MODUL PEMBELAJARAN KODE : KH.KE. (1) 12 PEMELIHARAAN RANGKAIAN ELEKTRONIK BIDANG KEAHLIAN : KETENAGALISTRIKAN PROGRAM KEAHLIAN : TEKNIK PEMBANGKITAN PROYEK PENGEMBANGAN PENDIDIKAN BERORIENTASI KETERAMPILAN HIDUP DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2003 KATA PENGANTAR Bahan ajar ini disusun dalam bentuk modul/paket pembelajaran yang berisi uraian materi untuk mendukung penguasaan kompetensi tertentu yang ditulis secara sequensial, sistematis dan sesuai dengan prinsip pembelajaran dengan pendekatan kompetensi (Competency Based Training). Untuk itu modul ini sangat sesuai dan mudah untuk dipelajari secara mandiri dan individual. Oleh karena itu kalaupun modul ini dipersiapkan untuk peserta diklat/siswa SMK dapat digunakan juga untuk diklat lain yang sejenis. Dalam penggunaannya, bahan ajar ini tetap mengharapkan asas keluwesan dan keterlaksanaannya, yang menyesuaikan dengan karakteristik peserta, kondisi fasilitas dan tujuan kurikulum/program diklat, guna merealisasikan penyelenggaraan pembelajaran di SMK. Penyusunan Bahan Ajar Modul bertujuan untuk menyediakan bahan ajar berupa modul produktif sesuai tuntutan penguasaan kompetensi tamatan SMK sesuai program keahlian dan tamatan SMK. Demikian, mudah-mudahan modul ini dapat bermanfaat dalam mendukung pengembangan pendidikan kejuruan, khususnya dalam pembekalan kompetensi kejuruan peserta diklat. Jakarta, 01 Desember 2003 Direktur Dikmenjur, Dr. Ir. Gator Priowirjanto NIP 130675814 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR …………………………………………………… Halaman i REKOMENDASI ………………………………………………………… ii DAFTAR ISI ……………………………………………………………... iv PETA KEDUDUKAN MODUL ………………………………………… v GLOSARRY/PERISTILAHAN I PENDAHULUAN 1 A. Deskripsi …………………………………………….………… 1 B. Prasyarat ………………………………………………………. 1 C. Petunjuk Penggunaan Modul ………………………….……… 2 D. Tujuan Akhir………………………………………………….. 3 E. STANDAR KOMPETENSI……………..………………… 4 F. II Cek Kemampuan …………………………………….……….. 6 PEMBELAJARAN 7 A. RENCANA BELAJAR PESERTA DIKLAT…………………. 7 B. KEGIATAN BELAJAR. ……………………………………… 8 Kegiatan Belajar 1 8 A. Tujuan Kegiatan ……………………………….……… 8 B. Uraian Materi ………………………………….……… 8 C. Rangkuman 1 …………………………………………. 18 D. Tugas 1 ……………………………………………….. Test 20 E. Formatif 1 ……………………………………….. 21 F. Jawaban Test Formatif 1 …………………………….. 25 Kegiatan Belajar 2 26 A. Tujuan Kegiatan ……………………………….…. 26 B. Uraian Materi ………………………………….……… 26 C. Rangkuman 2 ………………………………….……… 48 D. Tugas 2 ……………………………………………….. 50 Elektronika Daya C. Tes Formatif …………………………………………. 89 D. Kunci Jawaban ……………………………………….. 90 KEGIATAN BELAJAR 5 94 A. Tujuan Kegiatan ……………………………….……… 94 B. Uraian Materi ………………………………….……… 94 C. Tes Formatif …………………………………………. 98 D. Kunci Jawaban ……………………………………….. 98 KEGIATAN BELAJAR 6 99 A. Tujuan Kegiatan ……………………………….……… 99 B. Uraian Materi ………………………………….……… 99 C. Tes Formatif …………………………………………. 102 D. Kunci Jawaban ……………………………………….. 102 EVALUASI ………………………………………………………. 103 KUNCI JAWABAN ……………………………………………… 115 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 117 III LAMPIRAN iii PETA POSISI MODUL KOMPETENSI SMK PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK 01 MKH. LI (1) 80 02 MKH. LI (1) 80 03 MKH. LI (1) 40 PEMELIHARAAN INSTALASI 04 MKH. LI (1) 100 05 MKH. LI (1) 120 06 07 MKH. LI (1) 100 09 MKH. KE (1) 10 80 MKH. KE (1) 12 80 MKH. KE (1) 13 80 14 40 MKH. LD (1) 40 16 MKH. LD (1) 17 80 11 MKH. KE (1) 15 80 MKH. LD (1) 80 MKH. LI (1) 40 01 MKH. LI (1) 80 01 MKH. LI (1) 80 MKH. LD (1) 80 MKH. LI (1) 80 08 MKH. LD (1) B A PEMELIHARAAN SARANA PENUNJANG 23 MKH .PC(1) 40 A 39 MKH. 24 PC(1) 40 25 MKH. PC(1) 26 80 MKH. PC(1) PEMELIHARAAN INSTRUMEN KONTROL PEMELIHARAAN KELISTRIKAN MKH. PC(1) 27 80 80 MKH. KC(1) 80 40 MKH. KC(1) 80 41 42 MKH. KC(1) 18 120 MKH. KT(1) 19 MKH. KT(1) MKH. 37 KP(1) 120 80 80 MKH. KC(1) 100 28 MKH. LG(1) 40 20 MKH. LE(1) 80 21 MKH. LE(1) 80 22 MKH. LE(1) 80 29 MKH. LG(1) 40 30 MKH. LG(1) 40 31 MKH. LG(1) 32 MKH. LG(1) 80 33 MKH. LG(1) 120 34 MKH. LT(1) 80 35 MKH. LT(1) 80 36 MKH. LT(1) 80 38 MKH. KP(1) 120 Teknisi Pemeliharaan Kelistrikan Pembangkit Level 1 Elektronika Daya PERISTILAHAN / GLOSSARY Thyristor : Komponen aktif semikonduktor untuk control daya UJT : Uni Junction Transistor FET : Field Effect Transistor Mosfet : Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor Converter : Pengubah AC ke DC dan atau DC ke AC Inverter : Pengubah DC ke DC dengan taraf yang berbeda Timer : Pewaktu AMV : Astable Multivibrator MMV : Monostable Multivibrator VCO : Voltage Controlled Oscillator SCR : Silicon Controlled Rectifier NPN : Transistor dengan lapisan Negatif – Positif - Negatif PNP : Transistor dengan lapisan Positif – Negatif - Positif Junction : Lapisan pertemuan antara lapisan positif dan negatif transistor Dioda : Dua elektroda Transistor : Transconductance resistor Germanium : Bahan semikonduktor dengan valensi terluar 4 elektron ( jumlah elektron = 32 ) Silicon : Bahan semikonduktor dengan valensi terluar 4 elektron ( jumlah elektron = 14 ) Arsenic : Bahan impuritas untuk dopping semikonduktor dengan lapisan terluar 5 elektron Indium : Bahan impuritas untuk dopping semikonduktor dengan lapisan terluar 3 elektron Hole : Lubang sebagai tanda kekurangan elektron pada struktur atom Elektron : Bagian unsur atom yang bermuatan negatif Proton : Bagian unsur atom yang bermuatan positif Neutron : Bagian unsur atom yang tidak bermuatan ( netral ) Elektronika Daya Dopping : Upaya pencemaran / impuritas terhadap bahan semikonduktor murni agar menjadi semikonduktor elektronik Motor : Mesin listrik yang memerlukan tenaga elektrik, menghasilkan tenaga mekanik Generator : Mesin listrik yang memerlukan tenaga mekanik, menghasilkan tenaga listrik Filter : Rangkaian listrik/elektronik yang berfungsi membatasi frekwensi listrik tertentu Clipper : Pemotong pulsa sinyal listrik Varactor : Dioda yang dipengaruhi oleh sifat kapasitornya Diac : Komponen elektronik semikonduktor yang dapat melangsungkan arus listrik secara dua arah dengan pengaturan keadaan polaritas Triac : Komponen elektronik semikonduktor yang dapat melangsungkan arus listrik secara dua arah dengan pengaturan gate PUT : Programmable Unijunction Transistor Multiplier : Sirkit pelipat frekwensi Trimer : Resistor variable yang dapat diatur Elektronika Daya I. PENDAHULUAN A. DESKRIPSI MODUL Terdapat tiga tantangan cukup berat yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini yaitu (1) adanya kebijaksanaan otonomi daerah ( desentralisasi ) yang sudah mulai digulirkan ; (2) adanya AFTA dan AFLA mulai berlaku tahun 2003 ; dan (3) tantangan globalisasi yang akan terjadi 2020. Ketiga tantangan tersebut merupakan ujian yang harus dihadapi, maka perlu peningkatan kualitas sumber daya manusia ( SDM ) sebagai langkah yang harus direncanakan secara strategis. Strategi peningkatan kualitas SDM dilakukan dengan berbagai strategi antara lain melalui pembelajaran berbasis kompetensi ( competency based training ). Pelaksanaan strategi tersebut dilakukan melalui (1) penataan kurikulum; (2) penyusunan bahan ajar/modul; (3) penyusunan standar pelayanan minimal; dan (4) penyelenggaraan diklat berbasis produksi ( production based training ).Kegiatan pembelajaran dengan berbasis produksi pada hakekatnya merupakan perpaduan antara penguasaan konsep dan prinsip terhadap suatu obyek serta penerapannya dalam kegiatan produksi, dengan memperhatikan fakta lapangan dan menggunakan prosedur tetap untuk menghasilkan produk barang dan jasa yang standar. Pendekatan pembelajaran dengan sistem modul memberikan kesempatan kepada peserta diklat untuk belajar secara mandiri sesuai dengan percepatan pembelajaran masing-masing. Modul sebagai alat atau sarana pembelajaran yang berisi materi, metode, batasan-batasan dan cara mengevaluasi yang dirancang secara sistematis dan menarik untuk mencapai kompetensi yang diharapkan. Untuk itu perlu adanya penyusunan bahan ajar atau modul sesuai dengan analisis kompetensi, agar peserta diklat dapat belajar efektif dan efisien. Isi modul ini diarahkan untuk dapat memahami dan menggunakan peralatan mesin listrik di industri dengan kontrol elektronik meliputi 1 Elektronika Daya B. PRASYARAT Untuk dapat mengikuti modul ini peserta harus sudah lulus dan kompeten pada pendidikan dan pelatihan berbasis pada modul-modul : 1. Dasar Elektronika 2. Komponen-komponen elektronika daya 3. Dasar-dasar mesin listrik AC dan DC C. PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL Isi dan urutan dari modul ini disiapkan untuk materi diklat pada program peningkatan kompetensi yang mengacu kepada kebutuhan kompetensi industri dibidang keakhlian rangkaian kontrol motor. Modul ini berisi 6 kegiatan belajar, yang dapat dikembangkan kearah aplikasi rangkaian kontrol motor. Laporkan setiap hasil percobaan sirkit praktek kepada pembimbing bila operasi rangkaian praktek telah sesuai dengan instruksi/kesimpulan sesuai dengan modul. Agar supaya diperoleh hasil yang diinginkan pada peningkatan kompetensi, maka tata cara belajar bagi siswa memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1. Ikutilah langkah-langkah belajar seperti yang diinstruksikan 2. Persiapkanlah perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan sesuai dengan petunjuk modul ini Peran guru assesor antara lain : 1. Membantu siswa dalam merencanakan proses belajar, memahami konsep dan praktik baru serta membantu siswa dalam mengakses sumber belajar 2. Menjawab pertanyaan siswa 3. Merencanakan proses penilaian dan melaksanakan penilaian 4. Menjelaskan kepada siswa tentang sikap pengetahuan dan keterampilan dari suatu kompetensi yang perlu untuk dibenahi dan merundingkan rencana pembelajaran serta mencatat pencapaian kemajuan siswa 2 Elektronika Daya Setiap percobaan berisi lembar informasi sebagai dasar teori penunjang praktek dan lembar kerja serta langkah kerja dan diahiri dengan lembar evaluasi dan referensi yang digunakan/disarankan. Dalam pelaksanaannya , semua urutan langkah kerja pada setiap topik kegiatan pembelajaran adalah individual learning yang praktikan/peserta diklat, pembimbing memeriksa harus dilakukan oleh setiap langkah kerja yang dilakukan oleh praktikan dengan cara membubuhkan paraf pembimbing untuk setiap langkah kerja yang sudah dilakukan oleh praktikan. Laporkan setiap hasil percobaan sirkit praktek kepada pembimbing bila operasi rangkaian praktek telah sesuai dengan instruksi/kesimpulan sesuai dengan modul. D. TUJUAN AKHIR Modul ini bertujuan memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan kepada peserta untuk mengarah kepada standar kompetensi tentang prinsip dasar dan aplikasi rangkaian digital. Anda dapat dinyatakan telah berhasil menyelesaikan modul ini jika anda telah mengejakan seluruh isi dari modul ini termasuk latihan teori dan praktek dengan benar juga telah mengikuti evaluasi berupa test dengan skor minimum adalah 70. Setelah selesai mempelajari materi ini peserta diklat diharapkan dapat : 1. Mempraktekan Rangkaian Dioda Penyearah 2. Mempraktekan Rangkaian Transistor dan FET 3. Mempraktekan Rangkaian Timer 4. Mempraktekan Rangkaian Thyristor dan UJT 5. Mempraktekan Pengaturan Motor D C dan AC 6. Mempraktekan Converter dan Inverter E. STANDAR KOMPETENSI Kode Kompetensi : KH.KE (1) Kompetensi : Mengoperasikan mesin listrik produksi dengan kendali elektronik 3 Elektronika Daya Sub Kompetensi : 1. Mempraktekan Rangkaian Dioda Penyearah 2. Mempraktekan Rangkaian Transistor dan FET 3. Mempraktekan Rangkaian Timer 4. Mempraktekan Rangkaian Thyristor dan UJT 5. Mempraktekan Pengaturan Motor D C dan AC 6. Mempraktekan Converter dan Inverter Tujuan Umum : 1. Mengoperasikan sirkit pengontrol mesin listrik 2. Menggunakan rangkaian elektronika dalam sirkit kontrol motor otomatis Ruang Lingkup : 1. Dioda, penyearah setengah gelombang, gelombang penuh, sistem jembatan, zener , clamper 2. NPN, PNP, emitor, basis, kolektor, silicon, germanium, tegangan panjar, FET, JFET, MOSFET 3. AMV,MMV,VCO, sequence timer, 4. Motor DC, Motor AC, kopel, chopper, model motor dc 5. Converter AC ke DC, converter DC ke AC, inverter DC ke DC Standar kompetensi 1. Judul Unit a. Mempraktekan rangkaian dioda penyearah b. Mempraktekan rangkaian transistor dan FET c. Mengaplikasikan rangkaian timer pada pemberian pulsa kontrol motor dengan SCR d. Mengaplikasikan rangkaian thyristor dan UJT e. Mengaplikasikan kontrol pengaturan kecepatan motor DC dan AC f. Mengaplikasikan rangkaian converter dan inverter 2. Uraian Unit 4 Elektronika Daya Unit-unit ini mengidentifikasikan kompetensi yang dibutuhkan untuk mengoperasikan mesin kontrol di industri 3. Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja a. Mempraktekan rangkaian dioda penyearah KUK : 1. Rangkaian dioda penyearah diidentifikasi dengan benar 2. Cara kerja dioda dijelaskan sesuai dengan spesifikasi dan operasinya 3. Rangkaian dioda diidentifikasi sesuai dengan jenisnya diodanya 4. Fungsi-fungsi Anoda dan Katoda diidentifikasi dengan benar sesuai karakteristiknya b. Mempraktekan rangkaian transistor dan FET KUK : 1. Jenis dan cara kerja transistor dan FET digambarkan dan diidentifikasi dengan benar sesuai ketentuan 2. Polaritas transistor dan FET digunakan dengan benar sesuai fungsinya 3. Operasi trnasistor serta FET dalam sirkit dijelaskan sesuai karakteristik dan fungsinya c. Mengaplikasikan rangkaian timer pada pemberian pulsa kontrol motor dengan SCR KUK : 1. Sirkit timer diidentifikasi sesuai fungsinya 2. Sistem AMV dan MMV serta klok diidentifikasi sesuai dengan fungsi dan karakteristiknya 3. Bagian-bagian sirkit dianalisa sesuai dengan urutan kerja dan fungsinya 4. Sirkit timer untuk kontrol motor dengan SCR diimplementasikan secara benar d. Mengaplikasikan kontrol pengaturan kecepatan motorDC dan AC KUK : 1. Sirkit pengontrol motor DC diidentifikasi sesuai fungsinya secara benar 2. Sistem pengontrolan motor AC dianalisa sesuai dengan karakteristiknya 5 Elektronika Daya 3. Sirkit pengaturan kecepatan motor DC dan atau AC diimplementasikan sesuai dengan cara kerja dan operasi yang benar sesuai aturan e. Mengaplikasikan rangkaian converter dan inverter KUK : 1. Sirkit converter AC ke DC diidentifikasi sesuai karakteristiknya secara tepat dan aman 2. Sirkit converter DC ke AC diidentifikasi sesuai dengan karakteristiknya 3. Sirkit inverter DC ke DC digunakan sesuai dengan karakteristik offhook 4. Sirkit UPS diimplementasikan sesuai fungsinya dengan baik dan benar sesuai aturan Kode Modul : MKH.KE (1) 12 F. Cek kemampuan Untuk mengukur penguasaan kompetensi-kompetensi yang akan dipelajari pada modul ini, jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini. 1. Jelaskan secara teoritis dan praktis perbedaan dioda, transistor, FET, UJT, SCR, Motor, Generator 2. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Converter, Inverter 3. Sebutkan perbedaan motor DC dan motor AC 6 Elektronika Daya II. PEMBELAJARAN A. RENCANA BELAJAR SISWA Jenis kegiatan Tanggal Waktu Tempat belajar Alasan perubahan Tanda tangan guru Pedoman penilaian Penilaian pada modul rangkaian digital ini berpedoman pada kompetensi industri yang telah disyahkan oleh asosiasi industri 7 Elektronika Daya B. KEGIATAN PEMBELAJARAN KEGIATAN BELAJAR 1 DIODA PENYEARAH 1. DIODA a. Tujuan Kegiatan Belajar Setelah mempelajari materi ini, siswa dapat : 1. Menggambarkan struktur atom germanium dan atom silikon 2. Menjelaskan hubungan (junction) p-n semikonduktor 3. Menjelaskan cara pemberian tegangan panjar dioda 4. Menggambarkan kurva karakteristik dioda 5. Menentukan kaki anoda dan katoda pada dioda b. Uraian Materi Semikonduktor adalah bahan dasar untuk komponen aktif pada pesawat/peralatan elektronika, yang mempunyai dua buah sifat yang menjadi satu yaitu menghantar dan menahan arus listrik. Bahan semikonduktor yang paling banyak dipakai adalah germanium dan silikon. Atom-atom Germanium dan Silikon Atom adalah bagian terkecil dari suatu unsur, sedangkan unsur adalah suatu zat kimia yang tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat baru, yang berbeda dengan zat semula. Atom terdiri dari inti (nucleus) dan dikelilingi oleh elektron-elektron yang bergerak pada orbitnya. Elektron adalah identik untuk semua partikel/atom. Elektron dari suatu atom dapat diganti dengan elektron dari atom yang lain. Bahan yang berbeda dapat dibuat dari atom-atom yang berbeda-beda atau kombinasi dari beberapa atom. Jumlah proton atau elektron di dalam suatu atom merupakan nomor atom. Banyak elektron pada kulit atom adalah : X = 2. n 2 8 Elektronika Daya dimana : X = banyak elektron n = nomor kulit Untuk kulit-kulit : 1 (kulit L) ------------- X = 2 . 12 = 2 2 (kulit M) ------------- X = 2 . 22 = 8 3 (kulit N) ------------- X = 2 . 32 = 18 dan seterusnya Susunan atom germanuim dapat dilihat pada gambar 1. Atom germanium (Ge) terdiri dari sebuah inti dan dikelilingi oleh sejumlah elektron. Elektron yang mengelilingi inti atom terletak pada kulit atom. Inti Atom L M N O Gambar 1.1 Susunan atom germanium Atom Ge mempunyai empat kulit atom yang mengelilingi inti atom. Kulit pertama disebut kulit L, elektron yang mengelilinginya sebanyak 2 buah, kulit kedua disebut kulit M dengan muatan elektron sebanyak 8 buah, kulit ketiga disebut kulit N dengan muatan elektron sebanyak 18 buah, dan kulit yang terluar disebut kulit O dengan muatan elektron sebanyak 4 buah. Kulit terluar inilah yang menentukan sifat semikonduktor Germanium. Atom silikon terisolir Gb 2 (a) mempunyai 14 proton dalam intinya. Pada orbit pertama bergerak 2 elektron, 8 elektron bergerak pada orbit kedua dan 4 elektron pada orbit terluar atau orbit valensi. 14 elektron yang berputar menetralkan muatan dari inti atom sehingga dari luar atom (secara urutan listrik) adalah netral. Gb 2 (b) menunjukkan atom germanium terisolir, perhatikan 32 proton dalam inti atom dan 32 elektron yang mengorbit. Dalam hal ini yang penting adalah orbit luar (orbit valensi) yang terdiri dari empat elektron, sama seperti silikon. Oleh sebab itu silikon dan germanium disebut elemen tetra valent (tetra valent berarti mempunyai empat valensi) 9 Elektronika Daya 32P 14P 2 8 4 2 8 18 4 (a) (b) Gambar 1.2. Susunan atom silikon dan germaium (a) Atom silikon (b) Atom Germanium Kristal Dewasa ini bahan semikonduktor yang paling banyak digunakan adalah kristal silikon. Namun dahulu juga digunakan unsur germanium. Kristal kalium arsenida yang terbentuk dari unsur galium dan arsen mempunyai sifat seperti unsur diatas, sehingga dapat pula digunakan untuk membentuk bahan semikonduktor. Kristal ini banyak digunakan untuk membuat lampu LED yang dipakai untuk lampu penunjuk dan laser dioda. Kristal gas As juga digunakan untuk membuat transistor yang dapat bekerja pada daerah frekwensi tinggi dalam daerah gelombang mikro. Pada suhu ruang (sekitar 25oC) kristal silikon mempunyai arus terlalu kecil untuk digunakan pada aplikasi umumnya. Pada suhu ini sepotong silikon tidak merupakan isolator maupun konduktor yang baik. Dengan alasan inilah bahan tersebut disebut bahan semikonduktor. Kristal germanium juga merupakan semikonduktor pada suhu ruang. Tetapi ada perbedaan yang penting sekali antara silikon dan germanium. Pada suhu ruang, kristal silikon mempunyai elektron bebas yang lebih sedkit daripada kristal germanium. Ini salah satu alasan mengapa silikon telah menjadi bahan semikonduktor utama dalam pemakaian masa kini. Konduksi Dalam Silikon Murni Pada sepotong kawat tembaga elektron-elektron bebas berada di dalam satu jalur energi yang disebut jalur konduksi, dimana elektron-elektron bebas ini dapat menghasilkan arus yang besar. Gambar 3(a) memperlihatkan sebatang silikon dengan lapisan logam pada ujungujungnya. Suatu sumber tegangan luar membangkitkan medan listrik di antara ujung- 10 Elektronika Daya ujung dari kristal tersebut. Pada suhu mutlak, elektron tidak dapat bergerak melalui kristal. Semua elektron valensi diikat dengan kuat oleh atom-atom silikon, sebab mereka adalah bagian dari ikatan-ikatan kovalen di antara atom-atom. Gambar 3(b) memperlihatkan diagram jalur energi. Bila tingkat jalur yang pertama berisi penuh, elektron di jalur-jalur ini tidak dapat bergerak dengan mudah karena disitu tidak ada lintasan yang kosong.Tetapi di luar jalur valensi terdapat jalur konduksi. Jika sebuah elektron valensi dapat dinaikkan ke dalam jalur konduksi, maka elektron tersebut bebas bergerak dari satu atom ke atom di sekitarnya. Namun pada suhu nol mutlak, jalur konduksi adalah kosong, ini berarti bahwa arus tidak dapat mengalir di dalam kristal silikon. Logam Logam Silikon murni (a) Jalur konduksi Jalur valensi Jalur ke-2 Jalur ke-1 (b) Gambar.1.3 (a) Rangkaian Jalur konduksi (b) Jalur-jalur energi pada suhu ruang Lubang-Lobang (Hole-hole) 11 Elektronika Daya Apabila pada ikatan atom Ge tersebut terjadi perubahan suhu kamar yang cukup untuk melepaskan ikatan kovalen akan terjadi elektron bebas yang keluar dari ikatannya. Tempat yang ditinggalkan oleh elektron tersebut dinamakan lobang (hole), yang bermuatan positif. Hole maupun elektron kedua-duanya menghantarkan muatan listrik. Hantaran disebabkan oleh aliran hole yang bermuatan positif dan aliran elektron bermuatan negatif. Ikatan kovalen yang pecah menyebabkan terjadinya hole karena adanya elektron bebas yang keluar dari ikatan kovalennya. Semikonduktor Ekstrinsik Semikonduktor Ekstrinsik adalah semikonduktor hasil dari penggabungan intrinsik semikonduktor dan impuriti semikonduktor. Semikonduktor yang digunakan untuk membuat dioda dan transistor adalah semikonduktor ekstrinsik, yang dibuat dari campuran bahan semikonduktor intrinsik dengan atom lain. Semikonduktor Intrinsik yaitu semikonduktor netral (murni) dengan jumlah muatan positif +4 sama terhadap muatan negatif. Contoh : Germanium, Silikon. Semikonduktor Impuriti ada dua macam : a. Semikonduktor yang mempunyai muatan positif tiga dan muatan negatif tiga. b. Semikonduktor yang mempunyai muatan positif lima dan muatan negatif lima Contoh : Arsenik. Semikonduktor Ekstrinsik ada dua tipe, yaitu tipe P semikonduktor akan terjadi apabila semikonduktor intrinsik dicampur dengan impuriti semikonduktor bermuatan +3. Contoh : Ge + Indium Tipe P Tipe N akan terjadi apabila intrinsik semikonduktor di campur dengan impuriti semikonduktor bermuatan +5. Contoh : Ge + Arsenik Tipe N Sehingga bila sejumlah atom Ge didekatkan satu dengan lainnya maka akan terjadi ikatan kovalen antara elektron atom satu dengan yang lainnya. 12 Elektronika Daya Junction P - N Pada teknik elektronika banyak dipakai semikonduktor dari germanium (Ge) dan silikon (Si). Dalam keadaan aslinya germanium dan silikon itu adalah bahan-bahan pelikan dan merupakan isolator. Tetapi kemudian di dalam pabrik, germanium dan silikon itu masing-masing diberi kotoran (dopping), misalnya dengan aluminium. Dari hasil pengotoran (dopping) itu diperoleh bahan semikonduktor yang disebut semikonduktor tipe-P. Disebut semikonduktor tipe-P, sebab germanium dan silikon itu sekarang menjadi kekurangan elektron, sehingga bersifat positif. Jika germanium dan silikon tersebut diberi kotoran fosfor, maka yang diperoleh adalah semikonduktor tipe-N. Dinamai semikonduktor tipe N sebab bahan ini berlebihan elektron, sehingga bersifat negatif. Pertemuan (junction) adalah daerah di mana semikonduktor tipe-P dan semikonduktor tipe-N bertemu yang nantinya dinamakan dioda junction. Karakter Keping P-N Gambar 4(a) menunjukkan dioda junction. Sisi P mempunyai banyak hole dan sisi N banyak elektron. Agar tidak membingungkan, pembawa minorotas tidak ditunjukkan tetapi perlu diketahui bahwa ada beberapa (sindikat) elektron pada sisi P dan sedikit hole pada sisi N. Elektron pada sisi N cenderung untuk berdifusi (tersebar) ke segala arah. Beberapa berdifusi melewati junction. Jika tidak masuk daerah P, ia akan merupakan pembawa minoritas. Dengan banyak hole disekitarnya, pembawa minoritas ini mempunyai umur hidup yang singkat, segera setelah memasuki daerah P, elektron akan jatuh kedalam hole. Jika ini terjadi, hole lenyap dan elektron menjadi elektron valensi. Setiap kali elektron berdifusi melalui junction, ia menciptakan sepasang ion. Gambar 4(b) menunjukkan ion-ion ini pada masing-masing sisi junction. Tanda positif berlingkaran menandakan ion positif dan tanda negatif berlingkaran menandakan ion negatif. Ion tetap dalam struktur kristal karena ikatan kovalen dan tidak dapat berkeliling seperti elektron ataupun hole. 13 Elektronika Daya Tiap pasangan ion positif dan negatif pada gambar 4(b) disebut dipole. Penciptaan dipole berarti satu elektron dan satu hole telah dikeluarkan dari sirkulasi. Jika terbentuk sejumlah dipole, daerah dekat junction dikosongkan dari muatan-muatan yang bergerak. Kita sebut daerah yang kosong muatan ini dengan lapisan pengosongan (depletion layer). P + + + + + + + + + + + + - - - - - + N P + + + + + + + + + + + (a) - + + - + - + - - - - - N (b) Gambar 1.4 (a). Sebelum difusi (b). Sesudah difusi Tegangan Panjar Dioda Supaya dioda dapat bekerja, maka perlu adanya tegangan yang diberikan pada dioda tersebut. Tegangan itu disebut tegangan muka. Tegangan yang diberikan pada dioda ada dua cara, bila sisi P dihubungkan dengan kutub positif baterai dan sisi N dihubungkan dengan kutub negatif baterai, maka tegangan muka seperti ini disebut tegangan muka maju. Pada tegangan muka maju arus listrik dapat mengalir melalui dioda. Sedangkan apabila sisi P dihubungkan dengan kutub negatif baterai dan sisi N dihubungkan dengan kutub positif baterai, maka tegangan muka seperti ini disebut tegangan muka terbalik. Pada tegangan muka ini arus listrik tidak dapat mengalir melalui dioda. 14 Elektronika Daya Daerah Transisi Gambar 1.5 Tegangan muka maju dioda - + - + Gambar 1.6 Tegangan muka balik dioda Kurva Karakteristik Dioda Karakteristik dioda terdiri atas dua macam, yaitu karakteristik dioda maju pada saat diberi tegangan muka maju (forward bias) dan karakteristik dioda terbalik pada saat di beri tegangan muka balik (reverse bias). Pada karakteristik dioda ini yang akan dibicarakan adalah karakteristik tegangan dan arus. Pada saat tegangan maju (forward) Vf nol, maka arus maju If masih dalam posisi nol. Jika sedikit demi sedikit tegangan maju ditambah, maka arus maju If masih dalam posisi nol (sangat kecil) mengalirlah If secara besar-besaran, dalam grafik digambarkan merupakan garis lurus (grafik linear). Sebaliknya apabila diberi tegangan balik, dioda akan tetap tidak menghantar sampai mencapai tegangan breakdown dioda tersebut. Apabila telah mencapai tegangan breakdown dioda akan menghantar dan arus riverse Ir seperti diberi 15 Elektronika Daya tegangan maju. Besarnya tegangan maju untuk dioda jenis silikon adalah 0,7 Volt dan 0,3 untuk germanium. I (mA) Arus forward (If) Tegangan breakdown (Vb) V(Volt) Tegangan forward (Vf) Arus reverse (Ir) Gambar 1.7 Karakteristik tegangan muka maju dan terbalik Penentuan Kaki Dioda Apabila semikonduktor tipe P dan semikonduktor tipe N, keduanya saling digabungkan satu sama lain, maka terjadilah sebuah dioda. Disebut dioda karena mempunyai dua buah kaki, masing-masing pada sisi N dan pada sisi P. Kaki-kaki ini berfungsi sebagai terminal dioda. Sisi P disebut Anoda (A) dan sisi N disebut Katoda (K). Karena dioda dibuat dengan jalan menggabungkan kedua sisi konduktor tersebut, sehingga disebut dioda junction (lapisan) antara anoda dan katoda. A K Simbol A K Bentuk Gambar 1.8 Simbol dan Bentuk dioda 16 Elektronika Daya Bentuk dioda seperti pada gambar 8 dapat ditentukan kaki-kaki sebuah dioda yaitu kaki katoda ditandai dengan garis pada ujungnya. Cara lain adalah dengan menggunakan Ohmmeter. Dengan menghubungkan jumper Ohmmeter langsung pada kaki dioda dapat ditentukan Anoda dan Kotoda dari dioda tersebut, yaitu dengan cara menghubungkan jumper warna hitam (positif batterey Ohmmeter) ke salah satu kaki dioda dan jumper warna merah (negatif battrey Ohmmeter) ke kaki lainnya, a. Apabila jarum penunjuk Ohmmeter bergerak menuju 0 Ohm (dioda forward), kaki dioda yang terhubung dengan jumper warna hitam adalah anoda dan merah katoda. b. Jika jarum Ohmmeter tidak bergerak menuju 0 Ohm (dioda riverse), balikkan hubungan jumper ke kaki dioda sehingga didapatkan seperti hasil pada poin a. Latihan 1 Jawablah soal-soal berikut ini dengan tepat dan benar : 1. Mengapa atom germanium dan silikon disebut elemen tetravalen ? 2. Apa yang dimaksud dengan dioda junction ? 3. Jelaskan yang dimaksud dengan tegangan muka dioda. 4. Gambarlah bentuk karakteristik tagangan maju muka dioda. 5. Sebutkan dua cara penentuan kaki anoda dan katoda sebuah dioda. II. PENYEARAH A. Dioda sebagai Penyearah Setengah Gelombang A D1 220 Volt AC Out RL DC Out B Gambar 1.9 . Rangkaian penyearah setengah gelombang Prinsip kerja : 17 Elektronika Daya Jika A positif (+), B negatif (-), maka dioda konduksi (bekerja) sehingga arus akan mengalir menuju RL dan kembali ke trafo. Saat A negatif (-), B positf (+), maka dioda tidak konduksi/tidak bekerja sehingga arus tidak mengalir. Kejadian ini berulang/muncul terus-menerus sehingga bentuk gelombangnya dapat digambarkan sebagai berikut : Dioda Konduksi + - + t + D t Dioda Tidak konduksi Gambar 1.10 Penyearahan dioda b. Dioda Sebagai Penyearah Gelombang Penuh Dengan Dua Dioda D1 A B D2 C RL DC Out Gambar 1.11 . Rangkaian penyearah gelombang penuh dengan dua dioda Prinsif Kerja Perlu diketahui bahwa kutub rangkaian penyearah gelombang penuh dua dioda diperlukan transformator yang mempunyai CT ( Center Tap). Gelombang sinyal pada titik A selalu berbeda fasa 180? terhadap titik C, titik B sebagai nolnya. Jika titik A positif (+) titik C negatif (-), maka D1 akan konduksi kemudian arus mengalir menuju RL dan kembali ke trafo (titik B). 18 Elektronika Daya Jika titik C positif (+), titik A negatif (-) maka D2 akan konduksi , kemudian arus akan mengalir menuju RL dan kembali ke trafo (titik B). Kejadian ini akan berlangsung berulang dan gelombang/sinyalnya dapat digambarkan sebagai berikut : D1 Konduksi + + - t D1 + + t D2 Konduksi + - + t + D2 + t - D1 Sehingga V out keluar D1 dan D2 D2 D1 D2 t Gambar 1.12 Bentuk gelombang Rangkaian penyearah dengan dua dioda c. Dioda sebagai penyearah Gelombang penuh dengan sistem jembatan (bridge) A AC 220 V D4 D1 D3 D2 RL AC OUt DC Out B Gambar 1.13 . Rangkaian penyearah gelombang penuh sistem jembatan Prinsip Kerja : 19 Elektronika Daya Jika A positif (+), B negatif (-), maka D1 konduksi, arus akan mengalir menuju RL dan D3 menuju titik B. Saat B positif (+), A negatif (-), maka D2 konduksi, arus akan mengalir menuju RL dan D4 menuju titik B. Kejadian ini berulang secara terus-menerus sehingga gelombang/sinyalnya dapat digambarkan sebagai berikut : D1, D3 konduksi + + t + + t Titik A - D2, D4 konduksi + + Titik B - + t + t - Sehingga Tegangan Output gabungan D1,D2,D3, D4 D1 D2 D1 D2 + + + + t Gambar 1.14 Bentul gelombang penyearah sistem jembatan Dioda sebagai penyearah gelombang dengan filter kapasitor Penyearah gelombang dengan filter kapasitor adalah menambahkan kapasitor pada output penyearah yang dipasang paralel dengan beban resistor (RL). Pemasangan filter ini berlaku untuk penyearah setengah gelombang dan gelombang penuh. 20 Elektronika Daya D1 + C1 AC 220Volt RL (a) D4 D1 D3 D2 AC 220Volt C1 RL (b) Gambar 1.15 Penyearah dengan filter kapasitor a. Setengah gelombang b.Gelombang penuh Filter kapasitor bekerja berdasarkan waktu pengisian dan pembuangan (RC). Pada saat dioda konduksi, kapasitor mengisi muatan , dan selama dioda tidak konduksi kapasitor akan membuang muatan sehingga dihasilkan tegangan searah yang lebih merata. Kejadian ini berlangsung terus-menerus sehingga dihasilkan bentuk gelombang output sebagai berikut : 21 Elektronika Daya t (a) t (b) Gambar 1.16 Output penyearah dengan filter kapasitor a. Penyearah setengah gelombang b. Penyearah gelombang penuh. Dioda sebagai pelipat tegangan (Voltage Multiplier) Pelipat tegangan (voltage multiplier) adalah dua atau lebih penyearah gelombang yang menghasilkan tegangan dc sama dengan perkalian dari tegangan puncak input (2Vp), 3Vp, 4Vp, dan seterusnya). Voltage doubler Vp - + C1 D1 D2 C1 Vp D1 + C2 D2 C2 (b) (a) Vp - + + C1 C1 Vp D1 - D2 D2 D1 + C2 RL 2Vp - C2 -2Vp (c) (d) Gambar 1.17 Voltage Doubler 22 Elektronika Daya Gambar 1a adalah voltage doubler, hubungan dari dua penyearah puncak. Pada puncak dari setengah siklus negatif Di terbias forwad dab D2 terbias reverse. Siklus ini akan mengisi C1 sampai tegangan puncak Vp dengan polaritas seperti yang ditunjukkan pada gambar 1b. Pada setengah siklus berikutnya, D1 terbias reverse dan D2 terbias forward. Karena suber dan C1 terpasang seri, C2 akan mencoba diisi sampai 2Vp. Setelah beberapa siklus, tegangan pada C2 akan dengan 2Vp seperti ditunjukkan pada gambar 1c. Dengan menggambarkan rangkaian kembali dan menghubungkan resistansi beban, diperoleh gambar 1d. Selama RL besar tegangan outpur kira-kiran sama dengan 2Vp. Jika diberikan beban ringan (konstanta waktu panjang) tegangan output dua kali tegangan puncak input. Voltage tripler Vp - + C1 C3 D1 D2 - C1 D3 C2 Vp + C3 D1 D2 C2 -Vp + (a) (b) Gambar 1.18 Pelipat tegangan 3 kali (Voltage Tripler) Dengan menambahkan satu seksil lagi, dapat diperoleh voltage tripler. Dua penyearah puncak pertama berlaku sebagai doubler. Pada puncak setengan siklus negatif, D3 terbias forward dan mengisi C3 sampai 2Vp dengan polaritas seperti ditunjukkan pada gambar. Output triple terjadi pada C1 dan C3. Resistansi beban dihubungkan pada output tripler. Selama konstanta waktunya panjang, output kirakira sama dengan 3Vp. 23 Elektronika Daya Rangkaian clipper Rangkaian clipper digunakan untuk membuang tegangan sinyal di atas atau di bawah level tegangan tertentu. Salah satu cara adalah dengan clipper dioda (clipper = pemotong). 1. Clipper positif Clipper positif adalah rangkaian yang membuang bagian positif adri sinyal. R +Vp RL 0 0 -Vp -Vp Gambar 1.19 Clipper positif Carqa kerja rangkaiannya yaitu selama setengah siklus positif tegangan input, dioda konduksi. Dioda terhubung singkat dan tegangan pada beban RL saat siklus positif ini sama dengan nol. Selama setengah siklus negatif, dioda terbias reverse dan terbuka. Dengan harga RL yang jauh lebih besar dari R dihasilkan tegangan output dengan harga mendekati -Vp. Maka pada clipper positif ini sinyal di atas level 0 volt akan dipotong. 2. Clipper Negatif Clipper negatif adalah rangkaian yang membuang bagian negatif dari sinyal. R +Vp +Vp RL 0 0 -Vp -Vp Gambar 1.20 Clipper negatif 24 Elektronika Daya Cara kerjanya adalah kebalikab dari clipper positif yaitu dioda konduksi saat setengah siklus negatif , output pada beban RL nol. Dan dioda reverse saat setengah siklus positif, dengan harga RL jauh lebih besar dari R dihasilkan output mendekati harga Vp. 3. Clipper Di bias Cliper ini adalah untuk mendapatkan level pemotongan tidak 0 Volt. Dengan clipper di bias dapat digeser level pemotongan pada level positif atau negatif yang diinginkan. R +Vp +V 0 -Vp + - RL V 0 -Vp Gambar 1.21 Clipper di bias positif Pada clipper di bias positif ini, agar dioda dapat konduksi tegangan input harus lebih besar daripada +V. Ketika Vin lebih besar dari pada +V, dioda berlaku seperti saklar tertutup dan tegangan pada output sama dengan +V. Ketika tegangan input kurang dari +V, dioda terbuka dan karena harga RL jauh lebih besar dari R maka hampir seluruh tegangan input muncul pada output. Rangkaian clipper di bias positif ini bekerja akan membuang semua sinyal di atas level +V. Sebaliknya untuk rangkaian clipper di bias negatif akan membuang semua sinyal di bawah level -V. 4. Clipper Kombinasi Dengan penggabungan clipper di bias positif dan di bias negatif dapat dirancang clipper kombinasi. 25 Elektronika Daya R D1 +Vp D2 + V1 RL 0 -Vp + - - V1 + V2 0 - V2 Gambar 1.22 Clipper kombinasi Cara kerjanya adalah Dioda D1 konduksi ketika tegangan input lebih besar dari +V1. Oleh sebab itu tegangan output sama dengan +V1 ketika Vin lebih besar dari +V1. Sebaliknya ketika Vin lebih negatif daripada -V2, dioda D2 konduksi. Dengan D2 forward, tegangan output sama dengan -V2 selama tegangan input lebih negatif dari -V2. Ketika Vin terletak antara +V1 dan -V2, tidak ada dioda yang konduksi. Rangkaian Clamper Rangkaian clamper adalah rangkaian untuk mendorong sinyal ke atas atau ke bawah dengan tetap mempertahankan bentuk sinyal aslinya. Clamper yang mendorong sinyal ke atas yang mengakibatkan puncak negatif jatuh pada level 0 Volt disebut clamper positif. Sedangkan clamper yang mendorong sinyal ke bawah yang mengakibatkan puncak level positif jatuh pada level 0 Volt dinamakan clamper negatif. +2Vp +Vp +Vp RL 0 0 -Vp Gambar 1.23 Rangkaian Clamper positif 26 Elektronika Daya Cara kerjanya adalah: Pada setengah siklus negatif pertama dari tegangan input dioda konduksi dan kapasitor mengisi muatan sampai Vp. Sedikit di bawah puncak negatif, dioda akan off, konstanta waktu RLC sengaja dibuat lebih besar daripada perioda T sinyal input. Dengan demikian , kapasitor hampir tetap terisi penuh waktu dioda off. Setelah terisi kapasitor akan berlaku seperti baterei, dan selanjutnya output yang dihasilkan akan terangkat secara vertikal ke atas dengan puncak negatif jatuh pada level 0 Volt tampa merubah bentuk sinyal aslinya. Dioda Zener 1. Konfigurasi Dioda Tunnel Berbeda dengan dioda penyearah, dioda zener dirancang untuk beroperasi dengan tegnagan muka terbalik (reverse bias) pada tegangan tembusnya. Biasa disebut breakdown dioda. Jadi katoda selalu diberi tegangan yang lebih positif terhadap anoda. Simbol dan cara pemberian tegangan ditunjukkan pada gambar berikut ini: A A K K (a) + (b) Gambar 1.24 (a) Simbol Dida zener (b) Cara pemberian tegangan dioda zener Angka yang tertulis pada badan sebuah dioda zener menunjukkan tegangan tembusnya. Misalkan tertulis 6,3 V, artinya bila melebihi tegangan 6,3 V maka dioda tersebut akan menghantar. 2. Prinsip kerja Dioda zener akan menghantar , apabila diberikan tegangan sebesar tegangan tembusnya (tegangan zener) atau lebih. Tatapi akan tetap menyumbat (cut off) selama tegangan yang diberikan padanya lebih kecil dari tegangan zener. Hal ini dibuat demikian, sehingga sifat-sifat tersebut dapat dimanfaatkan dalam suatu 27 Elektronika Daya kebutuhan. Karena dioda ini dibuat khusus dengan doping yang tinggi, sehingga dapat mengalirkan arus pada keadaan reverse bias yang rendah. I forward(mA) titik tegangan tembus 200 100 Reverse (V) Forward(V) 0,5 1,0 20 40 60 daerah tegangan linear I reverse Gambar 1.25 Grafik karaktristik dioda zener 3. Dioda zener sebagai Stablisator Sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki, dioda zener dapat digunakan sebagai penstabil ataupun pembagi tegangan. Salah satu contoh seperti ditunjukkan pada gambar berikut ini : I forward(mA) I Rs 12V + Tegangan dari filter IRL Iz 10V RL 10V Output 10 V Stabil Gambar 1.26 Penyetabil teganga pada outpu penyearah Apabila tegangan input dari filter tetap melebihi tegangan kerja dioda zener (10V), maka tegangan output tidak akan melebihi dari 10 Volt. 28 Elektronika Daya Dioda Varaktor Dioda varaktor atau disebut juga dengan dioda varicap adalah dioda silikon yang diberi tegangan muka terbalik dan dapat dipakai sebagai kapasitas yang dapat diatur-atur. Simbol dan kaitan antara kapasitas dan tegangan terbalik dapat dilihat pada gambar berikut ini : pf 14 12 10 8 6 (a) BA 110 (Intermetal) 4 2 00 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 tegangan terbalik (V) (b) Gambar 1.27 a Simbol dioda varaktor b. Kaitan antara kapasitas dan tegangan terbalik pada BA 110 Makin tinggi tegangan terbalik yang diberikan kepada dioda kapasitasnya menjadi semakin kecil. Dioda varaktor dipakai terutama : a. Modulator reaktansi. b. Pengatur frekuensi otomatik (AFC) dalam pemancar FM dan penerima-penerima FM. Gambar berikut ini adalah contoh penerapan dioda varaktor pada modulator reaktansi : 29 Elektronika Daya -Vcc Audio C1 RFC C2 OSILATOR +Vcc Gambar 1.28 Dioda varaktor sebagai Modulator Reaktansi Pada gambar terlihat dioda diberi tegangan muka terbalik, dan tegangan muka tersebut dapat diubah-ubah oleh sinyal audio yang ada pada gulungan transformator. Oleh perubahan-perubahan-perubahan tegangan muka itu, maka kapasitas dioda berubah-ubah. Perubahan-perubahan kapasitas ini diinjeksikan kepada sirkit LC osilator. Dioda Tunnel Dioda tunnel adalah seperti dioda zener lainnya, bedanya adalah tegangan jatuh (tegangan breakdown) dioda tunnel dapat mencapai nol. Hal in didapatkan berdasarkan taraf doping tertentu. Makin berat doping yang diberikan , makin rendah tegangan breakdown. Simbol dioda tunnel adalah seperti gambar berikut ini: K A Gambar 1.29 Simbol Dioda Tunnel 30 Elektronika Daya Suatu sifat yang terdapat pada dioda tunnel adalah dapat menghantar dan menyumbat dalam waktu yang lebih singkat dibanding dioda biasa. Sifat inilah yang dimanfaatkan untuk keperluan-keperluan pada rangkaian yang membutuhkan kecepatan kerja tinggi, antara lain oscilator frekuensi tinggi, komputer, dan lainlain. a. Karakteristik Dioda Tunnel I arus forward Im Iv 0 Vm Vv V Gambar 1.30 Karakteristik dioda tunnel Dari gambar karakteristik ini dapat dijelaskan bahwa dalam keadaan forward bias dioda langsung bekerja. Dioda-dioda biasa baru akan bekerja setelah mendapatkan forward bias sebesar 0,3 untuk dioda germanium dan 0,7 untuk dioda silikon. Seperti tampak pada gambar arus forward ini akan terus naik hingga mencapai harga maksimum Im pada tegangan Vm. Setelah itu arus turun hingga mencapai nilai Iv, bla tegangan forward diperbesar arus akan naik lagi. Dari garis lengkung yang ada di sebelah kanan Vv ini sama besar dengan lengkung karakteristik sebuah dioda biasa. Bila diperhatikan karakteristik tersebut, tampak bahwa kenaikan tegangan di antara Vm dan Vv akan menyebabkan menurunnya arus. Oleh karena itu daerah ini disebut daerah yang mempunyai tahanan negatif terhadap sinyal ac. 31 Elektronika Daya KEGIATAN BELAJAR 2 TRANSISTOR DAN FET I. TRANSISTOR a. Tujuan Kegiatan Belajar Setelah mempelajari materi ini, siswa dapat : 1. Menggambarkan konstruksi dasar transistor 2. Menggambarkan simbol transistor PNP dan NPN 3. Menentukan kaki emitor, basis dan colektor pada transistor 4. Menjelaskan tentang tegangan panjar pada transistor PNP dan NPN 5. Menjelaskan titik kerja transistor b. Uraian Materi 1. Konstruksi Dasar Transistor Pada dasarnya transistor terdiri dari 2 tipe yaitu tipe PNP dan tipa NPN seperti yang diperlihatkan pada gambar 32 berikut ini: E P N P C C B B (a) E (b) Gambar 2.1 (a) Konstruksi dasar transistor PNP (b) Simbol 32 Elektronika Daya E N P N C C B B E (a) (b) Gambar 2.2 (a) Konnstruksi dasar transistor PNP (b) Simbol transistor Keterangan : B = Kaki Basis C = Kaki Colektor E = Kaki Emitor Dari konstruksi dasar transistor di atas dapat dilihat bahwa transistor ini terdiri dari gabungan dua buah dioda seperti yang diperlihatkan pada rangkaian ekivalen gambar 34 berikut ini: E N P N C E P B E N P C B C E C B B (a) (b) Gambar 2.3 Konstruksi dioda pembentuk transistor (a) Transistor NPN (b) Transistor PNP 33 Elektronika Daya 2. Parameter Transistor Parameter transistor yang biasa dipakai adalah parameter-parameter hybrid (h). Besarnya parameter ini, ditentukan apabila karakteristik dari transistor sudah diketahui dan titik kerjanya sudah ditentukan dan biasanya ditentukan oleh pabrik pembuatnya serta dapat dilihat pada buku data transistor. Berikut adalah contoh tabel data parameter-parameter transistor dimaksud. 3. Parameter CE CC CB Hi 1100 ? 1100 ? 21,6 ? Hr 2,4 x 10 –4 1 2,9 x 10 –4 Hf 50 -51 - 0,98 Ho 24 A/V 25 A/V 0,49 A/V 1/ho 40 K 40 K 2,04 M Tegangan Panjar Transistor Sebelum transistor dioperasikan untuk suatu fungsi, maka kepada elektrodaelektrodanya perlu diberi potensial panjaran. Cara memberi potensial panjaran sebagai berikut : a. Transistor NPN Memberi tegangan muka maju : Kutub positip batery pada Basis (P) dan kutub negatip batery pada Emitor (N) Memberi tegangan muka terbalik : Kutub positip batery pada Kolektor (P) dan kutub negatip batery pada Basis (N) 34 Elektronika Daya C E + - + - B Gambar 2.4 Tegangan panjar pada Transistor NPN a. Transistor PNP Memberi tegangan muka maju : Kutub positip batery pada Emitor (P) dan kutub negatip batery pada Basis (N). Memberi tegangan muka terbalik : Kutub positip batery pada Basis (N) dan kutub negatip batery pada Kolektor (P). C E + B + - Gambar 2.5 Tegangan panjar pada Transistor Jenis NPN 3. Penguatan Bila tegangan DC diberikan pada terminal-terminal transistor, dengan hubungan PN kolektor basis diberikan tegangan bias mundur maka tidak akan ada arus yang mengalir. Dan apabila pada hubungan PN basis-emitor di beri tegangan bias maju, elektron-elektron pada emitor dapat mengalir ke daerah basis (daerah basis ini sangat 35 Elektronika Daya tipis kurang dari per sepuluh mikron meter) maka hampir semua elektron melintasi hubungan kolektor–basis dan masuk ke daerah kolektor. Pada saat itu eketron-elektron bergabung dengan hole pada daerah basis maka menghasilkan arus basis Ib. Arus basis ini besarnya sekitar 0,5 – 3 % dari arus emitor yang menjadi arus kolektor Ic. Arus emitor Ie merupakan penjumlahan dari arus basis dan arus kolektor ( Ie = Ib + Ic ). Berarti bahwa arus basis yang sangat kecil dapat mengontrol arus kolektor yang besar. Maka dikatakan transistor mempunyai fungsi penguatan arus, dan perbandingan perubahan arus kolektor dengan perubahan arus emitor didefinisikan sebagai faktor penguatan arus (? ). ? (Beta) = Ic/Ib. Pada umumnya Beta sebuah transistor berkisar antara 5 - 500 (tergantung jenis transistornya). Dengan adanya penguatan arus, maka pada transistor tersebut akan terjadi penguatan tegangan (Av) yang besarnya merupakan perbandingan tegangan output (Vout) terhadap input (Vin) yang diberikan, Av = Vout / Vin. Penguatan arus dan tegangan ini akan mengakibatkan terjadinya penguatan daya (Ap) pada sebuah transistor yang besarnya merupakan perbandingan daya output (Pout) terhadap daya input (Pin), yaitu : Ap = Pout / Pin. Penguatan tegangan dan daya ini sangat dipengaruhi oleh besarnya tegangan bias dan komponen pendukung pada rangkaian transistor tersebut. 4. Garis beban dan titik kerja dc transistor. Garis beban dc pada transistor linear merupakan garis kerja sebuah transistor yang didapat dengan menghubungkan titik perpotongan tegangan Colektor-Emitor (VCE) dengan arus Colector (IC) saat cutoff (menyumbat) dan saat saturation (saturasi). Sedangkan titik kerja dc sebuah transistor adalah titik perpotongan garis beban dc dengan arus basis (IB) saat aktif. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang garis beban dan titik kerja dc transistor tersebut dapat dilihat pada contoh gambar rangkaian berikut ini: 36 Elektronika Daya Rc Ic RB VBB + - + VCE + IB - VBE + Vcc - - Gambar 2.6 Rangkaian Transistor Gambar 2.6 di atas adalah contoh rangkaian bias basis, dengan sumber tegangan VBB dan VCC. a. Saat aktif Daerah aktif disini adalah setelah transistor mulai bekerja sampai transistor tersebut jenuh (saturasi). Dari gambar rangkaian di atas saat aktif ini terlihat sumber tegangan VBB membias forward dioda emiter melelui resistor yang membatasi arus RB. Hukum tegangan Kirchoff menyatakan tegangan pada RB adalah VBB - VBE. IB ? Dengan besarnya arus basia adalah: VBB ? VBE RB dimana VBE = 0,7 V untuk transistor silikon dan 0,3 untuk germanium. Dalam rangkaian kolektor, sumber tegangan VCC membias reverse dioda kolektor melalui RC . Dengan hukum tegangan Kirchhoff didapat persamaan : VCE = VCC - IC RC Dalam rangkaian tersebut, VCC dan RC adalah konstan, VCE dan IC adalah variabel, didapatkan persamaan : Dan besarnya arus kolektor adalah : IC ? VCE ? VCC RC IC = ? IB b. Saat Cutoff (titik sumbat) Pada keadaan ini arus basis adalah nol dan arus kolektor kecil sehingga dapat diabaikan. Pada titik sumbat, dioda emiter kehilangan forward bias, dan kerja transistor yang normal terhenti. Sehingga tegangan kolektor-emiter adalah mendekati : 37 Elektronika Daya VCE(cutoff) = VCC c. Saat saturation (penjenuhan) Pada saat saturation ini adalah saat arus kolektor maksimum, dioda kolektor kehilangan reverse bias dan kerja transistor yang normal terhenti. Pada saturation ini didapatkan beberapa persamaan : IB = IB(sat) IC(sat) ? VCC RC Arus basis yang tepat menimbulkan penjenuhan adalah: I B ( sat ) ? I C ( sat ) Bdc Dari gambar 37 dan persamaan di atas dapat digambarkan karakteristiknya sebagai berikut: IC(mA) Saturation mA IB > IB(sat) Q(titik kerja) IB = IB(sat) IC(sat) IB(aktif) IC(aktif) Tiitik sumbat 0 VCE (aktif) IB = 0 VCE(V) VCE(cutofft) Gambar 2.7 Garis beban dan titik kerja dc transistor Keterangan: 38 Elektronika Daya IC(sat) = Arus kolektor saat saturasi (Vcc / Rc0 IC(aktif) = Arus kolektor saat transistor aktif (bekerja normal) VCE(aktif) = Tegangan kolektor emitor saat transistor aktif VCE(cutoff) = Tegangan kolektor emitor saat cutoff (VCE ? VCC) IB (aktif) = Arus basis saat transistor aktif (IB(aktif) = IC(aktif) / ? dc) IB(sat) = Arus basis saat taransistor saturasi ( IB(sat) = IC(sat) / ? dc) Latihan 4 Jawablah soal-soal berikut ini dengan tepat dan benar: 1. Gambarkan konstruksi dasar transistor bipolar ! 2. Sebutkan tiga buah elektroda (kaki) transistor bipolar ! 3. Sebutkan dua macam tipe transistor bipolar dan gambarkan simbolnya ! 4. Jelaskan bagaimana memberi tegangan panjar pada transistor PNP dan NPN ! 5. Apa yang dimaksud titik kerja transistor ! 6. Hitunglah penguatan dan besarnya tegangan output dari rangkaian berikut, jika harga re 1 K ohm C E Rc Vin + B 100 mV rms + - Gambar 2.8 Bias Transistor dengan input AC (a) bias dengan input AC (b) Rangkaian pengganti Dari gambar 36 tersebut didapatkan persamaan sebagai berikut : 39 Elektronika Daya Ie = Vin / re Dengan asumsi besarnya Ic hampir sama dengan Ie (Ic ? Ie), maka tegangan output pada Rc adalah : Vout ? Ie.Rc Dengan perbandingan besarnya tegangan output terhadap tegangan input didapatkan penguatan transistor : Av = Vout/Vin = (Ic.Rc/Ie.re) ? Rc/re Dimana : Ie Ic = Arus Colektor = Arus Emitor Re = Tahanan Emitor Rc = Tahanan Colektor Vin = Tegangan input Vout= Tegangan output Av = Penguatan tegangan Contoh: Sesuai gambar 38 diketahui besarnya tegangan input adalah 50 mV dengan tahanan emitor 20 Ohm dan tahanan Colektor 1K. Hitung besarnya penguatan tegangan output. J Diketahui: Vin = 50 mV Jawab : Av = Rc/Re Re = 20 Ohm = 1K/20 Ohm = 50 RC = 1K Ditanya : Av = …… Vout = …… Vout = Av . Vin = 50 x 50 mV = 2500 mV = 2,5 Volt. Besarnya penguatan pada rangkaian tersebut adalah 50 kali dengan tegangan output sebasar 2,5 Volt. 4. Garis Beban dan Titik Kerja Transistor 40 Elektronika Daya Titik bias dc atau titik kerja adalah titik yang menunjukkan arus dan tegangan pada transistor, pada saat kondisi bias dc tetap pada titik kerjanya. Hal ini dipengaruhi oleh variasi hfe atau perubahan temperatur. Nilai hfe yang mempunyai range penguatan dengan toleransi yang cukup lebar, contohnya transistor BC 107 hfe minimumnya 125 dan hfe maksimumnya 500. Nilai hfe mempengaruhi kondisi titik bias. Untuk mendapatkan pembiasan yang tetap diperlukan rangkaian bias tertentu, dan memperhitungkan variabel temperatur. Untuk mempelajari kondisi bias pada rangkaian Common Emitter, karakteristik output yaitu dengan menggambarkan garis beban. Perhatikan gambar dibawah ini. Tegangan kolektor-emitor (VCE) = tegangan sumber – tegangan pada RC Bila tegangan bias VB kurang dari 0,2 Volt akan menyebabkan transistor tidak konduksi, maka Ic = 0 dan VCE = VCC – (IC.RC) = VCC= 18 V. Pada kurva karakteristik akan diperoleh titik A. Jika VB dinaikkan hingga IC = 2 mA kemudian VCE = 18 – (12 mA x 2,2 K) = 13,6 Volt. Diperoleh titik B IC = 4 mA , VCE = 9,2 Volt, titik C IC = 6 mA , VCE = 5,6 Volt, titik D IC = 9 mA , VCE = 0, titik E Dari titik tersebut maka dapat digambarkan satu garis lurus yang dinamakan garis beban untuk RL = 2,2 K? . Di titik A : IC = 0 dan VCE = VCC = 18 Volt Di titik E : VCC = 0 dan IC = VCC/RL = 9 mA 41 Elektronika Daya C E Rc Vin + B + - (a) C Ie Ic + Vout E Re Rc Vin B - (b) Gambar 2.9 Bias Transistor PNP II. FET ( FIELD EFFECT TRANSISTOR a. Tujuan Khusus Pembelajaran (TKP) Setelah mempelajari materi ini, siswa dapat : 1. Menyebutkan macam-macam FET dan perbedaannya. 2. Menjelaskan sisfat-sifat FET. 3. Menjelaskan cara pembentukan MOSFET. 4. Menjelaskan sifat dan penggunaan dari MOSFET. 42 Elektronika Daya b. Uraian Materi FET (Field Effect Transistor) Transistor efek medan atau FET (Field Effect Transistor) adalah suatu komponen elektronika yang prinsip kerjanya berdasarkan pengaturan arus dengan medan listrik. FET disebut juga “transistor unipolar” karena cara kerjanya hanya berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas saja, artinya arus yang mengalir arus yang mengalir hanya arus lubang (hole) atau arus elektron saja. FET mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan transistor bipolar biasa, antara lain : a. Bekerja berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas saja. b. Relatif lebih tahan terhadap radiasi. c. Mempunyai impedansi input yang tinggi beberapa Mega Ohm. d. Noise lebih rendah daripada noise tabung atau transistor bipolar. e. Mempunyai stabilitas thermis yang baik. 1. Klasifikasi FET FET dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu: 1. Junction Field Effect Transistor disingkat JFET atau FET saja. 2. Metal Oxida Semikonduktor FET disingkat MOSFET. 2. Macam-macam JFET Seperti halnya transistor bipolar, transistor unipolar (JFET) juga memiliki tiga buah elektroda, yaitu Source(S), Gate(G), dan Drain(D). JFET ini biasanya dibedakan atau disebut dari kanalnya. Bila kanalnya terdiri dari lapisan semikonduktor tipe N, maka dinamakan JFET kanal N dan bila kanalnya terbuat dari lapisan semikonduktor tipe P, disebut JFET kanal P. Susunan lapisan dan simbolnya dapat dilihat pada gambar 39 berikut ini: 43 Elektronika Daya D D P G N N G S S Susunan lapisan Simbol (a) D D N G P P G S S Susunan lapisan Simbol (b) Gambar 2.9 Susunan lapisan dan simbol JFET (a) Kanal P (b) Kanal N 3. Cara pemberian tegangan pada JFET D D G G S + - + + VDD VDD - VGG S VGG - + (a) (b) Gambar 2.10 Cara pemberian tegangan JFET (a) Kanal P (b) Kanal N 44 Elektronika Daya Cara pemberian tegangan muka (bias) pada JFET kanal N adalah seperti ditunjukkan pada gambar 40(a), yaitu antara Gate(G) dan Source(S) diberi tegangan muka terbalik (reverse bias), dan antara Source dan Drain(D) diberi tegangan sedemikian rupa sehingga Drain lebih positif terhadap Source. Cara pemberian tegangan pada JFET kanal P seperti gambar 40(b), yaitu antara Gate dan Source diberi tegangan muka terbalik sedangkan tegangan antara Source dan Drain diberi tegangan sedemikian rupa sehingga Drain lebih negatif terhadap Source. 4. Karakteristik JFET Gambar 41(a) menunjukkan rangkaian yang diperlukan untuk membuat karakteristik JFET kanal N, sedangkan gambar 41(b) merupakan karakteristik yang diperoleh dari rangkaian tersebut. Untuk JFET kanal P hanya kebalikan polaritas tegangan dan arus dari JFET Kanal N. Makin kecil tegangan VGS, makin kecil arus drain ID (gambar 41(b)). Pada keadaan normal JFET selalu bekerja pada bagian karakteristik yang hampir mendatar. A P2 D - VGG + G P1 + S + V1 V2 VDD VDS VGS (a) 45 Elektronika Daya I(D) VGS = 1V VGS=2V VGS=3V VGS=4V 0 4 V(DS) 15 30 (b) Gambar 2.11 Karakteristik JFET (a) Gambar rangkaian (b) Kurva karakteristik Untuk mendapatkan satu lengkung VDS/ID, makaVGS harus dibuat tetap, misalnya sebagai berikut: a. VGS diatur dengan cara mengatur potensiometer P1, penunjukan jarum Voltmeter V1 misalkan -1V. b. Selanjutnya diatur tegangan VDS, engan cara mengubah P2. Tegangan VDS diatur mulai dari nol sampai mencapai tegangan tembus (breakdown). c. Titik-titik potong antara sumbu VDS dan ID (setiap perubahan VDS) dan bila titiktitik itu dihubungkan akan terbentuklah suatu grafik (lengkung) yang dinamakan lengkung karakteristik JFET pada saat VGS = -2V tetap. d. Bila VGS dibuat tetap -2V, -3V, dan -4V, selanjutnya dilakukan hal yang sama dari poin a sampai c maka akan didapatkan lengkung-lengkung karakteristik seperti gambar 41(b). Pada saat VGS = -4V, lengkung karakteristik terlihat berimpit dengan sumbu VDS dimana ID mencapai nol. Selanjutnya saat VDS = 30V, arus drain ID naik dengan tajam, tegangan ini dinamakan breakdown Voltage (tegangan tembus). 46 Elektronika Daya 5. Macam-macam MOSFET MOSFET adalah singkatan dari Metal Oxida Semikonduktor FET, dan sering juga disebut Insulated Gate FET. Hal ini disebabkan karena gate pada MOSFET tidak langsung berhubungan dengan saluran, tetapi diisolasi oleh suatu lapisan oksida logam yang tipis (biasanya Silikon Oksida). Dua macam MOSFET yang dikenal, yaitu: a. Depletion Enhanchement MOSFET (DE MOSFET). b. Enhachement MOSFET (E MOSFET) DE MOSFET adalah semacam MOSFET yang dapat beroperasi dengan depletion action (aksi pengosongan) dan enhanchement action (aksi peningkatan). E MOSFET adalah semacam MOSFET yang hanya beroperasi dengan enhanchement action (aksi peningkatan) saja. Sesuai dengan kanalnya DE MOSFET dapat dibedakan menjadi DE MOSFET kanal P dan kanal N, begitu juga dengan E MOSFET kanal P dan kanal N. Susunan dan simbol dari macam-macam MOSFET ini dapat dilihat pada gambar 42 berikut ini: Drain (D) Drain (D) Drain (D) N Gate(G) Substrate(St) P N Gate(G) Gate(G) Source (S) Source (S) Source (S) Susunan lapisan Kanal P Kanal N (a) 47 Elektronika Daya Drain (D) Drain (D) Drain (D) N Gate(G) Substrate(St) P Gate(G) N Gate(G) Source (S) Source (S) Source (S) Susunan lapisan Kanal P Kanal N (b) Gambar 2.12 Susunan lapisan dan simbol MOSFET (a) DE MOSFET (b) E MOSFET 6. Cara Kerja DE MOSFET D N G + VGG St P + - VDD N S Gambar 2.13 Rangkaian kerja DE MOSFET Gambar 43 merupakan rangkaian kerja DE MOSFET Kanal N, dengan kerja sebagai berikut: a. Tegangan positif maupun negatif yang diberikan pada gate tidak akan menyebabkan adanya metal oxida antara gate dan saluran. b. Bila gate diberi tegangan negatif, maka muatan negatif pada gate ini akan menolak elektron-elektron yang ada pada saluran, sehingga arus drain ID akan berkurang. c. Pada tegangan gate tertentu, semua elektron bebas pada saluran akan terusir, 48 Elektronika Daya sehingga menyebabkan tidak mengalirnya arus drain ID. Karena itu operasi dengan tegangan gate negatif disebut depletion action (aksi pengosongan). d. Bila gate diberi tegangan positif, maka muatan positif ini akan menarik elektronelektron bebas pada saluran antara gate dan substrat. Hal ini akan meningkatkan arus drain ID, karena itu operasi ini dinamakan enhanchement action (aksi peningkatan). e. Karena MOSFET ini dapat beroperasi dengan depletion action dan enhanchement action, maka MOSFET ini dikatakan DE MOSFET ( Depletion Enhanchement MOSFET). Kesimpulannya adalah bahwa DE MOSFET dapat beroperasi (bekerja) dengan memberikan tegangan gate positif maupun negatif. Penjabaran di atas merupakan prinsip/cara kerja DE MOSFET kanal N, sedangkan untuk DE MOSFET kanal P semua polaritas baik tegangan maupun arus adalah kebalikan dari DE MOSFET kanal N. 7. Cara kerja E MOSFET ID D N G + - VGG St P + - VDD N S Gambar 2.14 Rangkaian kerja E MOSFET Perhatikan gambar 2.14 di atas: a. Substrat (St) menutup seluruh jalan (saluran) antara Source (S) dan Drain (D). E MOSFET ini adalah sejenis MOSFET yang hanya bekerja dengan aksi peningkatan saja. b. Pada saat VGS = nol, tidak ada arus drain ID yang mengalir walaupun VDD ada 49 Elektronika Daya tegangannya, karena bahan P tidak mempunyai pembawa muatan. c. Apabila Gate diberi tegangan positif yang cukup besar, maka akan mengalirlah arus drain ID. Bila gate mendapat tegangan positif maka akan terinduksikan muatan negatif pada substrat. Muatan negatif ini adalah berupa ion-ion negatif yang ada pada bahan P tersebut. d. Selanjutnya bila tegangan positif pada gate dinaikkan hingga mencapai suatu harga tertentu, maka elektron-elektron bebas akan membentuk lapisan tipis yang berfungsi sebagai pembawa muatan yang mengakibatkan arus drain ID naik. Latihan 5 Jawablah soal berikut ini dengan tepat dan jelas, 1. Prinsip kerja komponen Transistor Efek Medan atau FET adalah berdasarkan ..... 2. Sebutkan dua macam MOSFET yang diketahui. 3. DE MOSFET adalah semacam MOSFET yang dapat beroperasi dengan tegangan gate ..... Dilihat dari kanalnya, maka JFET dapat dibedakan dua macam, yaitu ..... 4. Sebutkan tiga macam keuntungan pengguanaan FET dibandingkan dengan transistor bipolar. 1. JFET (JUNCTION FET) Pada prinsipnya sebuah Junction FET terdiri atas sebuah bahan jenis P atau jenis N sebagai kanal. Di dua sisi yang berseberangan dari batang ini terdapat dari dua jenis yang komplementer dengan jenis bahan kanal sebagai gerbang (G). Salah satu ujung batang tersebut berfungsi sebagai sumber (S) dan ujung lainnya sebagai drain (D). a. Sifat-sifat JFET JFET mendapat bias normal, gate bertegangan negatif sehingga memberikan bias reverse dan menimbulkan daerah defleksi. Bila tegangan Gate diturunkan sampai nol, secara efektif Gate hubung singkat dengan Source. Arus Drain muncul dengan segera pada daerah saturasi. Antara tegangan VP dan VPS (maksimum) arus drain hampir tetap. Jika tegangan Drain sangat besar JFET menjadi breakdown. Pada 50 Elektronika Daya saat titik arus Drain tetap hingga mencapi tegangan pinch off. Bila tegangan drain sama tegangan puncak Vp ah defleksi menjadi sempit hampir bersentuhan dengan yang lain. Sehingga tegangan drain hanya sedikit menaikkan arus drain. Arus drain shorted gate adalah arus drain source yaitu arus pada saat gate dihubung singkat. Ipss (arus drain source) adalah kondisi arus drain pada daerah aktif. ID D VDD + G VDS - VGG Daerah IDSS S Aktif Vp Vps maks VDS (a) (b) Gambar 2.15 Pemberian biasa JFET (a). Bias pada JFET (b). Kurva Drain-Source Kurva drain serupa dengan kurva kolektor pada transistor. Kurva drain untuk Vgs = 0. Dalam kondisi gate yang dihubung singkat, tegangan pinch off adalah kira-kira 4 V dan tegangan break down pda 30 V. disini nila Idss = 10 mA. Bila Vgs = -1 V, arus drain turun sampai 5,65 mA. Vgs = -4 menghasilkan off gate source. yang disimbolksn dengan Vgs off. - 8 - 6 - 4 - 2 - 0 0 10 20 30 - 10 - mA - - ID 12 - Pada Vgs off, daerah defleksi (deflection layer) saling bersentughan memotong 40 VDS Volt 51 Elektronika Daya arus drain karena Vp adalah tegangan drain pada saat pinch off untuk kondisi gate sourced. Gambar 2.16. Kurva Drain b. Parameter J FET Arus terkonduktansi menghubungkan arus output dengan tegangan input. Untuk JFET adalah grafik terhadap Vgs, untuk transistor bipolar kurva terkonduktansi adalah grafik Ic terhadap Vbe misalnya harga-harga dari Id dengan Vgs. ID ID IDSS ID 10mA - IDSS - Jangkauan Bias normal 9 16 - 5,62mA UDS=15V UDS=15V 1 4 1 16 UGS - 2,5mA - 0,625mA (b) (a) - - - - - - - - UGS(off) -4 -3 -2 - 1 UGS 1 3/4 2/4 1/4 UGS(off) (c) Gambar 2.17 Kurva transkonduksi 2. MOSFET a. Dasar Pembentukan Mosfet Mosfet adalah singkatan dari(Metal – Oxide Semi Conductor FET atau FET semi konduktor Oksida Logam). Mosfet mempunyai kaki-kaki : Sumber (Source) = S Cerat (Drain) = D Gerbang (Gate) = G Adapun susunan pembentukan Mosfet dapat digambarkan sebagai berikut : 1) Semikonduktor konruktor type N diberi terminal cerat (D) dan sumber (S) 2) Kedalamnya ditambahkan semikonduktor type P yang dinamakan Substrate 3) Kemudian pada bagian lain di lekatkan lapisan oksida logam tipis (Si O2) dan di namakan gerbang (gate) Si O2 bersifat isolator. 52 Elektronika Daya D Semikonduktor N Semikonduktor N Substrate P N N S (a) S (b) D D N G N P Oksida logam (Si O2) Substrate P N N S S (d) (c) 53 Elektronika Daya D N P Substrate N S (e) Gambar 2.18 Bentuk dasar Mosfet Pada gambar 40(e) menunjukkan antara Substrate dan source digabungkan dan di dapatkan sebagai Source (S). Ini biasa dilakukan oleh pabrik pembuatnya. Jadi di pasaran banyak dijumpai Mosfet dengan 3 kaki. Tetapi biasa juga Mosfet mempunyai 4 kaki. Untuk mosfet 4 kaki, biasa dipastikan mempunyai 2 gerbang (G1 dan G2), kaki-kaki yang lain adalah Drain (D) dan Source (S). b. Macam-macam Mosfet Untuk mempelajari sifat-sifat dasar Mosfet, harus mengenal macam-macam mosfet yang dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1) Type Depletion Mosfet (D Mosfet) 2) Type Enhancement Mosfet (E Mosfet) Kedua jenis Mosfet tersebut dibedakan berdasarkan cara pemberian lapisan Substetenya. Pada Depletion Mosfet lapisan substrate dipasang dalam kanal tidak menyentuh oksida logam (Si O2) sehingga ada sisa kanal yang sempit. Pada jenis kedua Enhancement Mosfet. Lapisan substrate dipasang pada kanal langsung menembus lapisan oksida logam (Si O2) sehingga kanal tertutup sedang anatara Drain dan Source terpisah oleh substrate. Bahan yang digunakan sebagai kanal dan substrate sama-sama semikonduktor tapi type berlawanan. 54 Elektronika Daya c. Bias Mosfet Untuk mengoperasikan hidup (on) dan mati (off) dari sebuah mosfet diperlukan bias tegangan pada gate dan source (Ugs) dan tegangan catu antara Drain dan Source (Udd). Bias Vgs dibedakan menjadi dua macam, 1) Bias peningkatan (Enhancement) Mosfet ? Ugs + (Positif) 2) Bias pengosongan (Defletion) Mosfet ? Ugs - (negatif) d. Contoh Penggunaan Mosfet dalam penggunaannya dapat difungsikan seperti transistor bipolar. Ia dapat berperan sebagai komponen aktif. Seperti transistor bipolar hanya saja dalam operasinya pengendalian arus outputnya dikendalikan oleh tegangan Gate dan Source (Ugs), bisa positif bisa juga negatif. Gambar 40 berikut ini merupakan modifikasi dari osilator yang dikontrol dengan kristal Gambar 40c menunjukkan rangkaian feed back (umpan balik) antara gate source dan drain source memberi kapasitas yang memparalel kristal, yang mana akan memberikan faktor kualitas yang tinggi pada resonansi paralel. Untuk mengetahui frekwensi yang teliti, pertama harus mengetahui kapasitas Cp dan L dalam gambar 40b. Phasa output pada drain berlawanan dengan input pada gate. Jenis osilaotr ini akan menghasilkan frekwensi yang bermanfaat untuk VHF dan UHF, pada frekwensi dibawah 2 MHz. Kapasitansi CGS dan CDS dari rangkaian feed back tidak cukup memberikan osilator. Oleh karena itu harus ditambahkan kapasitor luar yang akan menambahkan kapasitansi pada transistor mosfet 55 Elektronika Daya +UDD – RFC Cd R XTAL Ub Cp L RG CS C RS +UD D RFC Cd CGS Ub RG CS RS XTAL CDS (a) (b) (c) Gambar 2.19 Contoh rangkaian osilator dengan MOSFET (a) Rangkaian oscilator kristal dengan Mosfet (b) Rangkaian feed back (c) Bentuk lain modifikasi oscilator kristal dengan Mosfet 56 Elektronika Daya EVALUASI Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat dan benar 1. Sebutkan dan jelaskan 2 jenis FET menurut bahan yang digunakan. 2. Gambarkan cara pemberian bias pada JFET. 3. Sebutkan kaki-kaki apa saja pada sebuah Mosfet 4 kaki. 4. Sebutkan 2 macam Mosfet menurut typenya. 5. Jelaskan 2 macam cara pemberian bias pada Mosfet. 6. Sebutkan salah satu penggunaan Mosfet pada rangkaian. 57 Elektronika Daya KEGIATAN BELAJAR 3 RANGKAIAN TIMER (PEWAKTU) a. Tujuan Kegiatan Belajar Setelah mempelajari materi ini, siswa dapat : 1. Menggambarkan rangkaian dalam IC 555 2. Mengetahui dan menjelaskan prinsip kerja rangkaian Timer 3. Menggambarkan dan merinci 4 rangkaian dasar penentu waktu yang menggunakan IC 555. 4. Memberikan contoh penerapan rangkaian Timer b. Uraian Materi Rangkaian timer (pewaktu) adalah rangkaian yang menghasilkan perubahan keadaan output sesudah selang waktu yang ditentukan. Salah satu rangkaian terpadu (IC) yang paling banyak digunakan sebagai timer adalah IC tipe 555. IC ini digunakan untuk membuat tundaan waktu atau osilasi (Osilator) yang cukup akurat dari mikro detik sampai beberapa menit. Pada IC Timer 555, didalamnya digabungkan sebuah osilator relaksasi, dua pembanding (comparator), flip-flop RS dan sebuah transistor pembuang seperti yang digambarkan di bawah ini. 58 Elektronika Daya 8 5 4 +Vcc RESET CONTROL 5K COMPARATOR-1 6 + THRESOLD R Q 5K COMPARATOR-2 GROUND 1 8 + Vcc TRIGGER 2 7 DISCHARGE OUTPUT 3 6 THRESHOLD RESET 4 5 CONTROL FLIP-FLOP + S Q 5K TRIGGER 7 2 DISCHARGE OUTPUT STAGE OUTPUT 3 1 Gambar 1. Petunjuk pin (kaki) dan Fungsi Blok Diagram IC 555 Bentuk pisik IC 555 terdiri dari 8 buah pin (kaki) yang masing-masing pin mempunyai fungsi sebagai berikut : a. Pin 1 berfungsi sebagai pin common, yaitu pin yang menghubungkan IC tersebut pada kutub negatif (ground) sebuah catu daya. b. Pin 2 berfungsi sebagai masukan trigger, yang merupakan masukan inverting dari comparator-2 yang ada didalam IC tersebut. Pada gambar 1(b) di atas, masuka noninverting dari comparator-2 dihubungkan dengan pembagi tegangan sehingga mempunyai tegangan tetap sebesar ? Vcc . Apabila tegangan yang masuk ke pin 2 3 (trigger) sedikit lebih rendah daripada ? Vcc , maka keluaran comparator-2 menjadi 3 “tinggi” dan me-reset flip-flop. c. Pin 3 berfungsi sebagai terminal keluaran (output). d. Pin 4 berfungsi untuk memulai ke keadaan awal (reset). Bila pin 4 ini dihubungkan ke ground walau hanya sesaat, maka rangkaian yang ada dalam IC 555 dicegah untuk tidak bekerja, tetapi memulai lagi kegiatannya dari keadaan awal. 59 Elektronika Daya e. Pin 5 berfungsi sebagai masukan pengendali (control). Pin ini merupakan terminal masukan inverting dari comparator-1 yang ada didalam IC 555. Biasanya pin 5 ini jarang digunakan (tidak dihubungkan dengan komponen luar), sehingga tegangan kendalinya berasal dari resistor pembagi tegangan yang ada didalam IC 555 yaitu sebesar 2 + Vcc. 3 f. Pin 6 berfungsi sebagai masukan ambang (thresold), juga merupakan masukan noninverting dari comparator-1. Bila tegangan ambang (pin 6) lebih besar dari tegangan kendali (pin 5) maka keluaran comparator-1 akan menjadi “tinggi” yang mengakibatkan rangkaian flip-flop yang ada dalam IC 555 di-set. g. Pin 7 merupakan terminal Kolektor dari transistor pembuang yang ada didalam IC 555. Transistor ini bergantung dari keluaran rangkaian flip-flop karena Basisnya mendapat masukan dari keluaran Q flip-flop. Pin 7 ini biasanya dihubungkan dengan sebuah kondensator luar. Jika Transitor dalam keadaan saturation, maka muatan kondensator akan dikosongkan karena seolah-olah kolektor dan emitornya berhubungan. Tetapi bila Transistor tersebut dalam keadaan cut-off maka kolektor dan emitor terbuka, sehingga kondenator dapat diisi. h. Pin 8 merupakan pin catu daya positif (+Vcc). IC 555 bekerja dengan catu daya berkisar antara 4,5 volt sampai dengan 16 volt. 2. Penggunaan Pewaktu IC 555 2.1. Multivibrator Monostabil Gambar 2 di bawah ini memperlihatkan IC 555 bekerja sebagai rangkaian Multivibrator Monostabil (one shot multivibrator). Rangkaian ini diaktifkan dengan memberikan pulsa trigger bersisi negatif pada pin 2, sehingga akan menghasilkan pulsa positif pada terminal keluarannya (pin 3). Pada pulsa keluaran terjadi perubahan periode. Lamanya periode ini ditentukan oleh R dan C. 60 Elektronika Daya 12V + 5 6 7 8 R C T R I G G E R 4 3 2 1 IC555 INPUT OUTPUT O U T Gambar 2. IC 555 sebagai multivibrator monostabil Cara kerja rangkaian : Rangkaian Monostabil di atas diaktifkan oleh pulsa menuju negatif antara terminal masukan trigger dan ground. Pulsa trigger yang ‘rendah’ ini menyebabkan keluaran comparator-2 menjadi ‘tinggi’ dan me-reset rangkaian flip-flop. Keadaan ini menyebabkan transistor cut-off, sehingga kondensator C mengisi muatanya melalui resistor R. Ketika tegangan kondensator C mencapai 2/3 Vcc, maka comparator-1 mempunyai keluaran ‘tinggi’ dan men-set flip-flop yang menyebabkan transistor menjadi saturation. Dengan demikian kondensator C dengan cepat membuang muatanya ke ground sehingga terminal keluarannya (pin 3) kembali lagi ke nol. Periode selama kondisi ‘tinggi’ pada output dapat dihitung dengan rumus : T = 1,1 x RC Besarnya nilai komponen R dan C menentukan lamanya waktu keluaran (pin 3) ‘tinggi’. 61 Elektronika Daya +Vcc Pulsa trigger +Vcc 3 0 Gelombang Pengisian Kondensator +2Vcc 3 0 +Vcc Gelombang Keluaran 0 T Gambar 3. Bentuk gelombang trigger dan output 2.2. Multivibrator Astabil (Astable Multivirabtor) Multivibrator astabil (free running) adalah suatu rangkaian yang berada pada dua keadaan yang tidak stabil. Gambar 4 di bawah ini menunjukkan sebuah multivibrator astabil yang mana frekuensi dari tegangan output dan hasil pulsanya adalah tergantung pada perbandingan dari komponen-komponen R1, R2 dan C. R1 + 7 6 5 6 7 8 R2 + - 4 3 2 IC555 1 12V 8 (Vcc) R1 R2 S Q R Q + output C - 2 out C 1 Gambar 4. IC 555 sebagai multivibrator astabil dan rangkaian ekivalennya 62 Elektronika Daya Cara kerja rangkaian : Kondensator C mengisi muatannya hingga 2/3 Vcc melalui R1 dan R2 apabila keluaran Q dari flip-flop dalam keadaan ‘rendah’. Waktu pengisiannya adalah (R1 + R2)C. Pada saat pengisian, tegangan thresold naik sampai melebihi 2/3 Vcc sehingga comparator-1 mempunyai keluaran ‘tinggi’ dan men-set flip-flop. Hal ini menyebabkan transistor saturation sehingga seolah-olah pin 7 terhubung dengan ground. Kemudian muatan Kondensator C dikosongkan melalui R2. Waktu pengosongannya adalah R2xC. Bila tegangan kondensator sudah turun sedikit dibawah 1/3 Vcc, comparator-2 mempunyai keluaran ‘tinggi’ dan me-reset flip-flop. Bentuk gelombang pengisian dan pengosongan kondensator serta gelombang keluaran yang dihasilkannya adalah sebagai berikut : Pengisian Pengosongan +2/3 Vcc Tegangan Kondensator +1/3 Vcc +Vcc Tegangan Keluaran 0 Gambar 5. Bentuk gelombang pengisian dan pengosongan muatan kapasitor dan gelombang keluaran IC 555 Perbandingan dari R1 dan R2 (R1 : R2) men-set duty cycle dari pulsa. Duty Cycle adalah perbandingan antara waktu pada saat keluaran tinggi dengan periode total dari siklus keluaran.Frekuensi output didapatkan dari persamaan : 63 Elektronika Daya 1,46 f= (R1 + 2 R2) C Siklus periode dari gelombang keluaran (pin 3) dapat digambarkan sebagai berikut : t tL tH Gambar 5. Periode gelombang output Keterangan : t : berlangsungnya periode tL : berlangsungnya periode saat sinyal “0” (low) tH : berlangsungnya periode saat sinyal “1” (high) Rumus perhitungan : t = tL + tH tL = 0,693 (R1 + R2) C tH = 0,693 R2.C 2.3. Pewaktu IC 555 sebagai VCO (Voltage Controlled Oscillator) Gambar di bawah ini memperlihatkan sebuah osilator yang dikendalikan tegangan (VCO), yang sering juga disebut pengubah tegangan ke frekuensi. Dengan memasukkan suatu tegangan kendali (Vc) antara +2 volt sampai dengan + 12 volt pada pin 5 (control voltage) dari IC 555, maka frekuensi dari pewaktu IC 555 dapat diubah. Karena itu pewaktu dirangkai sebagai multivibrator astabil. R1 + Vc 5 6 7 2V - 12V 8 12V R2 IC555 64 Elektronika Daya Gambar 6. IC 555 berfungsi sebagai VCO Pada saat normal (pin 5 tidak diberikan tegangan kendali dari luar), tegangan kendali (Vc) pada pin 5 adalah 2/3 Vcc, karena adanya pembagi tegangan didalam IC 555. Tetapi apabila pin 5 tersebut diberikan tegangan kendali dari luar, maka tegangan kenadali yang berada di dalam IC 555 akan diabaikan. Apabila tegangan kendali yang diberikan semakin tinggi, maka pengisian dan pengosongan kondensator C membutuhkan waktu yang lebih lama. Hal ini menyebabkan frekuensi keluarannya akan semakin menurun. Besarnya tegangan yang melintasi kondensator berkisar antara ½ V kendali sampai dengan V kendali, sehingga gelombangnya dapat digambarkan sebagai berikut : +V kendali Tegangan Kondensator 1 2 V kendali Tegangan Keluaran Gambar 7 65 Elektronika Daya . gelombang pengisian kondensator dan gelombang keluaran IC 555 Tegangan kendali dapat berasal dari sebuah potensiometer yang dirangkai dengan sumber tegangan, dapat pula berasal dari rangkaian lain. 2.4. Penentu Waktu yang Berurutan (Squence Timer) Multivibrator monostabil yang lebih dari satu dan dihubungkan dengan sebuah kondensator (misalnya Ck) satu sama lainnya, maka dapat dihasilkan suatu kerja yang berurutan (squence). + 5 6 7 IC555 C2 B 4 1 Rk 4 3 2 1 A 2 C1 IC555 Rk 8 R2 5 6 7 8 R1 3 12V Ck Gambar 8 . IC 555 sebagai penentu waktu yang berurutan 3. Penerapan IC 555 Salah satu contoh penerapan IC 555 adalah pewaktu 10 detik seperti gambar di bawah ini 12V + R 100K 5 6 7 8 c 100u start LED 4 3 2 1 IC555 66 Elektronika Daya Gambar 9 . IC 555 sebagai penentu waktu 10 detik Cara kerja rangkaian : Penekanan sesaat saklar start membawa pena 2, masukan pemicu, ke 0 V. Keluarannya menjadi tinggi dan LED menyala. Kemudian C terisi dari 0 V menuju +Vcc. Setelah 10 detik tegangan pada C mencapai 6 V (2/3 Vcc) dan IC 555 di-reset, keluaran kembali ke keadaan semula. EVALUASI 1. Apa yang dimaksud dengan rangkaian timer ? 2. Gambarkan sebuah rangkaian multivibrator monostabil menggunakan IC 555 ! 3. Dari pertanyaan di atas, tentukan waktu keluaran ‘tinggi’ dari rangkaian multivibrator monostabil, bila diketahui besarnya R = 10 K? dan C = 100? F. 4. Tentukan dan gambarkan siklus periode gelombang keluaran sebuah multivibrator astable jika diketahui R1 = 100 K? , R2 = 20 K? dan C = 10? F. 5. Gambarkan salah satu contoh penerapan IC 555 disertai dengan cara kerja rangkaiannya ! KUNCI JAWABAN 1. Rangkaian timer (pewaktu) adalah rangkaian yang menghasilkan perubahan keadaan output sesudah selang waktu yang ditentukan 67 Elektronika Daya 12V + 5 6 7 8 R C T R I G G E R 4 3 1 INPUT 2 IC555 OUTPUT O U T 2. Periode selama kondisi ‘tinggi’ pada output dapat dihitung dengan rumus : T = 1,1 x RC Diketahui R = 10 K? dan C = 100? F, maka : T = 1,1 x 10000 x 0,0001 detik T = 11 detik. 3. Siklus satu periode adalah : dimana : t = tL + tH tL = 0,693 (R1 + R2) C tH = 0,693 R2.C Diketahui R1 = 100 K? , R2 = 20 K? dan C = 10? F, maka : tL = 0,693 (R1 + R2) C = 0,693 (100000 + 20000) 0,00001 = 0,8316 detik tH = 0,693 R2.C = 0,693 x 20000 x 0,00001 = 0,1386 detik Jadi, siklus satu periode membutuhkan waktu : t = tL + tH t = 0,8316 detik + 0,1386 detik t = 0,9702 detik 68 Elektronika Daya Gambar gelombangnya sebagai berikut : tH tL 5. Salah satu contoh penerapan IC 555 adalah pewaktu 10 detik seperti gambar di bawah ini 12V + R 100K 5 6 7 8 c 100u start LED 4 3 2 1 IC555 Cara kerja rangkaian : Penekanan sesaat saklar start membawa pena 2, masukan pemicu, ke 0 V. Keluarannya menjadi tinggi dan LED menyala. Kemudian C terisi dari 0 V menuju +Vcc. Setelah 10 detik tegangan pada C mencapai 6 V (2/3 Vcc) dan IC 555 di-reset, keluaran kembali ke keadaan semula. 69 Elektronika Daya KEGIATAN BELAJAR 4 THYRISTOR DAN UJT a. Tujuan Kegiatan Belajar Setelah mempelajari materi ini, siswa dapat : 1. Menjelaskan prinsip kerja dan contoh penggunaan dioda shockley. 2. Menjelaskan prinsip kerja SCR. 3. Menjelaskan prinsip kerja SCS. 4. Menjelaskan prinsip kerja dan penggunaan Diac.. 5. Menjelaskan prinsip kerja dan penggunaan Triac. 6. Menjelaskan prinsip kerja dan pengguanaan UJT. 7. Menjelaskan prinsip kerja dan penggunaan PUT. b. Uraian Materi 1. Dioda Shockley Dioda shockley adalah komponen thyristor yang mempunyai dua terminal (anoda dan katoda) dengan empat lapis bahan PNPN seperti yang diperlihatkan pada konstruksi dasar berikut ini. Anoda P N P N Katoda Gambar 4.1 . Dioda Shockley (a) Konstruksi dasar (b) Simbol komponen 71 Elektronika Daya Struktur PNPN tersebut dapat digambarkan oleh rangkaian ekivalen yang terdiri dari transistor PNP dan transistor NPN, seperti terlihat pada gambar 46 berikut ini: IA Anoda On PN junction 1 Q1 IH PN junction 2 Off VAK VBR(F) Q2 PN junction 3 Katoda (a) (b) Gambar 4.2 . Struktur dioda shocley (a) Rangkaian ekivalen dioda shockley (b) Karakteristik dioda schokley Dari karakteristik pada gambar 46 diatas dapat dilihat bahwa dioda akan tetap off (tidak menghantar) sampai tegangan Anoda-katoda (V(A-K)) mencapai tegangan patah simetris (breakover) arah maju (forward-breakover) VBR(F) dioda tersebut. Setelah melewati tegangan breakover arah maju dioda mulai menghantar (On). Pada saat dioda akan on ini, dioda akan mencapai arus holding (IH) yaitu nilai holding dioda tersebut (standart pabrik). Contoh penggunaan dioda shockley adalah untuk keperluan rangkaian oscilator relaksasi. 72 Elektronika Daya R VBR(F) S + V C - Vs>0 (a) (b) Gambar 4.3 Rangkaian Oscilator relaksasi dengan dioda shockley (a) Gambar rangkaian (b) Bentuk tegangan Prinsip rangkaiannya adalah sebagai berikut: Ketika saklar ditutup kapasitor mengalami pengisian melewati R hingga mencapai forward-breakover (VBRF) dioda shockley. Pada kondisi ini dioda dalam kondisi menghantar, dan dalam waktu yang cepat kapasitor membuang muatan lewat dioda. Pengosongan berlanjut hingga arus mencapai nilai holding dioda. Pada kondisi ini dioda dalam kondisi off, dan kapasitor mengalami pengisian kembali. 2. SCR (Silicon Controlled Rectifier) SCR adalah komponen yang tersusun dari empat lapis bahan semi konduktor. SCR juga dikenal dengan nama Thyristor (Thryraton Ttransistor). Elektrodaelektrodanya terdiri dari anoda, katoda dan gate. a. Kontruksi dasar 73 Elektronika Daya Gambar 48. Konstruksi dasar SCR A N K P A G Si P1 N n1 P G P2 n2 G A K K b. Simbol Gambar 4.4 . Simbol SCR c. Rangkaian pengganti A P1 N1 P2 G P2 N1 Q N2 K Gambar 4.5 Rangkaian pengganti SCR d. Prinsip kerja Apabila anoda dihubungkan dengan positif dan katoda dengan negatif maka antara anoda dan katoda tetaplah merupakan suatu rangkaian yang terputus tetapi SCR akan menghantar kalau pada gate diberi arus/tegangan (menyulut SCR). Besarnya arus atau tegangan picu yang diperlukan untuk menghidupkan SCR yaitu antara 2 s/d 4 V atau dengan arus 10 s/d 50 mA. Sekali saja SCR tersulut maka arus akan mengalir terus (tetap menghantar) dan SCR akan tetap menghantar apabila : ? tegangan anoda tidak jatuh ke nol. ? tegangan anoda tidak berubah polaritas. ? katoda tidak tertukar polaritas. ? kuat arus tidak menuju harga minimum (arus genggam). 74 Elektronika Daya SCR akan berhenti menghantar kalau rangkaian terputus dan akan menghantar kembali jika disulut lagi. e. Karakteristik SCR I Forward Arus hantaran tinggi Arus genggan Tegangan tembus reverse Arus reverse 0 Arus bandangan terbalik E (V) Tegangan tembus forward I Reverse Gambar 4.6 Lengkung Karakteristik SCR Beberapa kelebihan SCR adalah : f. ? Sebagai saklar tidak lekas aus ? Kecepatan menuju keadaan on dan off sangat tinggi ? Tidak menimbulkan bunga api. Contoh Pemakaian SCR Salah satu pemakaian SCR adalah pada rangkaian alarm anti pencuri sebagai berikut : 75 Elektronika Daya +12 V S2 BEL 12v/15 mW 1K A S1 G K - Gambar 4.7 Rangkaian simulasi alarm anti pencuri Cara Kerja: Saklar S2 rangkaian pada kondisi siap (stand by), S1 merupakan saklar yang dapat ditempatkan di pintu atau di jendela. Jika ada yang membuka pintu atau jendela dengan paksa maka saklar akan menbuka, Gate SCR mendapat bias dari sumber tegangan lewat R = 1 K, selanjutnya SCR akan ON dan bel berbunyi. Untuk mematikan bel, S2 harus diputuskan (off) sampai rangkaian difungsikan (pintu ditutup) kembali. Dioda berfungsi sebagai pengaman, karena bebannya induktif. Tanpa dioda dikhawatirkan tegangan induksi yang timbul saat SCR tiba-tiba off atau sumber tegangan diputuskan karena dapat merusak SCR. 3. SCS (SILICON CONTROLLED SWITCH) Komponen SCS konstruksinya sama dengan SCR. SCS mempunyai dua terminal gate, yaitu gate anoda dan gate katoda. SCS dapat dihidupkan dan dimatikan dari dua terminal gate tersebut. Berbeda dengan SCR yang hanya bisa dihidupkan dan dimatikan dari terminal gatenya saja. Secara umum SCS bekerja pada daya yang lebih rendah dibanding SCR 76 Elektronika Daya Anoda (A) Gate Katoda (GK) Gate Anoda (GA) Katoda(K) Gambar 4.8 Simbol SCS Prinsip kerja SCS dapat dijelaskan dari rangkaian ekivalen transistornya sebagai berikut : +V +V RA RA A Q1 GA on Gk Q2 A Q1 Off Gk - GA + I=0 Q2 Off on K (a) K (b) Gambar 4.9 Operasi SCS (a) Kondisi ON (GK pulsa positif dan GA pulsa negatif) (b) Kondisi Off (GK pulsa negatif dan GA pulsa positif) Prinsip kerja SCS sama dengan menghidupkan SCR dan dioda shockley. Mula-mula diasumsikan Q1 dan Q2 dalam keadaan off, dalam kondisi ini SCS tidak menghantar. Sebuah pulsa positif pada gate katoda akan mengendalikan Q2 menuju 77 Elektronika Daya menghantar, karena dapat memberikan arus pada Q1. Ketika Q1 on arus kolektornya mengalir ke basis mengendalikan Q2, karenanya SCS akan tetap menghantar. SCS dapat pula dihidupkan dengan pulsa negatif yang diumpankan pada gate anoda. Sekali SCS tersulut maka akan terus menghantar. Untuk mematikan SCS adalah dengan memberikan sebuah pulsa positif pada gate anodanya. SCS secara khusus mempunyai waktu putus lebih cepat dibanding SCR. DIACS a. Dasar Pembentukan Diacs Diacs adalah salah satu jenis dari bi-directional thyristor. Rangkaian ekivalen Diacs adalah merupakan dua buah dioda empat lapis yang disusun berlawanan arah dan dapat dianggap sebagai susunan dua buah latch. DIACS singkatan dari Diode Alternating Current Switch. Namun secara umum DIACS hanya disebut dengan DIAC, komponen ini paling sering digunakan untuk menyulut Triac. Bentuk konstruksi dan simbol Diac adalah seperti gambar 55 berikut ini: N D1 P P N N 4. P P D2 N (a) (b) Gambar 410 Konstruksi Diac (a) Konstruksi dasar (b) Simbol 78 Elektronika Daya b. Sifat Dasar dan Karakteristik Diac Diac yang tersusun dari dua buah dioda empat lapis dengan bahan silikon memungkinkan bekerja pada tegangan tinggi dan arus yang sebatas kemampuannya. Namun Diac perlu mendapat perhatian khusus karena setelah mencapai tegangan patah simetris arah maju (VBRf) tertentu, kemudian tegangan dengan sendirinya turun tapi arus patah arah maju (IBRF) tiba-tiba naik secara tajam. Konstruksi Diac terdiri dari dua simbol dioda yang tersambung secara anti parelel, maka diac dapat dipergunakan pada rangkaian AC. Dalam pengoperasiannya sesuai dengan pabrik pembuat komponennya, diac mempunyai beberapa harga batas yang sangat penting bagi pemakai dalam merencanakan sebuah rangkaian. Untuk mencari harga batas tersebut dapat dilihat dalam tabel dan kurva karakteristiknya. Karena Diac adalah salah satu komponen elektronika yang dapat menghantar dengan arah bolak balik , maka karakteristiknyapun akan berbentuk kurva yang dalam keadaan forward maupun reverse kurvanya sama. Karakteristiknya seperti ditunjukkan pada gambar 56 berikut ini: IF VR I(BR)F V(BR)R VF I(BR)R V(BR)F IR Gambar 4.11 Kurva karakteristik Diac Dari kurva di atas dapat dilihat : VF artinya tegangan arah maju Diac VR artinya tegangan tegangan mundur Diac V(BR)F atau VBR F artinya tegangan patah simetris arah maju V(BR)R atau VBRR artinya tegangan patah simetris arah mundur I(BR)F atau I BR F artinya arus patah arah maju I(BR)R atau I BRRn artinya arus patah arah mundur 79 Elektronika Daya Berikut ini adalah contoh tabel Diac A 9903 Ptot (Daya total) 150 mW Imax (arus maksimal) 1A VBRF, VBRR 28 s/d 36 V IBRF, IBRR 0,4 s/d 1,0 mA c. Prinsip kerja Diac Prinsip Diac tak ubahnya seperti saklar bolak-balik, yaitu bergantian forward dan reverse apabila diberi tegangan arus bolak-balik. Prinsip kerjanya dapat dilihat pada gambar 57 berikut ini: A A Vi Vi S1 S2 B B (a) (b) Gambar 4.12 Skema Pengganti Diac Apabila titik A pada keadaan forward bias, maka saklar S1 ON, sedangkan saklar S2 OFF atau sebaliknya jika titik B pada keadaan forward bias, maka saklar S2 ON dan saklar S1 OFF (terbuka). Dengan demikan seterusnya kerja Diac seolah-olah merupakan saklar arus bolak-balik. Dalam keadaan forward menghantar (ON) dan dalam keadaan reverse juga menghantar . 5. TRIAC 80 Elektronika Daya TRIAC singkatan dari triode alternating current swith, artinya saklar triode arus bolak balik. Triac merupakan dua SCR yang dipasang secara anti paralel dan diberi satu elektroda yang disebut gate . Penggunaan Triac akan lebih menguntungkan dibanding SCR, karena SCR hanya dapat menghantarkan arus ke satu arah saja, sedangkan Triac secara dua arah. Simbol dan konfigurasi sebuah Triac dapat dilihat pada gambar 58 berikut ini : A A G K (a) N P P N N P P N G K (b) Gambar 4.13 Simbol dan konfigurasi Triac (a) Simbol (b) Konfigurasi a. Karakteristik Triac Triac dapt dipandang sebagai SCR yang simetris, karena kurva karakteristiknya tidak ada perbedaan antara karakteristik maju dan karakteristik terbalik. 81 Elektronika Daya + Ia karakteristik maju Ig = 2V 1V 0V - VAK 0 + VAK Ig = 2V 1V 0V Karakteristik terbalik - Ia Gambar 4.14 Karakteristik Triac Bila diperhatikan gambar 4.14 terlihat bahwa karakteristik maju dan karakteristik terbalik triac tidak ada perbedaan. Tegangan tembus (break over) dapat diatur dengan mengatur arus gate seperti halnya pada SCR. Jadi arus triac akan mengalir dengan mengatur arus gatenya. b. Contoh penggunaan Triac Contoh penggunaan Triac adalah sebagai peredup lampu penerangan. Dengan rangkaian seperti gambar 60 berikut ini, kita akan dapat meredupkan lampu penerangan, mengatur kecepatan bor listrik, mengatur alat dapur dan sebagainya. Untuk keperluan yang hanya sebentar misalnya guna pengaturan kecepatan bor, triac tidak perlu dipasang pada penghantar panas. Tetapi kalau hendak dipakai secara terus-menerus(misalnya pengatur terangnya lampu) maka penghantar panas diperlukan. Deret R3-C3 diperlukan untuk mencegah terganggunya pesawat-pesawat radio atau televisi, kalau potensio P sedang diputar-putar. 82 Elektronika Daya L R1 10K 220 P 50-200K R3 220 R2 10K C1 100nF C2 100nF C3 220nF Gambar 4.15 Rangkaian peredup lampu penerangan dengan Triac 6. UJT (Uni Junction Transistor) Uni Junction Transistor (UJT) merupakan komponen semikonduktor yang terdiri atas hubungan PN. Tipe P dihubungkan dengan Emitor, sedangkan tipe N membentuk Basis B1 dan B2. Komponen ini dikenal dengan nama “Dioda Dua Basis”. Bahan dasar terbuat dari silikon. Gambar 61(a) menunjukkan susunan dasar UJT. Kira-kira di tengah batang silikon (materi tipe N) terdapatlah materi tipe P, ini akan bekerja sebagai emitor E, jadi pada tabung tersebut terdapat junction PN. Rangkaian pengganti susunan dasar UJT terdapat pada gambar 61 berikut ini : 83 Elektronika Daya B2 B2 B2 RB2 E E E RB1 N P B1 B1 B1 (b) (a) (c) Gambar 4.16. Susunan dasar UJT (a) Susunan dasar (b) Rangkaian ekivalen (c) Simbol a. Sifat Dasar UJT Transistor jenis ini dapat dipandang sebagai suatu pembagi tegangan yang terdiri dari dua buah tahanan berderet yaitu RB1 dan RB2. Adapun pertemuan antara PN bekerja sebagai dioda. Dioda akan menghantar/konduksi bila diberi tegangan bias maju. (Forward Bias) , sebaliknya dioda tidak akan menghantar bila diberi tegangan mundur (Reverse Bias). b. Karakteristik UJT UJT hanya mempunyai satu junction PN, sehingga krakteristik dari komponen ini sangat berbeda dengan komponen yang lain, seperti gambar 62 berikut ini: VE (V) Ip Vp titik puncak (peak point) cut off tahanan negatif titik lembah (Valley point) saturasi(jenuh) Vv Iv IE (mA) Gambar 4.17 Karakteristik UJT 84 Elektronika Daya Dari Gambar 62, karakteristik UJT tersebut adalah: 1) Di titik puncak (peak point) Vp dan titik lembah (valley point Vv, lengkung karakteristik mempunyai kelandaian (slope) = 0. Artinya di titik ini lengkung tidak naik dan juga tidak tidak turun. 2) Dalam daerah di kiri Vp, tidak mengalir arus emitor IE, sebab antara emitor dan basis 1 ada tegangan muka terbalik (riverse bias). Daerah di kiri Vp ini dinamai daerah sumbat. 3) Dalam daerah di kanan Vp ada arus emitor, sebab antara emitor dan basis 1 ada tegangan muka maju (forward bias). 4) Di antara titik-titik Vp dan Vv, kenaikan arus IE menyebabkan turunnya tegangan VE. Ini berati bahwa dalam daerah ini terdapat perlawanan negatif (tahanan negatif). 5) Setelah melewati titik lembah Vv, kenaikan IE dibarengi dengan kenaikan VE. Daerah ini dimakan daerah jenuh (saturasi). 6) Dalam hal ini Vp ditentukan oleh: a) Tegangan antara B1 - B2 . b) Tegangan muka maju (forward bias) di antara emitor dan basis B1 atau tegangan pada dioda. c. Prinsip Kerja UJT Prinsif kerja UJT tidak lain sebagai saklar input dari jenis transisitor, ini diambil dari Emitor yang mempunyai tahanan. Tahanan ini mempunyai nilai yang cepat menurun jika tegangan input naik sampai level tertentu. Rangkaian ekivalennya dapat dilihat pada gambar 63 berikut ini: 85 Elektronika Daya B2 IB2 RB2 RE Ico - VB1,B2 = 9V + IE VB1 + E = 1V VE RB1 B1 Gambar 4.18 . Rangkaian ekivalen UJT Cara Kerja UJT 1) Tahanan antara emitor dengan basis 1 yaitu RB1 dan antara emitor dengan basis 2 adalah RB2. Jumlah kedua tahanan ini disebut tahanan antar basis (interbase resistant) RBB. RBB = RB1 + RB2 R1B > RB2 Nilai dari RB1 berbanding terbalik terhadap arus emiter IE, sehingga dipasang resistor variabel. 2) RB1 dan RB2 merupakan pembagi tegangan, sehingga tegangan pada RB1 adalah : VRB1 = RB1 / RBB x VBB 3) Antara terminal-terminal B1-B2 diberi tegangan VB 1 B2 = 9 Volt. Maka terjadilah pembagian tegangan anatara RB1 dan RB2. Seperti gambar 63, cara kerjanya adalah sebagai berikut: 1) Mula-mula tegangan catu pada emiter sama dengan nol, maka dioda emiter berada dalam keadaan Reverse bias. Bila tegangan ini diperbesar maka VE akan ikut bertambah besar, tetapi emiter tidak akan menghantar sebelum VE >VB1 + Vk.( Vk = Knee Voltage dari Dioda tersebut). 2) Setelah VE > VB1 + Vk, maka dioda dalam keadaan Forward bias dan mulai menghantar. Oleh kerena daerah P mendapat doping yang berat, sedangkan daerah N mendapat doping yang ringan, maka pada saat forward bias banyak hole dari daerah P ini yang tidak dapat berkombinasi dengan elektron bebas dari daerah N 86 Elektronika Daya 3). Hole-hole tersebut akan merupakan suatum pembawa muatan positif pada daerah basis 1` (B1) terjadi hubung singkat. 4). Dari sini jelas bahwa Emitor pada UJT berfungsi sebagai saklar dan saklar ini akan tetap tinggal tertutup selama arus Emitor masih lebih besar dari suatu harga tertentu yang disebut "Valley Curent”. 4. PUT (Programmable Unijunction Transistor) PUT adalah Uni Junction Transistor yang diprogram. Programmable Unijuntion Transistor berguna dalam pembuatan osilator dengan tegangan yang dapat di kendalikan A G P Gate N P N K Konstruksi Dasar PUT Simbol PUT . Gambar 4.19 Konstruksi dasar dan Simbol PUT Gerbang ini selalu dipanjar positif terhadap katodanya. Bila anoda mendapat tegangan gerbang sekitar 0,7 volt maka junction PN menjadi forward bias dan PUT menjadi on, sedang bila tegangan anodanya jatuh dibawah level ini maka PUT menjadi off. a. Prinsip Kerja dan Karakteristik PUT Gerbang ini dapat dipanjar sesuai tegangan yang diperlukan dengan memakai memakai pembagi tegangan, bila tegangan anodanya mencapai level yang telah diprogramkan ini, maka PUT akan on. 87 Elektronika Daya V-AK +V Sumber AC Vp R2 R1 A Vin G Vv R3 K Ip (a) Iv IA (b) Gambar 4.20 (a) Contoh rangkaian panjar PUT (b) Kurva karakteristik PUT Karakteristik dari PUT ini sama seperti UJT sehingga PUT dapat dipakai sebagai pengganti UJT. Salah satu sirkitnya adalah sbb : +18V R1 500K R1 R2 10K VA Vg 0,7V A G C 0,2uF K Vg=+9V R3 10K t Vk R4 20Ohm (a) t (b) Gambar 4.21 . Rangkaian UJT (a) Rangkaian (b) Bentuk Output Prinsip kerjanya sebagai berikut: Gerbangnya dipanjar pada tegangan + 9 V dengan menggunakan pembagi tegangan R2 dan R3. Apabila sumber Dc dihubungkan, PUT masih dalam keadaan off dan kapasitor mengisi muatan sampai + 18 volt melalui R1. Apabila tegangan kapasitor sudah mencapai nilai VG + 0,7 volt maka PUT konduksi (On) dan kapasitor akan 88 Elektronika Daya mengosongkan muatan dengan cepat melalui tahanan dari PUT yang rendah terus ke R4 selama pengosongan ini. Kejadian ini akan berulang sesuai waktu pengisian dan pengosongan kapasitor. Latihan 6 Jawablah pertanyaan berikut ini dengan tepat dan jelas: 1. Batas tegangan sebuah dioda shockley mulai menghantar disebut dengan tegangan ..... 2. Salah satu penggunaan dioda shockley adalah pada rangkaian ..... 3. Sebutkan terminal (elektroda-elektroda) yang terdapat pada SCR. 4. SCR akan tetap menghantar apabila gatenya mendapat tegangan (tersulut), tetapi akan off (tidak menghantar) kembali apabila ..... 5. Sebutkan terminal-terminal pada komponen SCS. 6. Dioda hanya dapat dipergunakan pada rangkaian DC, tetapi DIAC dapai dipergunakan pada rangkaian ..... 7. Keuntungan penggunaan TRIAC dibandingkan SCR adalah ..... 8. Sebutkan salah satu penggunaan PUT. EVALUASI 1. Bahan dasar yang digunakan untuk pembuatan komponen semikonduktor adalah............. 2. Semikonduktor Tipe P didapatkan dengan mendoping bahan dasar Germanium (Ge) dan Silikon (Si) dengan unsur bahan atom bermuatan +3, seperti........... 3. Elektron valensi dari Germanium dan Silikon adalah................ 4. Tegangan muka (bias) terbagi dua macam, yaitu................... 5. Sebuah dioda apabila inputnya diberi tegangan AC, maka outputnya akan berbentuk tegangan........... 6. Besar VBE untuk transistor Silikon adalah ...............Volt. 7. Pemberian tegangan panjar pada transistor tipe NPN, kolektor diberi panjar............ 8. Beta (? ) sebuah transistor merupakan perbandingan arus kolektor terhadap............ 9. JFET mempunyai tiga buah elektroda (terminal) yaitu.............. 89 Elektronika Daya 10. Pemberian panjar pada JFET kanal N, terminal Source (S) mendapat polaritas............. terhadap Drain (D) 11. DE MOSFET dapat beroperasi dengan memberikan tegangan gate positif maupun negatif, sedangkan E MOSFET hanya beroperasi apabila gate mendapat tegangan........ 12. SCR akan menghantar apabila Tegangan Anoda lebih positif dari Katoda, dan Gate mendapat tegangan lebih.......................dari Katoda dan lebih............ dari Anoda. 13. SCR hanya mempunyai tiga terminal, sedangkan SCS mempunyai empat terminal yaitu.... 14. Sebuah dioda penyearah akan menghantar bila mendapat forward bias, tetapi Diac akan tetap menghantar dalam keadaan........................... 15. Sebuah komponen UJT akan bekerja apabila Basis 1 (B1) lebih positif Basis 2 (B2) dan tegangan pada Emitor (E) lebih......................dari (B1). Kunci jawaban Latihan 1 1. Orbit luar dari atom silikon dan germanium terdiri dari empat elaktron (bervalensi 4). 2. Pertemuan daerah semikonduktor tipe-P dan tipe-N. 3. Tegangan panjar yang diberikan pada dioda. 4. I forward (mA) 0 V forward (V) 5. a. Dengan tanda (garis) pada ujung badan dioda tersebut. b. Dengan menggunakan Ohmmeter. Latihan 2 90 Elektronika Daya 1. Melewatkan setengah siklus positif saja. 2. Sebagai filter untuk meratakan gelombang output. 3. Center Tap (CT). 4. Membuang tegangan sinyal di atas atau di bawah level tegangan tertentu. 5. Mendorong sinyal ke atas atau ke bawah level 0 Volt. Latihan 3 1. E 2. A 3. D 4. C 5. C Latihan 4 1. (a) P N P N (b) P N 2. Emitor, Kolektor, dan Basis 3. C a. NPN C b. PNP B E B E 4. a. NPN : memberi tegangan muka maju, positip batery pada Basis dan negatif batery pada Emitor. Memberi tegangan muka terbalik, positif batery pada Kolektor dan kutup negatif batery pada Basis. b. PNP : memberi tegangan muka maju, positif batery pada Emitor dan negatif batery pada Basis Memberi tagangan muka terbalik, positif batery pada Basis dan negatif pada Kolektor. 5. Titik operasi sebuah transistor dalam keadaan aktif. Latihan 5 1. Pengaturan arus dengan medan listrik 2. DE MOSFET dan E MOSFET 91 Elektronika Daya 3. Positif dan negatif. 4. JFET kanal P dan kanal N 5. a. Bekerja berdasarkan aliran pembawa muatan mayoritas saja. b. Relatif lebih tahan terhadap radiasi. c. Mempunyai stabilitas thermis yang baik. Latihan 6 1. Tegangan patah simetris (breakover) arah maju (forward-breakover). 2. Rangkaian oscilator relaksasi. 3. Anoda (A), Katoda (K), dan Gate(G). 4. a. Tegangan Anoda jatuh ke nol. b. Tegangan Anoda berubah polaritas c. Tegangan Katoda berubah polaritas. d. Kuat arus mencapai harga minimum. 5. Anoda(A), Katoda(K), Gate 1(G1), dan Gate 2(G2). 6. Rangkaian DC dan AC. 7. SCR hanya dapat menghantarkan arus ke satu arah saja, sedangkan TRIAC sesara dua arah. 8. Pembuatan osilator dengan tegangan yang dapat dikendalikan. Kunci Jawaban Evaluasi 1. Silikon dan Germanium. 2. Indium 3. 4 buah 4. Forward bias dan Reverse bias. 5. Tegangan DC 6. 0,7 Volt 7. Positif 8. Arus Basis 9. Drain (D), Source (S), dan Gate (G). 92 Elektronika Daya 10. Negatif 11. Positif 12. Positif dari Katoda dan Negatif dari Anoda 13. Anoda (A), katoda (K). Gate1(G1), gate 2 (G2) 14. Forward dan Reverse. 15. Positif. 93 Elektronika Daya KEGIATAN BELAJAR 5 PENGATURAN MOTOR DC DAN AC a. Tujuan Kegiatan Belajar Setelah mempelajari materi ini, siswa dapat : 1. Menyebutkan beberapa metoda pengaturan kecepatan motor. 2. Menyelesaikan persoalan-persoalan matematik untuk pengaturan kecepatan motor. 3. Memberikan contoh penggunaan sistem pengaturan motor DC dan AC. b. Uraian Materi Pengaturan kecepatan motor DC atau AC sangat berperan dalam keperluan proses industri. Pada proses industri biasanya merupakan suatu sistem yang mana besaranbesaran energi seperti listrik, elektronika, pneumatik dan mekanik merupakan satu kesatuan yang biasanya tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain. Pengaturan kecepatan motor DC mempunyai karakteristik kopel kecepatan yang sangat menguntungkan dibandingkan dengan motor-motor lainnya. Telah diketahui bahwa untuk motor arus searah ( DC ) dapat diturunkan rumus sebagai berikut : Ea = C . n .f Ea = Vt – Ia.Ra N = ( Vt – Ia . Ra ) / C . f Kecepatan ( n ) dapat diatur dengan mengubah-ubah Ra dan Vt Ea = Tegangan Induksi F = Flux / total N = Putaran ( rpm ) C = ( Pa ) x ( 2 / 60 ) = konstanta A = Jalan paralel konduktor jangkar 94 Elektronika Daya Z = Jumlah konduktor jangkar Pengaturan kecepatan dapat dilakukan sebagai berikut : 1. Pengaturan kecepatan dengan mengatur medan shunt (f ) 2. Pengaturan kecepatan dengan mengatur Ra 3. Pengaturan kecepatan dengan mengatur Vt Pengaturan kecepatan motor arus searah ( DC ) akan lebih sempurna bila menggunakan thyristor dengan hubungan rangkaian tertentu dapat menghasilkan tegangan searah. Tegangan searah ini diatur dengan mengatur putaran dan kopel motor arus searah. Bila sumber tegangan arus searah dilakukan dengan sistem chopper, pengaturan sistem chopper tidak mengakibatkan rugi daya. VARIABLE DC FIXED DC CHOPPER REGULATOR FILTER FIXED AC TRANSFORMER TRANSFORMER FIXED DC RECTIFIER FIXED AC LOAD DC MOTOR VARIABLE DC CHOPPER REGULATOR FILTER DC MOTOR LOAD FILTER DC MOTOR LOAD VARIABLE DC CONTROLLED RECTIFIER CHOPPER REGULATOR FIXED AC AC 1 PHASE OR 3 PHASE VARIABLE DC TRANSFORMER FORCED COMMUTATED CONVERTER FILTER LOAD Gambar 5.1 Diagram blok pengatur kecepatan motor DC 95 Elektronika Daya Gambar skema diatas menunjukkan pengaturan kecepatan motor DC dari sumber AC dan DC. Pada gambar tersebut diperlihatkan perbedaannya. Model pada motor DC diperlihatkan pada gambar berikut ini La Ra If VDC Rf Eb Lf T W Gambar 5.2 Model motor DC Ra = Tahanan Jangkar La = Induksi Jangkar Rf = Tahanan Medan Lf = Induktansi Medan Persamaan dasar untuk mesin DC kecepatan dan torsi Eb / Kb . f W = T= Kt . f . Ia Dimana W = Kecepatan motor dalam radial / detik Eb = Tegangan Medan balik dari motor Kb = Kecepatan Konstanta Motor F = Flux pada mesin T= Torsi yang dibangkitkan oleh motor Kt = Torsi konstanta Ia = Arus janbgkar 96 Elektronika Daya Eb = Vdc – Ia. Ra Vdc = Tegangan catu pada motor Ra = Tahanan Jangkar Kecepatan motor DC ( ? ) adalah fungsi tegangfan emf balik ( Eb ), konstanta motor ( Kb ) dan Flux ( Rf ), sedangkan torsi yang dibangkitkan oleh motor fungsi dari torsi konstant, flux dan arus jangkar pada motor. Jadi kecepatan motor DC dapat bervariasi dari nilai kecepatan 0 sampai maksimum Tegangan keluaran dalam arus medan Jika tegangan keluaran harmoniknya diabaikan, maka untuk penyearah 3 fasa gelombang penuh dengan kelambatan sudut a tegangan medan ( Ef ) diperlihatkan oleh persamaan : Ef = 3 Em / p .cos a Arus medan If = 3 Em / p . Rf. Cos a Tegangan output dalam rangkaian jangkar Jika SCR digunakan sebagai penyearah fasa terkontrol untuk rangkaian jangkar, tegangan output dapat bervariasi tergantung pada sudut penyalaan SCR. Tegangan jangkar Ea = 3 Em / p. cos a Torsi yang dibangkitkan oleh motor diberikan oleh persamaan : Tm = Km . If . Ia Arus jangkar Ia diberikan oleh Ia = Ea – K . f . It . ? / Ra c. Tugas 1 1. Sebutkan 3 cara pengaturan kecepatan motor DC 97 Elektronika Daya d. Tes formatif 1 Suatu motor DC yang dikontrol oleh rangkaian jembatan 1 fasa gelombang penuh dengan kecepatan 20 hp, 460 V, 1000 rpm. Arus jangkar motor 35 ampere dan tahanan jangkar = 15 Ohm Tegangan catu AC = 480 V. Emf balik motor konstan adalah Kb. f = 0,45 V / rpm. Arus motor terus menerus tanpa kerutan. Operasi penyearah ( mesin DC digunakan sebagai motor ) Hitunglah torsi f. Kunci jawaban tes formatif 1 Kb. f = 0,45 V / rpm 0,45 x 60 / 2 V sec / rad = 4,297 V sec / rad T = Kb . . Ia = 4,297 x 35 = 150,4 NM 98 Elektronika Daya KEGIATAN BELAJAR 6 PENGENALAN CONVERTER DAN INVERTER a. Tujuan Kegiatan Belajar Setelah mempelajari materi ini, siswa dapat : 1. Membuat diagram blok AC to DC converter. 2. Memberikan contoh penggunaan DC to AC converter b. Uraian Materi Power elektronik ( elektronika daya ) sangat ideal untuk pengaturan daya besar. Penggunaan elektronika daya dimulai dari tabung, thyratron daya besar, pengapian dan penyearah mercury. Elektronika daya sangat penting dalam pengaturan daya besar. Komponen yang banyak digunakan dalam elektronika daya adalah SCR, dengan pengembangan semikonduktor sebagai sakelar yang dipakai dalam pengaturan daya AC dan DC. Modulasi daya dari 10 watt s/d 100 Mega Watt AC to DC Converter SCR banyak digunakan untuk penyearah terkendali tegangan variable DC dan suatu tegangan AC konstan dan sumber frekwensi. Perhatikan gambar berikut ini. e = Em sin wt SCR1 AC RL SCR2 Gambar 6.1 Rangkaian pengatur full wave 99 Elektronika Daya AC INPUT T.W SCR PHASE RECTIFIER C DC MOTOR BEBAN VDC CONTROL LOGIC TRIGGER TRANSFORMER VELOCITY Gambar 6.2 Diagram blok pengatur kecepatan motor DC Tegangan beban diekspresikan sebagai : Ed = Em / p ( 1 + cos a ) Tegangan keluaran DC adalah fungsi dari kelambatan sudut Ed = 0 untuk a = 130 derajat Tegangan variable DC penyearah pengatur fasa digunakan untuk pengaturan kecepatan motor DC DC to AC Converter Pembalik DC ke AC dipergunakan untuk merubah tegangan input. 1. Tegangan batere DC atau frekwensi variable dari tegangan AC ( satu phasa atau tiga phasa ) 2. Tegangan input AC disearahkan menjadi DC kemudian dibalikan ke satu phasa atau 3 phasa atau tegangan keluaran dengan frekwensi variable Penggunaan pembalik sebagai berikut : 1. Pembangkit frekwensi 60 Hz tegangan AC tertentu dari sumber tegangan DC seperti pembangkit Solar, Batere dan Daya Angin. 100 Elektronika Daya 2. Pengatur kecepatan motor 3 fasa atau motor sinkron 3. Uninterrupted Power Supply Sistem ( UPS ) 4. Panas Induksi 5. Power Supply Standby Berikut ini perhatikanlah skema pengaturan kecepatan motor induksi dan diagram blok UPS. TEGANGAN 3 FASA TEGANGAN DC VARIABLE PHASE CONTROL RECTIFIER VARIABLE FREQUENCY THREE PHASE INVERTER FILTER CONTROL LOGIC TRIGGER MOTOR INDUKSI BEBAN TRANDUSER KECEPATAN Gambar 6.3 Skema pengaturan kecepatan Motor induksi AC 60 HZ RECTIFIER & CHARGER DC FILTER INVERTER 400 HZ OUTPUT BATTERY Gambar 6.4 Diagram Blok UPS 101 Elektronika Daya c. Tugas 1 1. Buatlah rangkaian converter AC ke DC dan jelaskan cara kerjanya 2. Buatlah rangkaian salah satu penggunaan DC to AC converter d. Tes formatif 1 Suatu converter AC ke DC seperti gambar 6.1. Diketahui Em = 220V cos a Berapa tegangan yang disearahkan pada beban ? e. Kunci jawaban tes formatif 1 Ed = 220 / p ( 1 + cos 0 ) volt = 220/3,14 ( 1 + 1 ) = 140,12 Volt Jadi tegangan searah yang diberikan pada beban = 140,12 Volt 102 Elektronika Daya III. EVALUASI A. MATRIX METODE PENILAIAN UNTUK SETIAP ELEMEN KOMPETENSI a. Alternative soal penilaian KUK Metode 1.1 1.2 1.3 1.4 v v v v v v v v v v v v Wawancara Tertulis Praktek b. Fix ( setelah dikonfirmasikan dengan siswa dan disetujui ) KUK 1.1 Metode 1.2 1.3 1.4 Wawancara Tertulis Praktek Siswa Guru Assesor …………………… B. …………………… MATRIX ALAT UKUR / SOAL KUK 1.1 1.2 1.3 1.4 Jumlah Wawancara 1 1 1 1 4 Jumlah total Waktu 2’ 1’ 2’ 2’ 7’ Tertulis 1 1 1 1 4 Waktu 2’ 4’ 3’ 4’ 13’ Praktek 1 1 1 1 4 Waktu 10’ 20’ 40’ 30’ 100’ 100 ‘ 103 Elektronika Daya C. ALUR PELAKSANAAN ASSESMENT ? ? Yes Competent Not yet Competent ? ? Kritik Saran ? ? ? Interview Tes tertulis Praktek ? ? ? ? Data kandidat Tempat Waktu Bahan/Alat PEMETAAN HASIL KAJI ULANG PELAKSANAAN FEED-BACK PERSIAPAN 104 Elektronika Daya D. ALUR PELAKSANAAN TES SOAL SOAL SOAL KAN DI DAT TERTULIS JAWABAN WAWANCARA JAWABAN PRAKTEK JAWABAN 105 Elektronika Daya E. INTERVIEW TEST ( TES METODE WAWANCARA ) Nama siswa : ………………………………. Tanggal : ………………………………. Beri tanda ( v ) pada kolom “ Yes “ atau “ No “ dari pertanyaan- pertanyaan yang dijawab oleh kandidat No. Pertanyaan Yes 1. Komponen apa yang digunakan untuk merubah tegangan AC menjadi tegangan DC 2. Apa yang dilakukan untuk mengetahui polaritas dioda ? 3. Apa fungsi dari Multimeter ? 4. Apa arti “ A” ( Anoda ) dan “ K “ ( Katoda ) ? No Ket. Hasil : Catatan : Guru Assesor Siswa …………………. ………………………. 106 Elektronika Daya F. WRITEN TEST ( TES METODE TERTULIS ) Nama kandidat : ………………………………... Tanggal : ……………………………….. Jawablah pertanyaan-pertanyaan dibawah ini dengan singkat dan benar ? ? ? 4. Jelaskan dengan perkataan sendiri apa itu dioda …………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………. Apa yang harus diperhatikan untuk keselamatan kerja pada saat menyolder dioda …………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………. Alat ukur apa yang sesuai digunakan untuk mengetes dioda …………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………. Apa yang terjadi bila terjadi kesalahan pemasangan polaritas power supply pada dioda …………………………………………………………………………. …………………………………………………………………………. Hasil : Catatan guru asesor : Guru assessor Siswa ………………… ………………….. 107 Elektronika Daya G. PRAKTEK Mengecek dan memasang Komponen –komponen penyearah gelombang penuh pada PCB Nama : …………………………….. Tanggal : …………………………….. TUGAS Lakukan pengecekan dan pemasangan komponen-komponen penyearah gelombang penuh pada PCB dengan benar dan aman dibawah ini. 1. Siapkan peralatan - peralatan 2. Siapkan komponen - komponen ? Siapkan sirkit lengkap penyearah gelombang penuh, pilih komponen diod, trafo, dioda dan kondensator Pasanglah sesuai dengan ukuran lubang pada PCB ? Pasang komponen dioda pada PCB 108 Elektronika Daya H. PRACTICAL CHECK LIST TUGAS : MENGIDENTIFIKASI KOMPONEN DAN PERALATAN PENYEARAH GELOMBANG PENUH PADA PCB Nama : …………………………... Tanggal : …………………………... Beri tanda ( v ) pada kolom “ Yes “ atau “ No “ dari pertanyaanpertanyaan yang dijawab oleh siswa No. Pertanyaan Yes 1. Memeriksa gambar kerja /sirkit 2. Memeriksa jenis, dan kondisi fisikal dan jumlah komponen yang diperlukan 3. Memeriksa kondisi fisik dan jangkauan ukur multimeter 4. Memeriksa alat tangan untuk melipat kaki komponen ( pinset ) 5. Memeriksa PCB, layout jalurnya dan lubang untuk komponen-komponen No Ket. Hasil : Guru assessor ……………………. Siswa …………………. 109 Elektronika Daya I. PRACTICAL CHECK LIST TUGAS : MENGECEK KOMPONEN DAN PERALATAN PENYEARAH GELOMBANG PENUH Nama : ……………….. Tanggal : ………………….. Beri tanda ( v ) pada kolom “ Yes “ atau “ No “ dari pertanyaanpertanyaan yang dijawab oleh kandidat No. Pertanyaan Yes 1. Mengecek trafo, dioda dan kapasitor secara fisikal 2. Mengecek komponen-komponen menggunakan multimeter dengan benar 3. Mengecek alat tangan untuk melipat kaki komponen ( pinset ) 4. Mengecek PCB, layout jalurnya dan lubang untuk komponen-komponen dengan multimeter No Ket. Hasil : Guru assessor ……………………. Siswa …………………. 110 Elektronika Daya J. PRACTICAL CHECKLIST TUGAS : MENYIAPKAN KAKI-KAKI KOMPONEN SESUAI DENGAN UKURAN LUBANG PADA PCB Nama : ……………….. Tanggal : ………………….. Beri tanda ( v ) pada kolom “ Yes “ atau “ No “ dari pertanyaanpertanyaan yang dijawab oleh kandidat No. Pertanyaan Yes 1. Melipat kaki-kaki komponen diuoda dan transistor denngan pinset membentuk sudut 90 derajat 2. Menyiapkan keseuaian lubang pada PCB dengan besarnya kaki-kaki komponen No Ket. Hasil : Guru assessor ……………………. Siswa …………………. 111 Elektronika Daya K. PRACTICAL CHECKLIST TUGAS : MEMASANG KOMPONEN PADA PCB Nama Tanggal : : …………………………….. …………………………….. Beri tanda ( v ) pada kolom “ Yes “ atau “ No “ dari pertanyaanpertanyaan yang dijawab oleh kandidat No. Pertanyaan Yes 1. Memasang dioda pada lubang di PCB 2. Memasang dioda pada lubang PCB dengan polaritas + dan _ nya tidak terbalik 3. Memasang kondensator pada PCB dengan posisi yang benar dan aman No Ket. Hasil : Guru assessor Siswa ……………………. L. …………………. PENGECEKAN DAN PEMASANGAN KOMPONEN KOMPONEN DAN PERALATAN UNTUK PENYEARAH GELOMBANG PENUH PADA PCB Nama : ………………………... Tanggal : …………………….….. CATATAN HASIL KEGIATAN Guru asesor ……………………. Siswa …………………. 112 Elektronika Daya M. REKAPITULASI HASIL ASSESMENT Pengecekan dan pemasangan komponen-komponen Penyearah gelombang penuh pada PCB Nama : ………………….. Tanggal : ………………….. Beri tanda ( v ) pada kolom “ Yes “ atau “ No “ dari pertanyaanpertanyaan yang dijawab oleh kandidat NO. METODA PENILAIAN 1. WAWANCARA 2. TERTULIS 3. PRAKTEK KOMPETEN BELUM KOMPETEN KET. Catatan : HASIL KOMPETEN Guru assessor …………………….. BELUM KOMPETEN Siswa …………………….. 113 Elektronika Daya N. UMPAN BALIK Mengecek dan memasang komponen-komponen Penyearah gelombang penuh pada PCB Berilah rekomendasi pada kolom yang tersedia No Pernyataan Rekomendasi Ket. Cukup 1 Persiapan yang telah dilakukan 2 Penjelasan yang di terima sehubungan dengan pelaksanaan uji kompetensi 3 Komunikasi berlangsung 4 Sikap dan performance asesor selama melakukan assessment 5 Keobyektipan dalam melakukan penilaian 6 Penyelenggaraansecara keseluruhan Sedang Baik selama pengujian Hal-hal lain : Siswa ……………… Guru Asesor …………………. 114 Elektronika Daya O. KUNCI JAWABAN Kunci jawaban Interview Test ( Test Metode Wawancara ) 1. Tang lancip 2. Tanda titik ( dot ) dan notch pada IC 3. Untuk mengukur tegangan dc, ac, ohm dan arus listrik 4. Solder side adalah bidang PCB untuk menyolder kaki-kaki komponen, sedangkan komponen side adalah bidang PCB untuk memasang komponen-komponen Kunci jawaban Writen Test ( Test Metode Tertulis ) A. Dioda adalah komponen elektronika/listrik yang dapat merubah tegangan arus bolak-balik menjadi tegangan arus searah B. membersihkan kakai-kakinya dan polaritas tidak boleh terbalik C. Multimeter D. Akan rusak P. GAMBAR KERJA / SIRKIT Q. JALUR LAYOUT PCB Guru Asesor ………………………………… NIP 115 Elektronika Daya REKAPITULASI HASIL PENILAIAN KOMPETENSI MODUL ELEKTRONIKA DAYA No. KUK 1 2 3 4 1.1 1.2 1.3 1.4 5 6 7 2.1 2.2 2.3 8 9 10 11 3.1 3.2 3.3 3.4 12 13 14 4.1 4.2 4.3 15 16 17 18 5.1 5.2 5.3 5.4 Pengetahuan Keterampilan Nilai Total Sikap Nilai Ket 80 B 116 Elektronika Daya DAFTAR PUSTAKA N.G.Hingorani, High Power Elelctronics, Scientific American, Novembar 1993. R. Nelson, Transmission Power Flow Control, IEEE Transactions on Power Delivery, April 1994. Floyd, Thomas L. Elektronic Device.Bell & Howell Company. Columbus. 1984 Hasan,Esan. Rangkaian Elektronika Dasar. Ganeca Exact. Bandung. 1990 Jansen,J.H & Setiawan, E,Ir. Transistor Sebagai Penguat Linear. Binacipta. Jakarta. 1985 Malvino, Albert Paulh. Prinsip-prinsip Elektronika. Erlangga. Jakarta. 1986. Raras, Anggono, Komponen Rangkaian Elektronika. Karya Utama. Jakarta.1986 Sutrisno. Elektronika Teori dan Penerapannya, ITB Bandung, 1983. Wasito S. Teknik Arus Searah. Karya Utama. Jakarta. 1987. Yohanes, HC,Drs. Dasar-dasar Elektronika. Ghalia Indonesia. 1983. Malcolm Plant and Dr.Jan Stuart,School Council Modular Courses in Technology Instrumentation,Publisher Oliver & Boyd 1979 Timothy J. Maloney, Industrial Solid State Electronics – Device and system, Publisher Pernick Printing Corp. Puyat , Manila 1987 Floy, Romas L Electronic Devices, Publisher, Mentril 1978 Boylestad & Nashelsky, Eletronic Devices and Circuit Theory, Publisher, Pretice Hall 1979 ----------------------, Microcomputer Sensing Control System, Publisher, King Instrument Electronics Co.,Ltd 1980 Delton T.Horn, Home Remote Control & Automation Projects, Publisher, TAB Book Mc Graw Hill 1991 J. Ash, Transdusers, Publisher, Box Hill TAFE College Australia 1991 Delton T. Horn, Optoelectronics Projects, Publisher, TAB Book Mc Graw Hill 1991 Roger W.Prewitt & Steven W. Fardo, Transducers, Experimentation & Applications, Publisher : Howard W.Sams & Co.,Inc. 1979 117 STORYBOARD Judul Modul Pembelajaran: ELEKTRONIKA DAYA 1 DESKRIPSI MATERI 2 PRASYARAT Berisi system penyearah dengan dioda, transistor, FET, timer, Thyristor dan UJT, pengaturan motor dc/ac serta konverter dan inverter - Dasar Elektronika - Komponen Elektronika Daya - Dasar AC dan DC - v - v v - - - v - v v Latihan v Skor Evaluasi Simulasi Praktek - Audio NARASI Video URUTAN PEMBELAJARAN Gambar No : KETENAGALISTRIKAN : TEKNIK PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK SIMULASI PEMBELAJARAN SESUAI URUTAN TOPIK Animasi Bidang Keahlian Program Keahlian KETERANGAN SIMULASI PETA KEDUDUKAN MODUL 4 PERISTILAHAN 5 PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL 6 KEGIATAN BELAJAR 1 6.1. Penjelasan Umum Berada setelah rangkaian digital, dasar elektronika dan prinsip arus searah Berisi terminlogiterminologi komponen dasar, motor dc, motor ac dan generator ac/dc. Mengacu kepada kompetensi industri, setiap selesai praktek dibuat laporan oleh siswa dengan perlengkapan yang diperlukan Berisi dioda penyearah - v - v - - - - v - - - - v - v v v V - v - v - v V Skor Evaluasi - Latihan - Audio Video 3 NARASI Gambar URUTAN PEMBELAJARAN Animasi No Simulasi Praktek SIMULASI PEMBELAJARAN SESUAI URUTAN TOPIK KETERANGAN SIMULASI 7 PEMBELAJARAN 1 7.1. Penjelasan Umum 7.2. Penjelasan Materi Materi 1: Thyristor dan UJT v - v - v v - v - v - v V - v - v - v v - - - v - v v - v - v v v v Skor Evaluasi - Audio Latihan Evaluasi dimana rangkaian, spesifikasi dan fungsi komponen diidentifikasi Atom, Silikon, Germanium, Karakteristik Dioda, Penyearah, Kapasitor Diarahkan kepada pemahaman dan operasi kerja komponen Pilih 3 kegiatan belajar yang berada pada modul Dioda Shockley, SCR,SCS, Diac, Triac, UJT dan PUT Simulasi Praktek 6.2. Uraian Sub Materi NARASI Video URUTAN PEMBELAJARAN Gambar No Animasi SIMULASI PEMBELAJARAN SESUAI URUTAN TOPIK KETERANGAN SIMULASI Materi 1: Pengaturan Motor DC dan AC Evaluasi Materi 2: Pengenalan Konverter dan Inverter Evaluasi dilakukan dengan soal pemahamanpemahan symbol-simbol komponen dan cara kerja Kecepatan motor, pengaturan kecepatan motor serta pengaturan motor dc dan ac Menghitung nilai torsi motor dc 1 fase 20 hp, +60v, 100 rpm AC to DC Converter dengan SCR, DC to AC Converter - v - v v - v - v v v v - v - v - v v - v - v v v v Skor Evaluasi v Latihan - Audio Video Evaluasi NARASI Gambar URUTAN PEMBELAJARAN Animasi No Simulasi Praktek SIMULASI PEMBELAJARAN SESUAI URUTAN TOPIK KETERANGAN SIMULASI 8 POST TEST/ EVALUASI AKHIR Menghitung tegangan yang disearahkan pada beban bila Em = 220 V Cos ? Mempraktekkan Dioda, Transistor, FET, Timer, Thyristor dan UJT dan pengontrolan motor DC/ AC - v - v v - v - v - v v Skor Evaluasi v Latihan - Audio Video Evaluasi NARASI Gambar URUTAN PEMBELAJARAN Animasi No Simulasi Praktek SIMULASI PEMBELAJARAN SESUAI URUTAN TOPIK KETERANGAN SIMULASI