57,30 3438 360 4 2,16 x 10 2 4 1 2 1 -2 929,0 -4 6,452 -10 5,067 x 10-6 9,290 x 10 6,452 x 10 5,067 x 10 Ft2 10,76 1,076 x 10-3 1 6,994 x 10-3 5,454 x 10-9 2 In. 1550 0,1550 144 1 7,854 x 10-7 Mil lingkaran 1,974 x 109 1,974 x 105 1,833 x 108 1,273 x 106 1 lingkarang 1 mil2 = 2,788 x 108 ft2 = 640 acre 1 acre = 43,600 ft2 1 barn = 10-28 m2 CM3 1 3 1 1 Luas 1 m3 Faktor konversi 1 derajat 1,894 x 10-4 6,336 x 104 5280 1,609 M3 ‘ 60 0,6214 -2 Volume Apendik C 0 6,214 x 10-4 2,540 x 10 1 1 mil Temperatur tekanan standar STP = 0oC dan 1,0 atm -5 3,281 2,540 x 10 1 in. * -2 Mi ft -2 3,281 x 10 6,214 x 10-6 2,540 2 bagian persejuta -5 1 in. 1 ft satuan sama dan pangkat sepuluh seperti nilai komputasi km -2 ” 3600 Putaran Radian --2 1,745 x 10 2,778 x 10-3 60 1 2,063 x 105 2,909 x 10-4 4,630 x 10-5 4,848 x 10-6 7,716 x 10-7 1 0,1592 6 1,129 x 10 6,283 1 Fisika Plasma dan Aplikasinya -6 1 cm 10 1 liter 10-3 1 ft 3 1 in. 106 1000 1 10-3 1000 1 -2 2,832 x 10 28,32 -5 16,39 1,639 x 10-2 2,832 x 10 3 li 1,639 x 10 4 Ft3 35,31 3,531 x 10-8 3,531 x 10-2 1 5,787 x 10-4 In.3 6,102 x 104 6,102 x 10-2 61,02 1728 1 1 galon US = 4 kuart fluida US = 8 pint US = 128 ons fluida US 1 galon UK = 277,4 in.3 Fisika Plasma dan Aplikasinya 107 Apendiks Apendiks Massa Gaya g kg u slug -5 oz 23 -3 -6 1g 1 0,001 6,852 x 10 6,024 x 10 2,205 x 10 1,102x 10 1 kg 1000 1 6,852 x 10-2 6,024 x 1026 35,72 2,205 1,102 x 10-3 14,59 1 8,789 x 1027 514,8 32,17 1,602 x 10-3 1 slug 1,459 x 104 1u 1,660 x 10-24 1,660 x 10-27 1,137 x 10-28 1 1 oz 28,35 1 lb 453,6 -2 2,835 x 10 1,943 x 10 3,108 x 10-2 0,4536 5 1 ton -3 9,02 x 10 907,2 5,885 x 10-26 3,660 x 10-27 1,829 x 10-30 25 1,708 x 10 1 5,465 x 10 4 3,2 x 10 1 dyne 1 1N 105 3,125 x 10 1 pdl 1 0,0005 1 gf 2000 1 1 kgf -5 N pdl lb gf kgf 10-5 2,248 x 10-6 7,233 x 10-5 1,020 x 10-3 1,020 x 10-6 1 0,2248 5 1 lb 6,250 x 10 -2 2,732 x 1026 16 29 62,16 3,572 x 10 dyne ton lb -2 4,448 x 10 4,448 1 4 -2 1,383 x 10 0,1383 3,108 x 10 7,233 102,0 0,1020 32,17 453,6 0,4536 1 14,10 1,410 x 10-2 9,807 x 10-3 2,205 x 10-3 7,093 x 10-2 1 980,7 9,807 x 105 9,807 2,205 70,93 10-3 1000 1 Massa Jenis Slug/ft3 1 1,940 x 10-3 1,940 3,108 x10-2 53,71 1 slug/ft3 1 kg/m 3 3 1 g/cm 1 lb/ft3 1 lb/in.3 Kg/m3 515,4 1 1000 16,02 2,768 x 104 g/cm3 0,5154 0,001 1 1,602 x 10-2 27,68 3 Lb/ft 32,17 6,243 x 10-2 62,43 1 1728 3 Lb/In. 1,862 x 10-2 3,613 x 10-5 Massa 1 atm 1 dyne/cm 5,787 x 10-4 1 inci air 1 2 -7 9,869 x 10 1 cm.Hg 1,316 x 10 9,869 x 10-6 10 d 365,2 yr 1 h 8,766 x 103 s min 5,259 x 105 3,156 x 107 1d 2,738 x 10-3 1 24 1440 8,640 x 104 1h 1,141 x 10-4 4,167 x 10-2 1 60 3600 1 min 1,901 x 10-6 6,944 x 10-4 1,667 x 10-2 1 60 1s 3,169 x 10-8 1,157 x 10-5 2,778 x 10-4 1,667 x 10-2 1 1 erg Ft/s Km/h m/s Mi/h Cm/s 1 ft/h 1 1,097 0,0304 0,6818 30,48 0,5925 1 km/h 0,9113 1 0,2778 0,6124 27,78 0,5400 1 m/s 3,281 3,6 1 2,237 100 1,944 1 mi/h 1,467 1,609 0,4470 1 44,70 0,8689 -2 -2 -2 1 ft.lb knot 1 hp.h 1J -2 1 cm/s 3,281 x 10 3,6 x 10 0,01 2,237 x 10 1 1,944 x 10 1 knot 0,5144 1,151 51,44 1 108 1,688 1,852 Fisika Plasma dan Aplikasinya 4,725 x 10 478,8 2116 1,450 x 10-5 2,089 x 10-3 1 0,1868 249,1 3,613 x 10-2 5,202 1 1333 4,015 x 10-3 0,1922 0,1934 7,501 x 10-4 1 5,171 -2 3,591 x 10 27,85 1,450 x 10-4 2,089 x 10-2 6,895 x 103 1 47,88 6,944 x 10-2 1 144 Energi, Usaha dan Kalor 1 BTU Laju -4 14,70 0,1 6,805 x 10-2 6,895 x 104 27,68 2 1,013 x 105 Lb/ft2 7,501 x 10 1,333 x 10 5,353 -5 Lb/in2 Pa 4,015 x 10 4 1 Pa 1 lb/ft 1 yr 1 -2 76 -4 2,458x 10-2 2491 1 lb/in.2 Waktu 1,013 x 106 406,8 1 3,6163x 10-2 cm.Hg Dyne/cm2 Inci air atm BTU 1 9,48 1x 10-11 1,28 5x 10-3 2545 9,48 1x 10-4 erg 1,05 5x 1010 1 ft.lb 777,9 1,35 6x 107 2,68 5x 1013 107 1 7,376 x 10-8 1,980 x 106 0,737 6 Hp.h 3,92 9x 10-4 3,72 5x 10-14 5,05 1x 10-7 1 3,72 5x 10-7 Fisika Plasma dan Aplikasinya J 1055 cal 252,0 kW.h 2,930 x 10-4 10-7 2,389 x 10-8 2,778 x 10-14 1,35 6 0,323 9 3,776 x 10-7 2,68 5x 106 1 6,414 x 105 0,745 7 0,238 9 2,778 x 10-7 eV 6,58 5x 1021 6,24 2x 1011 8,46 4x 1018 1,67 6x 1025 6,24 2x 1018 MeV 6,58 5x 1015 6,24 2x 105 8,46 4x 1012 1,67 6x 1019 6,24 2x 1012 kg 1,17 4x 10-14 1,11 3x 10-34 1,50 9x 10-17 2,98 8x 10-11 1,11 3x 10-27 u 7,07 4x 1018 670, 5 9,09 2x 109 1,80 0x 1016 6,70 5x 109 109 Apendiks 1 cal 1 kW. h 1 eV 1 MeV 1 kg 1u Apendiks 3,96 8x 10-3 3413 1,51 9x 10-22 1,51 9x 10-16 8,52 1x 1013 1,41 5x 10-18 4,18 6x 107 3,6 x 1013 3,087 1,60 2x 10-12 1,60 2x 10-6 8,98 7x 1023 1,49 2x 10-3 1,182 x 10-19 2,655 x 106 1,182 x 10-13 6,629 x 1016 1,100 x 10-10 1,55 9x 10-6 1,34 1 4,18 6 1 1,163 x 10-6 3,6 x 106 8,601 x 105 1 5,96 7x 10-36 5,96 7x 10-30 3,34 8x 1010 5,55 8x 10-17 1,60 2x 10-19 1,60 2x 10-13 8,98 7x 1016 1,49 2x 10-10 3,827 x 10-20 4,450 x 10-36 3,827 x 10-14 2,61 3x 1019 2,24 7x 1025 1 4,450 x 10-30 2,147 x 1016 2,497 x 1010 1,492 x 10-10 4,145 x 10-17 10 6 2,61 3x 1013 2,24 7x 1019 10-6 4,65 9x 10-17 4,00 7x 10-11 1,78 3x 10-36 1,78 3x 10-30 1 1 5,61 0x 1035 9,31 x 108 5,61 0x 1029 931, 0 1,66 0x 10-27 2,80 7x 1030 2,41 4x 1036 1,07 4x 10-9 1,07 4x 10-3 6,02 5x 1026 1 Potensial, Tegangan gerak listrik abvolt 1 abvolt 1 10 3,336 x 10-11 1V 108 1 3,336 x 10-3 1 stat V 2,998 x 1010 299,8 1 Resistans abohm 1 BTU/h 1 hp Cal/s -4 0,2161 3,929 x 10 -3 kW 1 10 1,113 x 10-21 1 ohm 109 1 1,113 x 10-12 1 statohm 8,987 x 1020 8,987 x 1011 1 Kapasitans -2 1 abF W -4 7,000 x 10 2,930 x 10 0,2930 -3 1 ft.lb/s 4,628 1 1,818 x 10 0,3239 1,356 x 10 1,356 1 hp 2545 550 1 178,2 0,7457 1 cal/s 14,29 3,087 5,613 x 10-2 1 4,186 x 10-3 4,186 1 kW 3414 737,6 1,341 1 1000 1W 3,414 0,7376 1,341 x 10-3 0,2389 0,001 1 238,9 745,7 abcoul A.h C statC 2,778 x 10-3 10 2,998 x 1010 1 A.h 360 1 3600 1,079 x 1013 1 stat C 2,778 x10 -11 -14 3,336 x 10 9,266 x 10 1 3,336 x 10 1F 10 1 10 8,987 x 1011 1 µF 10-15 10-6 1 8,987 x 105 1 statF 1,113 x 10-21 1,113 x 10-12 1,113 x 10-6 1 H 1 10 statA A 1 abamp 1 10 2,998 x 1010 1A 0,1 1 2,998 x 109 1 statA 3,336 x 10-11 3,336 x 10-10 1 Fisika Plasma dan Aplikasinya 6 mH 10 statH 1,113 x 10-21 -6 1H 10 1 10 1000 1,113 x 10-12 1 µH 1000 10-6 1 0,001 1,113 x 10-18 1 mH 106 0,001 1000 1 1,113 x 10-15 1 stat H 9 8,987 x 1020 8,987 x 1011 8,987 x 1017 8,987 x 1014 1 Fluks Magnetik Wb 10-8 1 Maxwell 1 108 1 maxwell 1 µH 0,001 -9 1 Wb abamp 8,987 x 1020 6 2,998 x 10 -10 statF 1015 9 Arus 110 -9 1 abH 1 0,1 µF 109 1 abH 1 ab C -4 F Induktans Muatan 1C -9 abF Ft.lb/s statohm ohm 1 abhom Daya BTU/h statV V -8 Medan Magnet 1 Gauss 1T 1 Milli Gauss Gauss 1 104 0,001 Fisika Plasma dan Aplikasinya T 10-4 1 10-7 Milli Gauss 103 107 1 111 Indeks Indeks Indeks awan plasma 23 jarak jalan bebas rata-rata 37,38,68 bola debye 24,49,54 jari-jari debye 24 distribusi max wellian 57,63,66,69 kesetimbangan termodinamika 70,86 dualisme gelombang dan partikel 68 efek foto listrik 3 elektroda titik-bidang 5,7 kesetimbangan termodinamika lokal 72 lucutan Townsend 3,4 tampang lintang ionisasi 69 maxwellian 57,58,59,64 tampang lintang momentum 57 medan dalam plasma 67 tampang lintang partikel tunggal 67 medan Dreicer 67 tampang lintang rekombinasi 43 medan radiasi non isotropik 74 tampang lintang terkait energi 57 normal Glow Discharge 11 tampang lintang tumbukan 42 panjang debye 24,25 temperatur elektronik 21,75 panjang gelombang de Broglie 89 temperatur keseimbangan 21 panjang gelombang Debye 82,83 tiga perkalian fusi 90 panjang karakteistik 26 tokamak koil superkonduktor 86 kesetimbangan termodinamika total 72,75 parameter tumbukan 54 tumbukan banyak 50 plasma terionisasi kuat 46 tumbukan berbasis elektron 62 koefisien recycle 92 plasma terionisasi lemah 46 tumbukan berbasis ion 62 kriteria Lawson 63,90,96 plasma tokamak 15, 85 tumbukan coulomb range jauh 50 kriteria pembakaran 93 probabilitas tuneling 89 tumbukan elastis 49 kriterira pengeluaran 94 reaksifusi 84,92 tumbukan elastis sempurna 33 laju ionisasi 69 reaksi termonuklir 15 tumbukan menyeret 66 lucutan 1 reaktorfusiter monuklir 90,95 tumbukan orde kedua 36 lucutan arc 4,5 rekombinasi dissosiatif 31 tumbukan orde pertama 36 frekuensi karakteristik 26 lucutan berpenghalang dielektrik 5,8,9,10 rekombinasi pertukaran muatan 31 tumbukan tak elastis 31,33 frekuensi tumbukan 58 rekombinasi tiga tubuh 31 waktu karakteristik 26 lucutan elektrik 2 frekuensi tumbukan efektif 55,56 resonance radiation 30 waktu karakteristik 26,61,63 lucutan korona 5 fungsi Helmholtz 77 sudut difleksi 52,53 waktu pengungkungan 89 lucutan korona negatif 5 fusi plasma DT 90 lucutan korona positif 5 fusitermonuklir 85 lucutan listrik 2,21 gaya coulomb range jauh 49 lucutan mandiri 4 guguran elektronik 2 lucutan mikro 9,10,11,12,13 hukum distribusisaha 44 lucutan normal 3 interaksibinaire 21 lucutan pijar korona 5,6 ionisasi akibat tumbukan 35,37 lucutan plasma 8 ionisasi berantai 2 lucutan plasma senyap 11 ionisasi gas 2 lucutan tak mandiri 4 elektro statik jarakjauh 23 energi ionisasi 20,28,35 energi rotasional molekular 37 energi spin molekular 37 energi vibrasional molekular 37 faktor Gaunt 93 foto absorbsi 28 foto elektron 28 foto ionisasi 28 waktu rata-rata tumbukan 41 jarak jalan bebas 37 112 Fisika Plasma dan Aplikasinya Fisika Plasma dan Aplikasinya 113